03. Masih Sayang

426 42 29
                                    

Part ini 3000 kata lebih

Absen dulu yang mau baca yuk. Dari daerah mana aja nih?

💔💔💔

‘’Sok cantik banget sih lo jadi cewek! Udah miskin belagu lagi pake acara nolak Gavin segala! Lo itu emang gak tau diri banget ya!’’ Cerca Jessica marah sambil mendorong Nana ke tembok dengan kasar.

Nana meringis karena dorongan Jessica begitu kuat hingga mambuat punggungnya sakit.

Kedua teman Jessica, Mona dan Dara tertawa sambil metapa sinis ke arah Nana.

‘’Lo itu nggak cocok sekolah disini!’’ Timpal Dara. ‘’Cantikan juga Jessica. Kenapa Gavin mesti milih lo, sih? Lo udah kasih apa aja ke dia?!’’

‘’Tauk! Cewek jalanan kayak lo itu pantesnya di jalan atau nggak di kolong jembatan sekalian!’’ Mona tertawa diikuti Jessica dan Dara.

Tiga cewek itu sengaja menunggu Nana di toilet wanita agar bisa membulinya sesuka hati tanpa ada yang mengganggu.

Nana tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Jessica. Kenapa jessica masih saja belum puas? Bukankah cewek itu sudah mendapatkan Gavin? Kenapa sekarang malah menyalahkan Nana lagi?

Bahkan sekarang Gavin sudah putus dengannya. Mereka putus semenjak Nana mengetahui bahwa Gavin diam-diam bermain dibelakangnya dengan wanita lain. Dan wanita itu adalah Jessica. Cewek cantik dengan sejuta pesona dan menjadi salah satu idola bagi para cowok SMA Nusa Bangsa. Sangat cocok dengan Gavin.

Nana mengusap wajahnya yang basah karena siraman es teh milik Mona. Rambut dan seragamnya juga sedikit basah. Nana bingung nanti dia keluar bagaimana? Ia tidak bawa seragam ganti.

‘’Awas ya! sekali lagi gue liat lo deket-deket Gavin, gue mampusin lo!’’ Jessica meninggalkan Nana sendirian setelah mengancamnya diikuti Dara dan Mona.

Nana menghela napas. Ia kemudian mencuci wajahnya dengan air keran. Ia menatap dirinya di cermin besar itu. Rambutnya yang tadinya di kuncir kuda sekarang tergerai dan sedikit basah. Bagian atas seragamnya juga basah hingga kaus putihnya sedikit terlihat. Nana pun memperbaiki penampilannya lagi. Ia merapikan rambutnya dan menggerainya di sebalah kanan kiri pundaknya hingga menutupi bagian depan dadanya. Sengaja agar dalamnya tidak terlihat.

Dengan langkah gontai Nana keluar dari toilet itu. Berjalan lesu menuju kelas. Meskipun sekarang waktunya jam istirahat, ia tidak pergi kekantin. Alasannya karena ia tidak punya uang.

‘’Nana? Kamu.. kenapa?’’

Tubuh Nana sedikit menegang setelah mendengar suara itu. Suara dengan nada khawatir dan kebingungan.

Gavin berdiri di depannya sambil memegang pundaknya dan menatapnya dengan lekat. Matanya masih sama. Hanya saja tatapannya telah berubah.

Nana memilih tidak menjawab dan menepis kedua tangan Gavin. Ia hendak pergi melewati pria itu hanya saja Gavin menghentikannya. Kali ini lengannya yang digenggam. Gavin tidak peduli dengan orang-orang yang menatap mereka.

‘’Lepasin..’’ Nana berucap dingin tanpa berani menatap mata Gavin.

‘’Nggak sebelum kamu jawab pertanyaan aku.’’ Ucap Gavin tegas. ‘’Kamu kenapa? Kenapa baju kamu bisa basah begini? Rambut kamu juga basah...’’

‘’Bukan urusan kamu. Sekarang lepasin.’’

‘’Na.. please?’’ Kali ini suara Gavin merendah. ‘’Aku tau aku salah. Tapi aku punya alasan kenapa aku ngalakuin itu. Aku-‘’

GAVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang