"Itu untuk apa, Zayn?"
Zayn diam seribu bahasa dan terus menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa, Zayn?"
Zayn menatapku sinis dengan keringat yang mulai bercucuran dari pelipisnya.
"Jawab aku, Zayn!'
"Bukan urusanmu." Seketika Zayn menepis tanganku kasar dan menatapku heran. "Apa pedulimu?"
Aku hanya bisa terdiam.
"Apa pedulimu, huh? Apa?" Zayn mencengkram tanganku bersamaan dengan tangan kanannya memegang rahangku kasar. "Semenjak kapan kau peduli denganku, Nadine?"
Aku bisa merasakan rahangku mengeras dan kesakitan akibat tenaga Zayn yang terlalu keras.
"Apa pedulimu!" teriak Zayn tepat di depan wajahku.
"Mmm, Za-Zayn. Tapi itu untuk apa?"
PLAK!
Dan aku hanya ingat sampai situ. Keadaan setelah itu gelap gulita dan aku saat pagi tadi aku sudah berada di dalam kamarku dalam posisi tertidur.
"Hai, Nad."
Aku menoleh ke arah Niall yang sembari tadi sedang memperhatikanku dengan wajah yang cemas. "Apa?"
"Kau tidak apa-apa?"
Aku menyerengitkan dahi dan menatap Niall heran. "Harusnya aku yang bertanya, "Apakah kau baik-baik saja?" Bukan kau."
Niall terkekeh pelan. "Aku baik-baik saja."
"Lalu, apakah kau benar-benar mengidap penyakit itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Thing // horan
Fiksi PenggemarNadine mendapatkan sebuah bingkisan misterius yang tidak jelas pengirimnya, tetapi semuanya ternyata tidak berakhir sampai situ. Pengirim misterius itu mengirimkan sebuah buku tebal yang berisi tentang tulisan-tulisan yang membuatnya terus menerus m...