Hari Pertama

151 19 5
                                    

Pagi itu, kelas 7-D terlihat ramai karena beberapa penghuninya yang mulai berdatangan. Mereka mulai berkenalan dengan sesamanya sambil bercengkrama dan tertawa bersama.

Tak lama kemudian, Dianne datang. Teman-teman sekelasnya mengajaknya berkenalan. Mereka pun saling berjabat tangan dan bercengkrama layaknya orang yang baru kenal.

"Eh, bukannya lu yang makannya banyak pas di kantin tuh, ya?" tanya Joe Wilson.

"Iya, loh. Kemarin gue liat lo bawa piring sebanyak itu sendirian," kata Kang Dohwa. "Keren banget ... !"

Dianne hanya bisa terkekeh mendengar cerita teman-teman sekelasnya mengenai kelakuannya di kantin kemarin. "Nggak kok, gua ngambil banyak buat bagi-bagi."

Mereka pun kembali bercakap-cakap. Sampai akhirnya Dianne menanyakan mengenai jadwal pelajaran.

"Eh, iya. Kita jadwal pelajarannya udah dibagi belom?" tanya Dianne.

"Hmm ... belom kan, ya?" duga Emily Braus. "Biasanya kan, jadwal pelajaran dibagi pas pertama belajar."

Mendengar jawaban dari teman-temannya membuat Dianne kesal. "Asem memang tuh, anak."

Baru saja diomongin, Jamie masuk kelas dengan wajah kumal karena mengantuk. Sepertinya, itu efek karena push ranked semalam. Dianne langsung berjalan menghampiri Jamie dengan tergesa-gesa.

BUAGH!!

"Ugh- !!"

"Lu nyuruh gua belajar buat hari ini, padahal jadwal pelajaran belom dibagi?!" omel Dianne. Sementara Jamie sedang kejang-kejang di lantai karena Dianne meninju perutnya. Rasanya seperti ingin muntah.

Teman-temannya yang ada di kelas tidak mencoba untuk melerai dua manusia itu, malahan menontonnya. Bahkan, Victor mengeluarkan bekalnya dan memakannya sambil memakai kacamata hitam, seolah-olah sedang di bioskop.

"S- santai ... gue kan, cuma nyaranin doang kemarin ...," kata Jamie sambil menahan mual.

"Itu mah, salah lo," timpal Victor yang masih mengunyah makanannya. "Lo ngasih tau nggak pake penjelasan."

Teman-temannya pun akhirnya menjauhkan mereka berdua untuk mencegah terjadinya perkelahian lebih lanjut. Tak lama kemudian, mereka sudah baikan lagi dan bercanda tawa seolah-olah tidak terjadi perkelahian sebelumnya.

Semua murid kelas 7-D pun akhirnya sudah siap memulai pelajaran pertamanya di SMP. Wali kelas mereka juga sudah siap memulai pelajaran pertama murid-muridnya di kelas 7.

"Good morning, everyone!" sapa Bu guru.

"Good morning, Miss!" balas murid-muridnya.

"My name is Lisa Candelion, just call me 'Miss Lisa'," kata Miss Lisa memperkenalkan diri. "Saya adalah guru Matematika untuk seluruh kelas 7 tahun ini. Baik, sebelum memulai pelajaran hari ini, mari kita melakukan perkenalan. Dimulai dengan absen pertama ... Andy Bowman."

Anak yang bernama Andy Bowman itu pun maju ke depan dan memperkenalkan dirinya. Perkenalannya membuat tokoh utama kita mengantuk. Ia sampai tertidur pulas di mejanya. Chico yang duduk di belakangnya iseng tidak membangunkannya.

Perkenalan pun terus berlanjut sampai akhirnya absen D. Dianne mendapat giliran setelah seorang anak bernama Dani Robinson.

"Dianne Waterson!" panggil Miss Lisa. Dianne tak kunjung bangun. Sementara itu Chico cekikikan di belakang dengan Jamie. Mereka berdua memang sengaja tidak membangunkan Dianne. Victor yang sebangku dengan Dianne mengetahui rencana Chico dan Jamie.

"Dianne Waterson-"

"Aaah, iya, iya! Itu saya!" seru Dianne sambil menggebrak meja, walaupun pelan saja. "Ganggu orang tidur aja."

Miss Lisa geleng-geleng mendengar Dianne ngedumel. Anak itu berdiri di depan kelas untuk memperkenalkan dirinya, dengan wajah mengantuk dan jigong yang masih menghiasi wajah tampannya.

"Anu ... gua Dianne Waterson, 12 tahun. Lahir tanggal 21 September 2003," kata Dianne memperkenalkan diri.

"Baik, ada pertanyaan buat Dianne?" tanya Miss Lisa kepada murid-muridnya yang lain.

Seorang cewek dengan rambut dimodel twintail dengan aksesoris yang berwarna serba pink mengangkat tangannya. Dari ekspresi cewek itu, sepertinya ia naksir sama tokoh utama kita.

"Ya, Milley Winter?" panggil Miss Lisa.

"Saya mau nanya," kata Milley basa-basi, "kamu udah punya pacar?"

Mendengar pertanyaan Milley membuat mereka semua shock. "Belom, kenapa emang?"

Mereka semua tambah shock karena Dianne ternyata meladeni cewek genit satu itu. Chico memberi isyarat kepada Dianne kalau ia tidak mengerti maksud Dianne meladeni gadis itu. Dianne hanya memberi isyarat untuk diam dan tetap melihat saja.

"Gimana kalo nanti kita ngantin bareng?" tawar Milley dengan genitnya. "Kamu tuh, ganteng tapi masih jomblo aja."

Semua orang di kelas itu langsung shock sekaligus jijik dengan kelakuan cewek genit satu itu. Sementara Dianne? Don't ask. Ekspresinya sangat datar, sedatar papan LJK.

Tiba-tiba, ia tersenyum kemudian terkekeh pelan. Mereka tambah bingung dengan reaksi Dianne.

"Sorry, gua udah ada temen ngantin," tolak Dianne. "Lagian ...

"Gua cewek."

Satu kata itu cukup membuat mereka yang ada di kelas 7-D, kecuali yang sudah tahu, shock dan kaget seketika. Bagaimana bisa seorang cewek bahkan lebih laki daripada laki-laki tulen?

Well, reverse trap mah, gitu.

Milley yang gemetaran karena shock pun menyudahi acara PDKT-nya yang gagal. Dalam hatinya, ia merasa harga dirinya hancur karena menampilkan kegenitannya kepada sesama cewek.

Karma is real, guys.

Acara perkenalan pun dilanjutkan. Mereka mendengarkan dengan seksama. Kecuali Dianne yang kembali melanjutkan tidurnya.

Setelah sesi perkenalan selesai, akhirnya pelajaran pertama mereka dimulai. Mereka mulai mempelajari perkalian berpangkat dan akar pangkatnya juga. Entah kenapa, pelajaran matematika mereka mengalir begitu saja seperti aliran sungai. Seluruh siswa-siswi kelas 7-D memperhatikan penjelasan guru di depan dengan tenang.

Sampailah mereka pada bagian yang "nggak enak".

"Oke, untuk PR-nya, kerjakan soal uji kompetensi bab 1. Mulai dari yang A sampai B," jelas Miss Lisa. "Tulis soal, pake cara."

"HAH?!"



























Bersambung ...

The Sadness: Bla Bla Bla Junior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang