4.

78 15 10
                                    

"Kok bengong Nis?" Tanya Akbar sesaat setelah telpon mereka tersambung.

"Hah? Maksudnya?"

"Lihat kedepan Nis." Niska melihat ke depan. Pandangannya bertemu dengan seseorang di seberanv jalan. Tunggu, kenapa Akbar bisa disini? Kenapa dia bisa ada di seberang jalan sana?

Akbar tersenyum sumringah. Senyum manis yang biasa ia berikan hanya untuk gadisnya. "Kamu tunggu disitu, aku yang kesana."

Ia menutup telponnya dan berjalan ke arah Niska. Otak Niska masih mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Another suprising act dari seorang Akbar.

Bugh-

Semuanya terjadi begitu cepat. Senyum yang baru saja ia lihat tiba-tiba menghilang. Niska masih terdiam di tempatnya berdiri. Menyusun potongan-potongan kejadian yang baru saja di lihatnya.

Darah.

Mobil.

Akbar.

Satu persatu kepingan itu tersusun dalam ingatan Niska. Akbar yang tersenyum. Akbar yang berjalan ke arahnya. Akbar yang- ya Tuhan Akbar!

"AKBAR!!"

Niska berlari ke tengah jalan. Disana.. Akbar tergeletak dengan darah mengalir dari kepalanya. Aliran yang semakin banyak keluar, membuat siapapun yang melihatnya miris. Orang-orang mulai berkerumun di sekitar tubuh Akbar.

"Akbar!! Akbar bangun!!"

Jangan nangis Nis..

"Please.. tolong!! Tolong telpon ambulance!!"

Nis.. percuma, aku udah ga kuat lagi..

"Akbar, kamu denger aku? Akbar please hold on. Please.."

Aku benci liat kamu nangis Nis..

"N-nis..." Ucap Akbar terbata. Ia mengusap airmata Niska dengan tangan berlumur darah dan sisa tenaga yang ada.

Ini.. ini akhir dari hidup aku ya Nis? Kenapa.. rasanya sakit..

"D-dont.. c-cry.." Niska menggenggam tangan Akbar erat. Hanya tangisan yang terdengar dari mulutnya.

Kalau ini memang akhir, aku bahagia Nis.. bahagia karena aku pergi dalam pelukan kamu..

Nafas Akbar semakin sulit. Niska semakin panik. Ambulance belum datang juga.

"A-a..ku.."

Aku sayang kamu Niska. Sampai detik ini, kamu satu-satunya pemilik hati aku.

"C-cin..ta.."

Makasih Nis.. kamu udah buat aku bahagia selama beberapa tahun ini. Buat aku tau apa itu cinta pertama. Buat aku tau gimana rasanya disayang sama seseorang yang special..

"K-ka...mu..."

Maaf.. aku sering nyakitin kamu. Sering buat kamu marah. Sering buat kamu nangis.

"GAK! Akbar please.."

Aku pamit ya? Maaf.. ternyata Tuhan maunya aku pulang sekarang. Padahal aku mau lebih lama sama kamu. Aku bakal tetep jagain kamu Nis. Darisana.. kita udah terbiasa kan jarak jauh? Kamu pasti bisa sayang..

"Akbar.. "

Aku bakal kangen kamu manggil aku. Bakal kangen pelukan kamu, ciuman kamu.. aku.. pulang ya Nis.. jaga diri kamu baik-baik. Aku sayang kamu.. see you, when i see you my first and my last..

Tangan yang semula di pipi Niska terjatuh lemas ke bawah. Matanya perlahan tetutup. Akbar tersenyum.. senyum di hembusan nafas terakhirnya.

"Akbar.. Akbar ga! Akbar bangun. Hey.. bangun!!" Niska menangis sejadinya. Lelakinya tertidur pulas dalam dekapan.

"AKBAR!!!!"

"AKBAR!!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Nafas Niska tersengal. Jantungnya berdegup kencang. Matanya basah. Pikirannya kacau. Ia kemudian meraih handphonenya dan memencet speed dial no 8.

Tut..

Tut..

"Halo.. Nis kenapa? Kok telpon tengah malem gini?"

Niska merasa lega. Ia masih mendengar suara lelakinya itu di telpon. Isakannya semakin kencang.

"Nis.. hey kamu kenapa?"

Bukan jawaban yang Akbar dengar. Hanya tangisan dari gadisnya di seberang sana. Pasti mimpi buruk lagi. Batinnya dalam hati.

"Nis.. gapapa. Aku gapapa disini. Udah ya? Jangan nangis sayang. Nanti ada mata pandanya loh.."

Niska menghapus air matanya. Mimpinya kali ini benar-benar seperti nyata.

"Dont leave me.. i need you.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang