02. Kehilangan

535 34 12
                                    

Absen dulu yuk. Yang baca ini dari kota mana aja sih

💔💔💔

‘’Lo galau mulu, Gav. Masih mikirin Nana ya?’’ Tanya Rian.

Gavin mengangguk. Ia sedang memperhatikan foto-foto Nana di ponselnya. Gadis itu tersenyum manis di sana meski rambutnya acak-acakan setelah bangun tidur, tetep saja tidak mengurangi kadar kecantikannya.

‘’Heran gue sama lo. Waktu ada di sia-siain, giliran udah pergi malah dicari.’’ Celetuk Bobby tepat mengenai ulu hati terdalam Gavin. Rian tertawa.

‘’Berlian kok dituker sama besi karatan. Nyesel kan lo sekaranag?’’ Surya ikut-ikutan mengejek Gavin.

‘’Kalo lo bukan sahabat Gue, udah gue pacarain tuh si Nana.’’ Rian makin memanas-manasi.

‘’Oh... gitu.’’ Gavin mengguk-angguk. ‘’Ya udah gue ambil Amanda aja.’’

‘’Eh! Becanda gue!’’ Sewot Rian tak terima. ‘’Yaelah Gav, lo serius amat.’’ 

Bobby tertawa diikuti Surya. ‘’Lo masih suka sama cewek cebol itu, Yan?’’ tanya Bobby pada Rian. Yang dimaksud cebol itu tentu saja Amanda. Sahabatnya Nana.

‘’Cewek yang lo panggil cebol itu pujaan hati gue.’’ Jawab Rian.

"Amanda aja belum tentu muja lo kayak lo muja dia.’’ Sindir Bobby lagi.

Surya mengguk membenarkan. ‘’iya. Kelakuan lo aja kayak gitu ke dia. Suka gangguin nggak jelas. Yang ada Amanda jadi risih lo jahilin mulu.’’

Rian hanya menghela napas. ‘’Kalian berdua kok malah bahas gue sama Amanda sih? Gue jadi ikut-ikutan galau kayak Gavin kan jadinya!’’ Gerutunya kemudian meremas rambutnya frustasi. Bobby dan Surya tertawa.

‘’Rasain.’’ Gavin tersenyum penuh kebahagian.

Gavin, Rian, Bobby dan Surya adalah empat sekawan yang tak terpisahkan. Meskipun mereka suka mengejek satu sama lain tapi mereka selalu saling mendukung. Gavin mengenal Rian sejak kelas satu SMP. Rian juga anak tunggal dari pemilik sekolah SMA Nusa Bangsa. Dia berdarah Arab karena ibunya orang arab sedangkan Ayahnya asli Bandung. Jadi tidak mengherankan jika alisnya setebal itu. Bulu matanya lentik sehingga kadang jadi ejekan teman-temannya meski sebenarnya itu kelebihan yang sempurna. Meskipun keturunan Arab, Rian sangat bodoh dalam pelajaran bahasa itu. Dia tidak tahu artinya karena dari lahir dia tinggal di Indonesia tanpa pernah menginjakkan kakinya di negara Ibunya.

Sedangkan Bobby dan Surya, Gavin mengenal dua bersaudara itu sejak sekolah disini. Surya adalah anak yang sangat Rajin dan disiplin. Seragamnya selalu rapih dan bersih. Dia juga sangat pintar dalam berbagai bidang pelajaran. Bahkan tahun kemarin dia di lantik sebagai calon ketua Osis tapi Surya menolaknya. Alasannya karena menjadi ketua Osis itu merepotkan.

Sedangkan Bobby... Gavin menatap Bobby yang tengan menonton sesuatu di ponselnya dengan ekspresi yang menjijikkan. Sesekali Bobby tersenyum dan menyeringai aneh. Gavin bisa menebak apa yang menjadi tontonan Bobby. Jelas vidio yang tidak-tidak. Sebenarnya, Bobby bisa menjadi seperti Surya atau Gavin. Menjadi kebanggaan sekolah seperti Surya atau idola sekolah seperti Gavin. Hanya saja Bobby tidak mau. Sifatnya yang urakan dan tidak sabaran menjadi alasan mengapa dia disegani sekaligus ditakuti di sekolah ini. Wajahnya tidak kalah tampan dari Rian, tapi karena penampilannya yang selalu berantakan dan ekspresinya yang sangar membuat cewek-cewek yang suka padanya enggan mendekat. Bobby ini siswa paling rusuh seantero sekolah.

‘’Lo nonton apa sih, Bob? Coba gue mau liat.’’ Rian mendekat.

‘’Sini.’’ Bobby menggeser dirinya agar Rian dapat duduk di sebelahnya. Rian pun duduk dan matanya langsung berbinar cerah saat ikut melihat tontonan Bobby.

GAVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang