07. Teman saja

331 34 15
                                    


Susah tau ngejar kamu. Capek aku tiap hari ditolak mulu. Tapi ya gimana? Aku maunya cuma sama kamu

_Gavin_

💔💔💔


"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Gavin khawatir

Setelah kejadian beberapa waktu lalu di rumah Nana. Gavin langsung membawa Nana pulang bersamanya tanpa mempedulikan teriakan marah Anton yang berusaha mengejar mereka. Gavin sempat melihat raut wajah terkejut Anton saat dirinya datang. Tapi kemudian Anton langsung murka padanya karena tidak terima ia membela Nana.

Bahkan Gavin sempat berkata kasar pada tua bangka itu. Tapi Gavin tidak peduli. Terserah bagaimana pandangan paman Nana padanya karena yang terpenting sekarang adalah gadis itu.

"Tunggu sebentar ya. Aku ambil minum dulu." Gavin berdiri dan meninggalkan Nana. Ia pegi ke dapur dan membuatkan susu hangat untuk gadis itu.

Beberapa saat kemudian Gavin kembali dan memberikan susu itu pada Nana.

"Makasih..." Ucap Nana lirih setelah minum beberapa teguk. Ia menunduk tak berani menatap Gavin.

Tidak ada jawaban dari Gavin. Dia hanya diam memikirkan sesuatu. Lalu tiba-tiba ia berkata,

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?"

"Bilang apa?"

"Kenapa kamu nggak pernah ngasih tau aku tentang ini?"

Perlahan Nana mendongak. "Buat apa?" ia kemudian tersenyum pada Gavin. "Buat apa aku bilang ke kamu?"

"Kalau dari awal kamu emang sayang sama aku, seharusnya kamu tahu." Ucap Nana lirih. Matanya pulai meremang menahan tangis. "Kamu nggak pernah tahu karena kamu nggak pernah peduli."

"Aku peduli!" Panik Gavin langsung menumpukan lututnya di lantai sambil menggenggam kedua telapak tangan Nana. "Aku sayang sama kamu.."

Nana hanya tersenyum sendu. "Kalau kamu sayang, kenapa kamu punya perempuan lain?"

Gavin bungkam seketika. Otaknya bingung dengan jawaban apa yang harus ia katakan. Karena bagaimanapun alasannya, semua memang salah Gavin.

"Kamu nggak bisa jawab kan..." setitik air mata mengalir dipipi putih Nana.

Gavin menatap tangan Nana yang gemetar di genggamannya. "Iya kamu benar. Karena semua memang salah aku. Dan aku sadar sebanyak apapun alasan yang aku buat, tetap nggak akan ngerubah apapun," Kemudian ia mengecup punggung tangan itu pelan.

Nana menahan napasnya yang tiba-tiba terasa sesak. Ia menunduk menatap Gavin. Telapak tangannya terasa basah. Ada setetes yang jatuh disana. Gavin... menangis?

"Maafin aku, Na... Aku mohon maafin aku." Cowok itu masih menunduk.

"Gavin udah,"

"Kembali sama aku ya?" Bisiknya lirih.

"Jadi perempuan aku lagi dan aku janji kamu satu-satunya. Aku janji, Na.." pinta Gavin bersungguh-sungguh.

Dulu Gavin juga berjanji seperti itu padanya. Tapi ternyata Gavin mengingkari.

Nana menangkup wajah Gavin agar mendongak menatapnya.

"Aku nggak bisa kembali sama kamu." Jawab Nana lirih. Dan ia bisa melihat sorot mata Gavin kembali meredup. Dia kecewa.

Gavin mangguk meski hatinya remuk. "Aku ngerti kok. Nggak apa-apa.." Hati Gavin pecah dimana-mana. "Asal kamu nggak jauh-jauh dari aku, aku terima."

GAVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang