Semenjak kemarin, Niall mulai menjaga jarak denganku. Saat aku tanya kemarin, Ia hanya tersenyum dan langsung meninggalkanku sendirian di taman. Bukannya aku tidak memusuhinya, tetapi aku tidak percaya jika orang yang dekat denganku itu menginap penyakit yang mematikan. Bukan hanya sekedar teman aja, tetapi Ia adalah orang yang aku cintai.
Sadar akan hal yang tidak bisa aku ungkapkan. Aku terdiam dan menatap gelapnya langit malam dengan gemerlap bintang yang saling menebar sapa. Aku memeluk buku itu dan berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sesungguhnya ini semua akan membunuhku.
Ponselku bergetar dan aku segera membaca pesan yang masuk. Dengan lemas aku membaca pesan dari lelaki misterius itu.
Sudah ku bilang, Nadine. Baca saja dan jangan banyak bertanya! Jangan beri tahu kepada siapa-siapa tentang buku itu! Atau kau akan diliputi rasa bersalah.
Aku tertegun membaca pesan itu. Pengirimnya sudah pasti bukan Niall. Ia tidak sekasar itu kepada orang lain. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Semuanya sudah terjadi. Niall mengetahui tentang buku itu karena aku membacanya tepat saat berjalan bersamanya. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku segera membalas pesan itu.
Apakah kau akan membunuhku?
Aku menghapus pesan itu dan mengganti-nya dengan jawaban yang lain.
Ya, tentu saja.
Oh, Tuhan. Tolonglah selamatkan aku. Aku tidak mengerti cara lelaki itu bermain. Bagaimana pun juga, aku tidak ingin diliputi rasa bersalah beserta penyesalan yang besar. Apakah ini pertanda bahwa aku harus membaca buku ini hingga selesai? Tetapi aku tidak kuat. Ini semua terlalu menyakitkan dan membingungkan. Bagaimana jika ternyata lelaki itu adalah orang yang aku cintai? Bagaimana jika Ia adalah Niall?
Ah.
Ponselku bergetar kembali. Aku segera membaca balasan dari lelaki misterius itu lagi.
Baca halaman 29
Dengan gerakan yang gesit, aku segera membaca halaman itu, tetapi ternyata halaman itu kosong!
Sial. Halaman itu kosong! Kau sendiri yang membuatnya, kau juga yang tidak mengetahui bahwa halaman itu kosong.
Aku sangat marah kepada lelaki itu. Bagaimana tidak? Ia saja tidak mengetahui bahwa ada halaman yang lupa Ia tulis dengan sederetan katanya yang menakutkan itu. Ponselku bergetar cukup lama membuat aku harus terpaksa mengangkat ponsel itu.
"Ada apa, Niall?"
"Cepat buka halaman 29!"
"Bagaimana kau bisa mengetahuinya? Jadi benar selama ini pengirim bingkisan-bingkisan itu adalah kamu? Huh?"
"Aku bukan Niall."
Seketika jantungku berhenti sejenak. Ponselku jatuh ke lantai bersamaan dengan buku itu. Mataku tak bisa berkedip. Ia benar, suara itu bukan suara orang yang aku cintai. Dengan cepat aku segera membuka halaman 29 dan mematikan lampu kamarku.
Tulisan-tulisan ajaib muncul dengan sendirinya dengan cahaya yang cukup terang. Dengan tangan yang bergemetaran, aku membacanya dengan cepat.
Nadine, dengarkan aku.
Apapun yang terjadi, tetaplah tenang. Jangan panik, karena aku akan selalu berada di sampingmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Thing // horan
FanfictionNadine mendapatkan sebuah bingkisan misterius yang tidak jelas pengirimnya, tetapi semuanya ternyata tidak berakhir sampai situ. Pengirim misterius itu mengirimkan sebuah buku tebal yang berisi tentang tulisan-tulisan yang membuatnya terus menerus m...