Twentieth

5.8K 598 34
                                    

Aku berbaring di atas tempat tidurku. Sebenarnya perasaan itu memang sakit jika dipendam, tetapi apa boleh buat, aku melakukannya untuk diriku sendiri bukan orang lain.

Aku mengambil segelas susu putih hangat dari atas meja dan segera meneguk minuman sehat itu hingga habis tak tersisa. Hari ini aku sudah tidak bisa lagi menjaga Niall karena Mom Maura sudah kembali lagi ke sini.

Dedaunan dari pohon rindang menghembuskan sebuah lambaian yang membuatku ingin menatapnya. Angin sejuk menerpa mataku dan membuat mataku terasa berat dan ingin terpejam.

Aku mengambil buku itu dan kembali lagi membaca cerita menyedihkan itu. Rasanya aku ingin berteriak dan terjun bebas dari puncak pegunungan himalaya dan mati sia-sia karena memendam sesuatu yang harusnya tak aku pendam.

Tulisan tangan itu sudah tidak semakin asing lagi begitupula dengan pengirimnya.

Dear, Nadine

Aku tersenyum sedih ketika membaca judul itu. Rasanya aku ingin mengakhiri hidupku agar terbebas dari semua ini.

Nadine. Mengapa kita tidak pernah bisa bersatu? Apakah kita memang tak ditakdirkan untuk bersama? Kadang aku berpikir bahwa Tuhan itu tidak adil. Ia membiarkan orang-orang jahat memiliki jasmani yang sehat, tetapi bagaimana denganku? Lelaki dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini diberikan sebuah penyakit ganas yang dikutuk oleh semua orang. Bukankah itu sangat menyeramkan?

Jika suatu saat nanti aku harus memilih antara Engkau dengan Tuhan, maka aku akan menjawab "Tuhan". Mengapa? Karena dengan adanya Tuhan di sisiku, Ia bisa mengabulkan permintaanku, yaitu agar aku bahagia ketika melihat kau bahagia.

Cinta tak akan pernah bisa berbohong.

Begitu pula dengan kasih sayang yang mengalir dengan deras.

Karena cinta tau kemana mereka akan pulang.

Ingat, Nadine.

Tuhan telah mengatur segalanya.

The Sweetest Thing // horanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang