[Thanks for 1k votes! I love you fcking so much, guys. Dedication to all of you who read this story. Enjoy!]
Setelah membaca tulisan Niall kemarin, aku baru sadar kalau tidak sebaiknya aku menutup-nutupi perasaanku sendiri. Bagaimana jadinya jika nanti aku akan menyesal di kemudian hari dan terjun dari gedung tinggi karena telah merindukan Niall tanpa memiliki hatinya, tetapi bagaimana bisa aku mencintai sahabatku sendiri?
Itu gila.
Benar-benar gila.
Kami sudah berteman lama dengan semua suka duka yang kami alami, tetapi semuanya akan hilang begitu saja dengan sebuah tingkatan hubungan yang jauh lebih tinggi dari persahabatan? Apakah kalian pikir sahabat jadi pacar itu menyenangkan? Tidak!
"Nadine?"
Aku menoleh ke arah belakang temat dudukku dan menemukan Zayn sedang menatap wajahku dengan cemas. "Mm?"
"Kau ini kenapa? Belakangan ini kau terlihat sangat sedih dan gelisah, apakah semua ini karena kehadiranku?"
Oh, Zayn. Kau sungguh begitu percaya diri. "Kalau iya, memangnya kenapa? Kalau tidak, memangnya kenapa?"
Zayn menghela napas panjang dan kembali menatapku. "Aku serius, nadine." Ia memegang tanganku dan mendekatkan bibirnya ke arah telingaku. "Kau sangat kehilangan Niall bukan?"
"Aku juga serius, Zayn!" Aku berteriak ke arahnya dan segera beranjak dari tempat dudukku. "Aku serius jika kau berbicara seperti itu lagi, aku akan membunuhmu! Niall masih hidup! Ia belum dan tidak akan pernah meninggal!"
Aku segera berlari menuju toilet perempuan dan berhenti di depan wastafel. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk menangis daripada kamar kecil. Aku menatap pantulan wajahku di cermin dan melihat air mata yang menetes semakin deras. Hatiku hancur ketika mendengar Zayn berbicara seperti itu. Aku tahu bahwa Ia tidak sengaja berbicara seperti itu, tetapi tetap saja itu menghancurkan perasaanku.
Aku memutarkan keran dan membasuhkan wajahku secara perlahan. Aku menunduk dan mencoba untuk mengatur emosiku dan napasku yang tersenggal-senggal. Aku menghapus air mataku dan kembali menatap pantulan diriku di cermin.
"Niall masih hidup. Ia tidak akan pernah bisa meninggalkan hatiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Thing // horan
Fiksi PenggemarNadine mendapatkan sebuah bingkisan misterius yang tidak jelas pengirimnya, tetapi semuanya ternyata tidak berakhir sampai situ. Pengirim misterius itu mengirimkan sebuah buku tebal yang berisi tentang tulisan-tulisan yang membuatnya terus menerus m...