Setelah malam itu, Jaebum tidak bisa menyembunyikan perasaanya pada Jinyoung lagi. Malam dimana Jinyoung mengigau dan memintanya untuk jangan pergi.
"Om, jangan tinggalin aku."
Ia sempat terhenyak, walau hanya sebuah igauan, setidaknya Jaebum sudah tahu isi hati Jinyoung yang sebenarnya.
Mencintai wanita itu sejak awal, adalah pilihan terbaik di hidupnya. Jaebum tidak pernah merasa sebahagia saat ini. Terlebih wanita itu adalah ibu dari anaknya. Ingin sekali Jaebum segera meresmikan hubungan mereka, tetapi itu sedikit sulit. Jaebum harus kerja keras lebih banyak untuk membuat Jinyoung memaafkannya.
Yang terpenting saat ini, Jinyoung sudah tidak membatasi diri lagi. Ia membiarkan Jaebum berada di sisinya, dan terkadang Jinyoung sedikit bergantung padanya.
Betapa senangnya Jaebum, saat Jinyoung meminta dirinya untuk menemani Jinyoung berbelanja kebutuhan rumah.
Dulu, Yugyeom yang membantunya belanja. Tapi kini, ia sedang dekat dengan seseorang. Jadi Jinyoung tidak ingin merepotkan Yugyeom terus.
"Oppa, tolong ambilkan kecap itu. Aku tidak sampai."
"Oh." Jaebum bergegas mengambil kecap di rak paling atas, lalu meletakannya ke keranjang.
Kemudian ia memperhatikan Jinyoung dari jarak dekat. Wanita manis itu sedang mengecek ulang daftar barang belanjaanya.
"Hampir semuanya sudah di beli." Ujarnya.
"Eh, Oppa, aku lupa membeli ikan salmon. Hyunjin bilang ingin makan spaggeti salmon."
"Kita kembali ke tempat ikan saja. Ayo." Jaebum mendorong troli penuh belanjaan itu, Jinyoung berjalan di depannya.
Bibir Jaebum terus melengkung membentuk senyuman, ia terlalu bahagia. Bukankah mereka seperti pasangan menikah yang sedang belanja sambil berkencan.
Sampai di tempat ikan, Jinyoung memilih beberapa salmon yang masih segar. "Oppa, kau mau makan siang bersama setelah menjemput Hyunjin? Kau bilang haru ini tidak banyak kerjaan, kan?"
"Menjadi kehormatan tersendiri jika kau mengundangku makan siang bersama, Jinyoungie." Ucap Jaebum senang.
Walau sebenarnya Jaebum memiliki segudang pekerjaan yang tidak bisa ia tinggal sama sekali, ia tidak perduli. Toh, masih ada Daniel yang menggantikan untuk memgerjakan semua itu. Daniel, wakil direktur yang cukup bisa Jaebum andalkan.
Jinyoung mengangguk mengerti. "Kalau begitu, aku masak banyak, Yugyeom juga akan makan siang di rumah bersama kekasihnya. Ia ingin mengenalkannya padaku." Katanya, lalu ia sibuk memilih beberapa ikan lain untuk dijadikan stock beberapa hari.
"Jaebum."
Jaebum menoleh kaget, Park Wonpil berdiri di sampingnya dengan tatapan tak percaya juga senang karena bertemu Jaebum. Walau Youngjae dan Jaebum sudah bercerai, tetap saja tali silahturahmi tidak putus. Dari yang ia dengar, hubungan Jaebum dengan Youngjae juga baik-baik saja, dan mereka berteman baik.
"Jaebum, apa kabar. Tidak menyangka bertemu denganmu disini. Kau sedang berbelanja dengan sia— Oppa, aku sudah selesai."
Wonpil menoleh kebelakang, raut wajahnya berubah pucat. Begitu juga dengan Jinyoung.
"Jinyoungie?"
Wajah Jinyoung berubah pucat pasi, rasa takut juga khawatir kini meliputinya begitu jiga Jaebum. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu seperti ini. Jaebum belum menyiapkan diri. Ia juga sangat mengkhawatirkan Jinyoung.
"Oppa, sudah selesai. Kita ke kasir." Kata Jinyoung dengan nada suara tenang, ia berjalan mendahului Jaebum.
"Park Jinyoung, tunggu. Seharusnya kalian berdua menjelaskan sesuatu padaku!"
"Tidak ada yang perlu aku jelaskan, Mama. Aku bukan anakmu lagi!" Desis Jinyoung lirih.
"Dan kau masih memanggilku Mama!"
"Noona, kami bayar belanjaan dulu. Setelah itu kita bertemu di luar. Aku akan menjelaskan."
Jinyoung tidak menghiraukan. Menurutnya tidak ada yang perlu di jelasin pada orangtuanya. Mereka membuang Jinyoung tujuh tahun lalu. Ia harus berjuang dan hidup terluntang-lantung demi mempertahankan Hyunjin.
.
.
.Jaebum dan Jinyoung kini duduk di cafe terdekat yang memang sedikit sunyi. Jinyoung diam saja, ia tidak berniat mengucapkan apapun.
"Kenapa kalian berdua bisa bersama?!"
"Kami berteman!" Jawab Jinyoung cepat. "Tidak ada larangan untuk berteman dengan mantan suami tente, kan?"
"Jinyoungie, Mama hanya bertanya. Apa kau masih marah pada Mama?"
"Apa aku punya hak marah? Papa sudah mengatakan dengan jelas bahwa aku sudah bukan anak dari Park Sungjin!"
"Jinyoung, Papa saat itu sangat marah makanya ia berkata seperti itu. Setelah kepergianmu, Papa sangat menyesal dan bersedih. Kami tidak tahu harus bagaimana mengatasi situasi seperti itu—"
"Terima kasih untuk penjelasannya. Tetapi semuanya sudah tidak ada artinya. Aku tidak menyesal dengan keputusanku mempertahankan anakku. Kami hidup dengan bahagia sekarang."
"Pulanglah Jinyoung, kami sangat merindukanmu. Mama akan bicara dengan Papa untuk menerimamu kembali bersama anakku."
Jinyoung mendengus. "Tidak perlu Nyonya Park. Aku sudah mengatakan dengan jelas bahwa hidupku bahagia saat ini!"
"Bagaimana bisa bahagia? Kau menjadi ibu tunggal dengan membesarkan anak haram! Berhenti bersikap egois Jinyoung. Mama akan mencarikan pria yang baik, yang mau menerimamu dan anakmu agar kita terhinda—"
"Maaf Noona, aku memotong pembicaraan kalian! Hyunjin bukan anak haram! Dia anakku dan Jinyoung dan kami akan membesarkannya dengan baik!"
"APA?!" Wonpil memekik kaget.
Jinyoung juga kaget dengan pernyataan Jaebum.
"Ya. Seperti yang kau dengar, aku adalah pria bajungan tujuh tahun lalu yang disembunyikan oleh Jinyoung. Pria bodoh yang menyia-nyiakan malaikat sebaik dia. Aku akan menikahi Jinyoung dan bertanggung jawab, jadi anda tidak perlu repot mencari pria lain diluaran sana. Maaf atas kelancanganku, tapi sepertinya Jinyoung tidak nyaman dengan pertemuan ini."
Jaebum menggandeng tangan Jinyoung. "Ayo sayang, Kita harus menjemput Hyunjin."
"Im Jaebum!"
Byurrr!
Wonpil menyiram kopi ke wajah Jaebum. Tatapannya berubah menjadi tajam penuh kemarahan. "Kau pikir, kau siapa hah! Pria bajingan! Ternyata kau yang sudah merusak hidup Jinyoung dan saat ini kau dengan lantang bersikap bagai pahlawan!" Wonpil menarik kerah baju Jaebum lalu mengguncang tubuh Jaebum. Ia sangat marah, emosinya tidak terkendali.
"Gara-gara kau hidup Jinyoung hancur!! Kau membuatku kehilangin putri tujuh tahun lalu dan membuat putriku membenciku!! Dan kau mengatakan tentang tanggung jawab!!"
Jinyoung berusaha melepaskan cengkraman Wonpil. "Mama hentikan! Semua orang memperhatikan kita!! Mama!!"
"Sampai detik ini kau masih membelanya? Kau membuat Mama semakin kecewa Jinyoung! Tujuh tahun lalu, dia masih suami dari Youngjae!!"
Wonpil memukul-mukul Jaebum, dan Jaebum sama sekali tidak menghindar. Mungkin ia pantas. Jinyoung menyelipkan diri diantara mereka dan melindungi Jaebum.
"Mama hentikan!! Jaebum Oppa tidak salah! Aku yang salah! Aku mencintainya! Aku yang menghancurkan hidupnya juga pernikahannya! Jika Mama ingin marah, marah saja padaku, pukul aku!!"
"Jinyoung, kau—"
Air mata Jinyoung sudah berjatuhan. "Aku mencintainya, Ma. Sampai detik ini aku mencintainya dan aku tidak pernah menyesal karena mencintainya! Aku tidak memberitahu siapapun dan menanggung semua malu juga kemarahan kalian karena aku mencintainya! Aku tidak ingin menghancurkan pernikahan Jaebum Oppa dengan Tante lebih jauh lagi, maka aku memilih diam dan pergi. Tetapi sekarang situasinya berbeda. Tante juga merestuiku. Jika kalian tidak bisa menerima kenyataan ini, maka tetaplah hidup seperti tujuh tahun belakangan ini, dimana kalian tidak pernah memiliki putri bernama Park Jinyoung."
Jinyoung berbalik, ia menggandeng Jaebum yang masih terperangah kaget oleh ucapan Jinyoung. "Kajja Oppa."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
'US' The Series's
Short StoryKumpulan short story, one shoot story, paling banyak hanya akan ada 3 chapter. Everything about JJP, MARKSON, YUGBAM. Ceritanya bakal random banget, can be sad, can be fluff, can be mature *smirk* ⚠️Warning⚠️ Boy Love Mature 🔞 ...