4 🌸 Tidak buruk

166 7 0
                                    

Happy Reading

4

***

"Berengsek!" Argha menatap tajam cowok yang berada persis di depannya. Argha mengalihkan pandanganya melihat lengan sikut kanannya yang kini mengalirkan darah segar begitu banyak akibat dorongan yang begitu kencang oleh cowok yang berada di hadapannya. Saat terdorong lengan sikut Argha mengenai batu dan tergores kasarnya lapangan.

Darah dalam tubuh Argha kini semakin mendidih. Dia berdiri dari duduknya. Menatap semakin tajam cowok itu. Dia mengepal erat salah satu tangannya. Entah apa yang ada di benaknya. Argha tersenyum sinis tanpa mengalihkan pandangannya.

Bug!!!

Hantaman yang mengepal di tangannya kini melayang tepat di pipi Alva. Alva tersungkur di lapangan. Argha tersenyum puas.

Kini semua siswa yang tengah berlalu lalang di sana. Langsung mengerumuni Argha dan Alva. Bukan berniat menolong tapi justru dijadikan sebagai tontonan.

Mana ada yang berani melerainya, jika ada pasti orang-orang yang memang berhak melerai. Melihatnya saja membuat siswa-siswa bergidik ngeri, tapi tak sedikit siswa yang meng videokan kejadian tersebut dan meng-upload ke-medsos. Alhasil jadilah trending topik di sekolah ini.

Alva karena gengsi nya, ia bangkit dan membalas satu hantaman yang di layangkan di pipi Argha. Argha juga tidak mau diam. Dia balik membalas dan begitu seterusnya.

Disisi lain.

Tama terus berlari menuju lapangan belakang. Sampai di lapangan Tama mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Tama melihat di sudut lapangan banyak orang yang berkerumunan. Tanpa pikir panjang Tama menghampiri kerumunan siwa-siswi tersebut. Disusul di belakang nya ada Galang, Luna, dan Ayra yang mengikuti Tama dari tadi.

"Permisi! Permisi!" Tama membelah kerumunan siswa tersebut. Mata Tama terbelalak melihat kedua cowok tersebut kini tengah saling menghantam pukulan. Begitu juga dengan Galang, Luna, dan Ayra.

Ayra melihat salah satu sosok cowok yang tengah berkelahi.

'Jadi yang di maksud tukang keributan itu lu?!' Batin Ayra.

Karena setelah dari toilet tadi Bella bercerita banyak tentang Argha.

Tama melerai mereka. Sekarang Tama berada di tengah-tengah Argha dan Alva. Mereka saling melemparkan tatapan tajam penuh amarah.

"UDAH BERHENTI BERANTEM NYA!" Tama mulai emosi karena diantara mereka masih berusaha untuk memukul satu sama lain.

Galang bergerak memegangi Alva dengan memutar tangannya Alva ke belakang. Sedangkan Tama memegangi Argha. Tapi diantara mereka masih berontak ingin memberi hantaman lagi.

Ayra dan Luna tidak bisa membantu karena tidak kuat menahan mereka.

"HEH! KALIAN UDAH PADA GEDE, NYELESEIN MASALAH ENGGA PERLU PAKE KEKERASAN!" kini Argha dan Alva mulai meredam emosi masing-masing.

"Dan kalian! Apa disini ada tontonan?!" Tama menunjuk siswa-siswa yang tengah asyik menonton dengan tatapannya yang tajam. Setelah itu, semua siswa bubar dengan kekecewaan.

Sedangkan Ayra dan Luna masih di sana untuk membantu jika nanti di perlukan. Tama dan Galang melepas mereka karena emosi mereka sudah mereda.

"Gua capek, jadi ketos paling banyak ngurusin kalian doang berantem terutama lo Ar!" ucap Tama menatap Argha dengan intens.

Why Argha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang