5.

75 13 8
                                    

Ddrrrtt.. ddrrtt..

Ponsel milik Akbar bergetar sejak tadi. Layarnya menunjukkan satu nama yang sudah hampir 10 kali menelepon. Lelaki itu hanya membiarkan ponselnya tetap berdering. Tidak, ia sangat tidak siap untuk berbicara dengan gadisnya.

"Bar.." ucap seorang gadis di hadapannya seraya memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Diem.. gue bilang diem Don!"

Gadis bernama Donita itu terhenyak dengan sentakan Akbar. Ia mengerti, sangat mengerti perasaan Akbar saat ini. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Semua sudah menjadi takdir.

"Haha.." tawa sinisnya menyiratkan sebuah kepedihan yang dalam. "Lo.. bohong. Hahaha.. lo brengsek Don! Berani lo bohongin gue hah?!"

Donita menggelengkan kepalanya. "Hasilnya.. positif. Kita udah cek di tiga tempat berbeda. Dan hasilnya tetep sama Bar."

Tangisnya sudah tak bisa ia tahan lagi. Hatinya hancur. Ini adalah permualaan dari akhir hidupnya. Harus apa ia sekarang? Semua sudah terlanjur.

"Niska.." ucap lelaki itu lirih. "Gue ga mungkin tinggalin dia Don.. GUE SAYANG NISKA!"

Apa yang harus Akbar lakukan sekarang? Tujuannya untuk hidup sudah menguap ketika Donita memberitahu sesuatu yang paling tidak ingin ia dengar dalam hidup.

Positif.

Kabar yang seharusnya menjadi kebahagian tapi untuk seorang Akbar, itu adalah awal dari kehancuran hidupnya. Tak ada yang bisa ia lakukan. Karena kebodohannya di masa lalu, karena keteledorannya semua yang sudah dibangun sekarang menjadi sesuatu yang sia-sia.

"Jangan gini.. please.. ada nyawa yang harus lo jaga Bar.."

Maaf. Maafin aku Nis. Aku brengsek. Aku selalu nyakitin kamu. Aku pengecut. Aku ga berani buat bahagia sama kamu tapi Tuhan malah paksa aku untuk bahagia dengan takdirku. Aku gatau harus gimana lagi sekarang. Tujuan hidup aku itu kamu. Tapi aku sendiri yang buat semua jadi gak mungkin.

"Aku.. hancur.."

Donita mengusap pelan punggung Akbar. Kesalahan yang berujung fatal. Ia tau tak seharusnya Akbar melakukan itu. Sebagai teman dekat, ia sangat mengerti keadaan lelaki di depannya.

"Bar.." ucap Donita pelan. Sang empunya nama tak mengindahkan panggilan dari wanita itu. "Niska harus tau tentang ini."

Niska. Nama yang membuat hatinya sakit. Nama yang dulu menentramkan, sekarang menjadi ketakutan. Ketakutan akan kehilangan dan ketakutan akan meninggalkan. Akbar tak siap dengan itu. Niska adalah hidupnya.

"Kalau lo gabisa, biar gue yang bilang ke Nis-" kalimat Donita terpotong saat Akbar mencengkram lengannya erat.

"NO! B-biar.. biar gue aja yang bilang.. Niska.."

Maaf.. aku gatau harus gimana Nis. Tapi satu hal yang harus kamu tau, aku bakal selalu jadi milik kamu.

 Tapi satu hal yang harus kamu tau, aku bakal selalu jadi milik kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang