prelude-

276 24 6
                                    

Takdir, membawa kita ke akhir dari jalan setapak. Tak ada lagi jalan, pun cara untuk melaju ke depan.

Berbalik

Hanya itu yang bisa kita lakukan. Kembali ke titik awal dimana aku dan kamu memulai. Bukan untuk kembali menelusuri jalan yang sama, tapi untuk mencari jalan yang baru untuk mencapai tujuan.

Maaf

Kata yang berulang kali kau ucapkan, hati tak bisa lagi mendengar. Jutaan kata maaf yang kau berikan pun tak bisa lagi menutupi lubang yang ada. Retakan itu sudah menjalar ke setiap sudutnya.

Please

Toleransi itu sudah menguap. Terbawa angin yang bertiup dari selatan. Kesempatan, kau sia-siakan. Aku memang bodoh, tapi hatiku tidak.

"Dia.. dia hamil anakku—."

Satu kalimat yang menghancurkan fondasi yang sudah 5 tahun kita buat. Menangis? Terlalu menyakitkan untuk ditangisi sayang.

"Ga perlu minta maaf, kita udah selesai dari lama"

Ya, aku bukan siapa-siapa lagi sejak beberapa bulan lalu. Kita hanya menjalani hubungan yang tak berstatus, meski hati masih bertaut satu sama lain.

Marah

Bahkan aku tak punya hak untuk itu. Tapi hati tak bisa menutupi amarahnya. Ia tak pandai seperti wajah yang menutupi rasa yang bergejolak.

Kecewa

Sangat. Janji yang kau ucapkan, kata yang kau rangkai, seakan menjadi sampahan dalam kehidupan. Tak bisakah kau pahami secara mendalam?

"Jangan hubungi aku lagi. Aku harap kamu bahagia sama calon istri dan anak kamu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang