Ruang makan itu sangat riuh dengan segala cerita Diana Larasati Adiatma. Anak dari Adiatma Sanjaya kolega Naga dalam mengembangkan hotel-hotel miliknya.
Cantik, pintar, namun sangat ambisius. Dulu Petir menerima pertunangan mereka hanya agar bisnis ayahnya makin mulus, namun karena reputasi Petir yang buruk di sekolah sampai ketelinga Adiatma Sanjaya yang mementingkan idealismenya pertunangan itu batal.
Diana menolak karena dia sudah terlanjur mencintai Petir. Namun Adiatma tetap pada keputusannya sehingga Diana di kirim ke German dan kuliah di sana.
Petir sendiri senang-senang saja pertunangan bisnis itu batal. Dia tidak suka Diana yang manja, pemuda yang saat itu masih menginjak usia 17 tahun itu sangat tidak suka dengan sikap kekanakan Diana. Untung saja bisnis mereka tetap masih berjalan saat itu.
"Iya om, aku lagi libur kuliah. Mumpung masih di Indo aku mau ketemu tu-"
"Nanti makanannya keburu dingin kak, mending kak Diana makan dulu." Sela Langit.
Dia tidak mau kakak iparnya mendengar khayalan si Diana itu pikirnya.
Diana akan protes namun dia akhirnya cuma melempar senyum pada Petir. Padahal yang diberi senyuman manis terlihat tidak peduli. Sedangkan Lulabi cuma diam, dia merasa tidak berhak bertanya siapa Diana bagi keluarga ini.
Tapi yang perempuan tambun itu lihat Diana adalah bagian dari keluarga ini. Gadis cantik itu terlihat sangat akrab dengan keluarga suaminya.
"Oh yah, btw aku nggak liat Bumi, kemana dia?" Tanyanya.
Sagita hanya terdiam, Naga akan menjawab namun Langit kembali menjawabnya.
"Lagi keluar kak." Sahut Langit.
Diana mengangguk mengerti lalu kembali makan dengan gaya yang sangat anggun. Namun keanggunan itu luntur saat Petir mengambil tissue dan mengelap sudut bibir seorang perempuan gendut.
"Dia siapa?" Tanya Diana sinis.
Petir terusik, dari tadi dia cuma diam seakan tidak peduli dengan keberadaan Diana. Sama seperti halnya Diana yang terlihat tidak peduli dengan keberadaan istrinya.
"Istriku." Jawab Petir santai.
Naga terlihat tersenyum tipis seraya mengunyah makanannya pelan. Sagita malah memutar bola matanya, Petir memang anak Naga jika melihat dari gelagatnya sekarang.
Diana terdiam dia menatap Petir dan gadis gendut itu. Lalu dia tertawa kencang.
Langit memejamkan matanya. Tawa penghinaan itu pasti akan segera mendapat balasan setimpal pikirnya.
"Kamu pasti bercanda, iyakan tante?"
Sagita menatap anaknya sekilas lalu tersenyum lembut pada mantan calon menantunya itu.
"Lulabi memang istri Petir nak." Ucapnya.
Diana lalu semakin terdiam saat Naga dan Langit mengangguk setuju. Lalu dia berdiri dan melempar garpu makannya dan pergi dengan wajah kesal.
Lulabi malah terlihat tidak nyaman. "Kak," ucapnya.
"Udah lanjut makan aja, nggak usah peduli sama dia." Jawab Petir santai.
Sagita mengangguk.
"Besok papa mau ke rumah kamu Lula, papa mau mengajak Rama bekerja bersama papa." Kata Naga setelah selesai makan.
"Tapi, kayaknya kakak tidak akan mau pa, dia pasti akan lebih memilih sibuk mengurus bengkelnya." Jawab Lulabi kalem.
Naga terdiam lalu menghembuskan nafas. Sejak semalam dia memikirkan keadaan Bumi. Anaknya yang satu itu memang terlihat tahan banting tapi tetap saja dia anak perempuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fat girl Lulabi
Fiksi UmumDendam menyelimuti hati Petir. Melampiaskan semuanya pada Lulabi Kasmir, anak kandung dari si mucikari yang paling bertanggung jawab akan penderitaan masa kecilnya. "Dia milikku," -Petir-