Part ini 2800 kata
Selamat membaca💖
💔💔💔
Gavin masih menyimpannya. Cincin putih pemberian nya dulu pada Nana. Saat itu Nana melepaskan cincin itu dan memberikannya pada Gavin. Gadis itu telah memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Itu semua karena kabodohan yang telah Gavin buat. Seandainya dirinya tidak main-main dengan wanita lain, pasti saat ini Nana akan bersamanya dengan cincin yang masih melekat di jemari manisnya.
"Kok ngelamun, sih? Mikirin apa?" Tanya Nana bingung.
Mikirin kamu...
"Nggak apa-apa. Aku cuma lagi bingung." Gavin hanya tersenyum kecil. Saat ini mereka sedang ada di koridor sekolah menuju kelas setalah dari kantin.
Ingin sekali Gavin menggenggam tangan Nana. Tapi ia takut Nana akan menolaknya.
"Bingung kenapa?"
"Bingung gimana caranya supaya kamu balik lagi sama aku. Susah banget kayaknya."
Nana hanya diam dan memalingkan wajahnya.
"Nggak apa-apa kok. Kamu mau jadi temen aku aja udah bersyukur banget Na. Aku masih bisa ngobrol santai kayak gini sama kamu."
"Maaf.." Cicit Nana lirih.
"Kok minta maaf? Jangan dong! Yang salah itu aku, bukan kamu." Gavin terkekeh dan mengelus rambut Nana. Halus sekali. Gavin ingin menciumnya.
"Gavin, buat kemarin, makasih ya udah bantuin aku."
"Oh, masalah paman kamu itu nggak usah dipikirin. Kamu juga lebih baik jangan pulang kesana." Lalu sebuah ide tiba-tiba. "Pulang kerumahku aja."
"Tapi..."
"Aku janji nggak bakal nagapa-ngapain Na! Sumpah!"
"Aku nggak enak sama Mama kamu..."
"Justru Mama bakalan seneng banget kamu disana! Mama itu kayaknya lebih sayang kamu dari pada anaknya sendiri."
"Nggak, Gavin. Aku nggak bisa tinggal di rumah kamu-"
"Kenapa?" Potong Gavin.
"Nggak mungkin aku terus-terusan tinggal di sana. Apalagi aku bukan siapa-siapa kamu. Apa kata orang nanti?"
Gavin memutar bola matanya jengah. "Kamu masih aja mikirin omongan orang. Mereka aja kadang nggak mikir kalo ngomong. Udah, cuekin aja."
"Nggak bisa." Putus Nana mutlak. "Aku udah sewa kontrakan kecil deket tempat aku kerja. Enak nggak jauh-jauh."
Gavin langsung menggenggam tangan Nana. "Kamu mah..." Ia terlihat kecewa dengan wajah yang memelas.
Ekspresi Gavin yang memohon seperti anak kecil terlihat lucu di mata Nana. Dan juga terasa asing..
Dulu Gavin tidak pernah seperti ini. Wajahnya selalu kaku. Hanya sedikit ekspresi yang Nana lihat di wajah itu. Bahkan Gavin jarang tertawa. Selama mereka pacaran dulu, Gavin lebih sering marah-marah, membentaknya, dan kadang akan melalukan hal yang mengerikan jika Nana tidak menuruti kemauan cowok itu. Semua ingatan itu membuat Nana melepaskan tangannya dari genggaman Gavin.
Dan Gavin pun menyadarinya.
Nana Tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Ia hanya berjalan disamping Gavin dengan pikiran yang terus berputar dikepalanya. Nana memikirkan masa lalu mereka.
Gavin menghela napas resah. Sulit sekali. Rasanya baru kemarin ia bisa bersama Nana. Tapi sekarang meskipun jarak mereka sedekat ini, ia merasa jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen Fictionhanya kisah tentang seorang cowok bernama Gavin yang berusaha mendapatkan cintanya kembali.