Kartu Pelajar - 1

154 19 0
                                    

Hari itu seperti hari-hari biasa. Datang ke sekolah, dan duduk mendengarkan penjelasan guru dengan tenang di meja masing-masing. Hanya saja, hal-hal yang biasa itu berubah ketika Wakasis mendatangi kelas mereka.

"Permisi, saya mau menyampaikan pengumuman," kata Ibu Wakasis meminta izin.

"Oh, masuk aja Bu," kata guru Bahasa mempersilakan.

Ibu Wakasis berjalan masuk kelas dengan postur yang tegap dan wajah yang tegas, lebih tepatnya garang. Murid-murid 7-D sampai merinding dibuatnya.

"Anak-anak, besok bawa uang £0,15, ya," kata Ibu Wakasis. "Besok kalian mau difoto buat bikin kartu pelajar. Nah, biayanya itu £0,15."

Setelah menyampaikan pengumuman, Ibu Wakasis memberi salam kemudian berjalan pergi ke ruangannya. Tentu saja, karena kelas D adalah kelas terakhir di SMP itu.

"Ingat, ya. Besok bawa uang dengan jumlah yang sudah disebutkan tadi," ulang guru Bahasa. "Kalo bisa, besok dandan rapi-rapi biar bagus fotonya."

"Pake pomade, ya?" celetuk Victor.

"Trus rambutnya sisir poni tengah," lanjut Joe.

"Gaya klimis, dong," timpal Jamie.

"Pake dasi pita warna merah yang ada  polkadot-nya," tambah Johan.

"Pake kacamata botol, lengkap dah," kata Chico lalu disambut dengan jempol.

Suasana semakin ribut hanya karena membicarakan soal gaya rapi apa yang akan dipakai besok. Guru Bahasa yang merasa keadaan akan semakin di luar kendali pun menghentikan omongan murid-muridnya dengan mengetuk-ngetuk meja guru dengan penghapus.

Murid-murid pun kembali diam dan duduk di tempatnya masing-masing. Pelajaran pun berlanjut, walaupun masih ada suara bisik-bisik dan kekehan dari beberapa murid.

Kriiiiiiing-!!!

Bel istirahat pun berbunyi. Mereka semua langsung berkumpul di pojok kelas tanpa dikomando. Entah ada apa mereka malah berkumpul di pojokan, bukannya mengisi perut dengan makanan kantin yang mengenyangkan.

"Btw, kita ngumpul di sini mau ngapain, ya?"

Sebuah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut ketua kelas tentu saja membuat mereka speechles. Bagaimana tidak, seharusnya ketua kelaslah yang paling tahu dengan rencana yang ia buat.

"KITA, KAN, MAU BAHAS SOAL FOTO BESOK!!!" kata teman-temannya geram.

"Eh, iyalah," sahut Joe. "Jadi, besok mau gimana?"

Hening lagi.

"ATURAN KITA YANG NANYA ELO, BUKAN LO YANG NANYA KE KITA!!!" Yah, kali ini mereka sudah benar-benar geram dengan ketua kelas mereka yang telmi.

"Lah, aku, kan, nggak tau apa-apa," kata Joe dengan tampang watados.

"Ya, mikir," balas Jamie.

"Terserah kalian, lah, mau foto kek apa," jawab Joe sebal. "Yang foto kalian, kok gua yang repot."

"Idih, ngambek si Joe," komentar Emily.

"Aiiih ... si Joe baper," tambah Milley.

"Lebay amat, dah," komentar Joe meniru gaya bicara Dianne. Teman-teman yang mendengarnya hanya cengengesan, karena aura gelap menguar-nguar dari tubuh Dianne.

"Btw, lo kan, cewek. Ntar pas difoto dikira bercanda," kata Chico tiba-tiba. Semua mata tertuju ke Dianne.

"Iya, ntar tukang fotonya nggak percaya," tambah Dohwa.

The Sadness: Bla Bla Bla Junior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang