1. Malaikat penolong

8.3K 358 38
                                    

-She or Me?-

---------

September 27, 2018

Di pagi hari yang cerah gadis bernama lengkap Kim Jungyeon sedang menjalani rutinitasnya sebelum berangkat sekolah, yaitu joging mengelilingi Kompleks perumahan yang ia tinggali bersama sang Kakak.

Mereka berdua hidup bahagia, karena mereka juga di tuntut untuk selalu akur oleh kedua orang tua mereka yang sedang mengurusi berbagai cabang bisnisnya di luar negeri. jarang sekali ada pertengkaran di antara mereka, kalaupun mereka bertengkar, pasti hanya meributkan hal hal kecil seperti, memperebutkan sebuah snack dan kecerobohan Jungyeon yang selalu lupa dimana dirinya meletakkan sesuatu.

Seperti saat ini, Jungyeon baru selesai mandi setelah acara jogingnya dan menjadi sangat kebingungan karena mencari letak ponselnya.

"Eonni, kau tau ponselku dimana?" Tanya Jungyeon seraya mengacak kamar miliknya.

"Jangan mencarinya, Yeon. nanti pasti ketemu sendiri." ucap Shin Yeong sembari memakan snack di kamar sang adik.

Ya, kakak Jungyeon itu bernama Shin Yeong.

"Aish, eonni. jika hari ini aku tidak berangkat ke sekolah aku pasti akan membiarkannya. Kau tau kan, aku tidak bisa hidup tanpa ponsel kesayangan ku itu."

Shin Yeong memutar bola matanya jengah. Adiknya ini sudah tau akan pergi ke sekolah tapi masih tetap mementingkan benda canggih itu. Ia Melirik jam weker yang ada di nakas kamar Jungyeon lalu membulatkan matanya.

"Yak! Yeon-a kau hampir terlambat, ayo bergegas aku akan mengantarmu." Pekik Shin Yeong sembari melompat dari kasur Adiknya, lalu segera berlari keluar kamar dan menuju garasi.

Sedangkan, Jungyeon yang terkejut mendengar teriakan sang kakak refleks segera membenahkan penampilannya yang sedikit berantakan lalu ikut berlari keluar rumah.

••••
@Hanlim Multi Arts High School

Jungyeon terdiam di depan gerbang sekolahnya sesaat setelah kakaknya pergi.

"Astaga, aku telat lagi. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanyanya dalam hati. Ia melirik kearah ruang penjaga sekolah kemudian memasang mimik wajah sedemikian rupa.

"Ahjussi, biarkan aku masuk kumohon, aku kan juga baru kali ini terlambat." Jungyeon berucap sambil menunjukkan ekspresi paling memelas dirinya.

"Baru kali ini apa, Nona? Kau bahkan sudah sering terlambat. Aku bisa di pecat oleh guru Kim kalau dia sampai tau aku membantumu lagi."

"Ahjussi, ku mohon." Jungyeon lalu menyatukan kedua tangan nya.

"Tidak. Ku mohon, kau juga harus memahami posisiku, Nona."

Bahu Jungyeon merosot. Ia tidak mungkin memaksa Paman Park seperti itu. Ia tau Paman Park harus bekerja lebih untuk menghidupi kedua anak dan istrinya. Lalu, apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Ya Tuhan, tolong bantu aku."

"Biarkan dia masuk, Pak" tiba-tiba terdengar suara bariton dari arah belakangnya.

Terkejut. Ya tentu saja terkejut, bagaimana tidak? Disaat dia berbalik untuk melihat orang itu, Ternyata suara tadi adalah milik guru pengganti matematika yang terkenal sangat tampan dan juga memiliki sikap yang dingin.

"C...Cho Seongsaenim?" Jungyeon Terbata saat menyebutkan nama sang guru.

"Tapi, Tuan-"

"Jangan memikirkan apa yang akan di lakukan oleh dia. Aku akan mengurusnya nanti."

"B-baik, Tuan." ucap sang satpam lalu membungkuk sekilas dan membukaan pintu gerbang.

"Kali ini kau selamat Nona." lanjutnya lagi sembari memberikan smirk. Sedangkan Jungyeon hanya mampu menelan ludahnya sendiri. Benar dia selamat sekarang, tapi dengan berdirinya guru Cho tepat di belakangnya seperti membuat dirinya akan pergi untuk sidang saat itu juga.

"Terimakasih, Saem." ucap Jungyeon masih tetap menunduk.

"Ikut dengan ku sekarang." ucap guru Cho dengan dingin dan tegas kemudian berlalu dari hadapan nya.

Jungyeon langsung mengekor di belakang sang guru killer itu sembari terus merapalkan doa agar dia terselamatkan dari amukan sang guru.

dia menunduk takut, Ya dia takut kalau-kalau sesaat mereka sampai di ruangan guru Cho, Jungyeon akan di marahi habis-habisan bahkan lebih parahnya dia akan di pukul mengingat bahwa pria yang saat ini berjalan tepat di depannya adalah seorang guru killer.

Tetapi ia seketika mendongakkan kepalanya saat memandang belokan-belokan yang mereka lewati sedari tadi.

"Ke kelas?" Tanyanya dalam hati

"Apa dia akan menghukum ku dihadapan teman-temanku nanti?" lanjutnya lagi seraya menelan salivanya sendiri, kemudian melanjutkan langkah kakinya yang terasa semakin berat.

TBC.

She or Me? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang