Boo! - 3

127 14 1
                                    

Sesuai perjanjian, sepulang sekolah Dianne dan Andrew mabar game horror itu di rumah Dianne. Tentu saja Orang tua Dianne langsung histeris karena pulang sekolah bawa cowok. Cowok beneran, ya. Bukan abal-abal kek Dianne.

Sesuai dugaan Dianne, Andrew langsung ditanya-tanyai sama Orang tuanya. Yah ... cowok yang pernah main ke rumah Dianne palingan cuma si Chico sama si Jamie. Melihat Dianne membawa cowok lain selain dua orang itu tentu saja membuat Orang tuanya heboh.

"Nama kamu siapa?" tanya Ibunya Dianne.

"A- Andrew ... Ackerman ...," jawab Andrew gugup.

"Kelas berapa?"

"8 ...."

"Wah, beda setahun aja sama anak kita, Yah," kata Ibunya Dianne histeris.

"Kamu ke sini ada acara apa?" Kini giliran Ayah Dianne yang bertanya.

"S- saya diajakin mabar sama Dianne, Om," jawab Andrew dengan cepat.

"Om? Panggil 'Kak' aja," kata Ayahnya Dianne, yang langsung mendapat tatapan jijik dari Dianne.

'Ayah sama Ibu lebay amat, dah,' batin Dianne mengomentari sepedas netizen di sosmed.

Dianne langsung menarik Andrew naik ke kamarnya. Sementara itu Orang tua Dianne masih saja menatap Andrew yang kelihatan malu-malu.

"Hei, jangan lupa 'pengaman', ya!" seru Ayah Dianne dari bawah dan disambut kekehan Ibunya. Dianne yang mendengarnya langsung memberikan jari telunjuk pada kedua Orang tuanya. Yah, karena kalau jari tengah itu tidak sopan. Walaupun sama-sama nggak sopan, sih.

Sesampainya di kamar Dianne, mereka langsung duduk di lantai dan mengeluarkan laptop masing-masing. Andrew menunggu Dianne selesai meng-instal game itu. Barulah mereka mulai mabar.

"Lo udah sampe mana?" tanya Andrew.

"Baru sampe jam 10," jawab Dianne.

"Anjay, lamanya."

"Lo main aja duluan, kalo ada yang susah ntar gue bantu."

Andrew mengangguk dan melanjutkan permainannya. Sementara itu, Dianne masih dalam kondisi tegang-tegangnya karena boneka hantu itu masih saja berkeliaran.

'Gimana cara ngalihin perhatiannya?' keluh Dianne dalam hati. 'Ini boneka lama-lama gua gesper, nih.'

Dianne tampak mengerikan, seolah-olah aura hitam pekat keluar dari tubuhnya. Wajahnya seperti orang yang sudah seminggu tidak tidur. Astaga, segitu seriusnya ia memainkan game itu?

"Dianne," panggil Andrew. Dianne menengok.

"Muka lo tolong dikondisikan," kata Andrew. "Ngeri gua liatnya."

Dianne tersenyum miring mendengar ucapan kakelnya. "Masih lebih ngeri muka gua kalo udah nge-savage."

Mereka pun kembali ke kesibukannya masing-masing. Dianne yang lama bermain akhirnya jenuh juga. Ia pun keluar dari permainan dan memilih untuk menonton anime. Andrew yang seorang wibu akut langsung kegirangan begitu melihat anime kesukaannya disetel.

"Ih, ini yang pas K*neki rambutnya jadi putih, kan?" tebak Andrew kegirangan. Dianne hanya mengangguk dan memasang tampang bingung.

"Lo lanjut main aja," ucap Dianne setelah menyingkirkan Andrew dari pundaknya. "Kalo lo nemukan sesuatu, bilang ke gue."

"Bah, curang. Lo nonton husbu gua, sementara gua main sendiri."

"Husbu lo? Yaoi, hah?"

The Sadness: Bla Bla Bla Junior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang