Hidden Eyes

2K 323 71
                                    

This part is so boring, I warned you! Tapi demi kekorelasian dengan bagian berikutnya jadi bisa dibaca juga. Tq :)

____

"Kau murung terus Jaemin... mengantuk?" Jeno ikut menyandarkan tubuhnya di dinding ketika duduk di sebelah Jaemin yang mentap dengan pandangan kosong lurus ke depan. Lelaki yang ditanya itu menoleh. Memberi senyum paksa di wajahnya kepada Jeno.

"Ya, semalam mimpi buruk." Jawabnya singkat. "Terbangun dan tidak bisa tidur lagi," Imbuh lelaki dengan marga Na itu memberi penguatan.

"Setelah latihan kau bisa tidur sampai besok." Jeno menepuk pundak sohibnya itu dengan senyum di wajahnya. Jaemin kali ini tersenyum lebih natural menanggapi Jeno.

Perasaanya masih saja sama, tidak enak semenjak semalam.

___________________________________

"Mau cerita padaku?" Renjun kembali dari latihan koreo dan duduk di bangku dapur dengan Winwin. Hyung yang dari China itu menggiringnya ke sini. Tentu setelah Renjun membersihkan diri dan mengisi perut.

Winwin jelas melihat ada yang berbeda dengan Renjun. Seharian ini. Bocah itu lebih pendiam. Mungkin sih karena bibirnya sakit. Tapi mata Renjun juga bengkak saat pagi tadi Winwin menengoknya di kamar.

"Cerita apa?" Winwim tersenyum maklum. Dia juga sudah mengira jawaban dari pertanyaannya akan berbentu pertanyaan juga.

"Bibirmu yang terluka," matanya tertuju pada bibir tipis sewarna ceri itu yang memiliki titik merah cukup besar kini, yang adalah luka gigit. "Matamu yang bengkak." Kali ini dagunya bergerak ke depan, sedikit. "...dan, kenapa kau jadi pendiam?"

Renjun terkekeh mencairkan suasana. Ini masih bisa dikatakan sore sih, masih pukul 8. Anggota yang lain masih memiliki kegiatan masing-masing entah dimana. Sekarang di dorm hanya ada Renjun, Winwin, Yukhei dan Chenle. Yang lain menyibukkan diri di luar dorm.

"Aku membentur sesuatu..." katanya mencoba sealami mungkin. "Bibirku ini. Dan aku menangis. Sakitnya bukan main hyung." Ia menyentuh luka di bibirnya lalu berteriak aw.

"Kau tidak sedang membohongiku, kan?" Selidik Winwin yang menyipitkan matanya. Kalau ia bisa menerobos kepala Renjun dengan tatapannya yang membaca apa yang terdapat dipikiran adik Manisnya itu.

Renjun mengangguk sampai tiga kali. "Bibirku sakit makanya aku jadi lebih pendiam." Dia sedikit merengek agar Winwin percaya. Lalu matanya menyipit dengan kerutan di dahinya. "Memang apa yang mungkin terjadi dengan bibirku? Apa yang kau bayangkan?" Renjun bertanya menantang.

Winwin terkekeh juga, lalu menggeleng. "Hanya takut ada hal buruk. Xuxi mabuk semalam."

Saat ini pun jantung Renjun kembali berpacu. Bukan Yukhei yang melakukannya, ada orang lain. Winwin ternyata menaruh curiga pada lelaki bongsor yang paling kini sudah memejam di kamarnya.

_________________________________

"Kun Ge." Kun hampir saja melompat kalau tidak cepat sadar yang memanggil namanya adalah Jaemin. Dari kegelapan di dapur ia mendekat pada Kun. Lelaki yang lebih tua ini baru kembali dari tempat latihan, ini sudah tengah malam.

Lelaki China ini memberi senyum manis pada adiknya, melupakan fakta kalau tubuhnya lelah dan harus segera tidur sebelum menjemput mentari esok. Tapi ia juga tidak mau membuat lelaki muda di depannya sakit hati karena diabaikan. "Ada apa, Jaemin?" Tanyanya lembut.

Ekspresi Jaemin seperti orang frustasi, terlihat bundaran hitam di sekeliling matanya. Lelaki dengan nama depan Na ini susah tidur sepertinya. "Kau insomnia?" Kun bertanya setelah mereka saling berhadapan.

Kebenarannya sih ia susah tidur memang, tapi daripada itu ada hal yang lain yang lebih penting dan harus ia konsultasikan pada Kun. Sosok hyung yang dewasa dan pembawaannya tenang. Jaemin pikir akan lebih baik kalau ia bicara dengan Kun daripada dengan hyung yang lain.

"Aku ingin bicara denganmu hyung," Kun dengan lembut tersenyum dan mengangguk. Lalu kakinya melangkah menuju dapur. Menyalakan lampu sekedarnya dan mengambil duduk di bangku berkaki tinggi di sini. Jaemin membuntutinya dan duduk di sebelahnya.

"Silahkan mulai bicara," Ucapnya kalem. "Mungkin setelah bicara kau bisa tidur dengan tenang dan menghilangkan bundaran hitam itu. Menyedihkan..." kekehnya di akhir kalimat. Jaemin jadi tersetrum untuk terkekeh juga menanggapi. Tidak ada ketegangan di antara keduanya, pembicaraan mereka akan lancar. Jaemin pikir.

"Apa tanggapanmu kalau salah satu dari kita..." Jaemin terlihat ragu merampungkan kalimatnya. Kun yang menaruh kepalanya pada punggung tangan yang bertumpu di siku itu menanti dengan sabar. Kalimat apa yang akan di usaikan lelaki di depannya ini.

Tapi malah lengusan berat yang keluar dari Jaemin. Wajah Kun yang serius menanti itu berubah, ia tersenyum. "Katakan saja... apa itu?"

"Aku bingung bagaimana mengatakannya... hm, itu, Ten hyung dan Youngho hyung..."

Kun diam tidak mengintrupsi. membiarkan Jaemin menyelesaikan pertanyaannya.

"Mereka kan sangat dekat." Jaemin berhenti, seakan apa yang ditanyakan sudah usai.

"Lalu?" Kini Kun yang bertanya.

Jaemin menarik napas. "Hubungan sesama jenis... apa pendapatmu?"

Kun terkekeh. Jaemin tidak menyangka kalau tanggapan Kun malah begini. Maksudnya, dimana letak yang lucu?

Seakan tahu Jaemin bingung dimana yang lucu, Kun berkata. "Kau mau bertanya seperti itu kenapa membawa Ten dan Youngho hyung? Apa mereka jadi ikon gay di antara nct?" Kun masih terkekeh. Lalu kemudian berhenti, "Tapi, memangnya mereka gay?"

Jaemin kelabakan, dia tidak mengatakannya. Dia kan hanya bilang mereka sangat dekat. Apa yang ada di antara mereka sih Jaemin mana tahu.

"Bukan itu... seumpama hyung, anggota nct ada yang gay... bagaimana?"

Pertanyaan ini malah membuat Kun menaruh curiga pada lelaki yang lebih muda ini. "Jangan-jangan kau menyukai salah seorang di antara kita?" Kun masih dengan cengirannya, tidak mau membawa percakapan ini dalam suasana tegang. Meski kontennya cukup sensitif.

Jaemin menggeleng cepat. "Tidak!" Lontarnya tegas. "Aku hanya butuh pendapatmu... bagaimana?"

Kun membenarkan posisi duduknya, "Kalau hanya menurut sudut pandangku ya, aku tidak peduli. Masalahnya perihal suka dan cinta atau apapun itu menyangkut perasaan. Dan perasaan itu sifatnya pribadi. Memangnya kita bisa ikut campur? Jadi ya terserah. Itu bukan urusanku." Ucapnya gamblang. "Tapi kalau pandangan norma dan agama, tentu itu salah. Tapi aku tidak peduli. Itu urusan mereka yang melakukan, toh tidak merugikanku. Nah, lalu bagaimana Na Jaemin, siapa yang kau suka? Jeno?"

Kalau begini Jaemin difitnah, dia menggeleng cepat. "Tapi kan akan merugikan nct, hyung?"

Kun terkekeh lagi, "Nah, itu! Kalau memikirkan sekitar itu akan merugikan juga seharusnya disimpan rapat-rapat."

"Lalu sikapmu pada mereka?" Jaemin sedang dalam masa pubertas kah sampai banyak sekali penasaran terhadap sesuatu?

"Diam saja."

"Membenci mereka?"

Kun menggeleng. "Tidak kok. Mereka temanku. Aku akan diam. Tidak membenci atau mendukung selama yang mereka lakukan netral. Tidak merugikanku."

"Ngomong-ngomong kenapa kau menanyakan ini? Mau menyatakan perasaan pada seseorang? Jisung?"

Kun mendapat pukulan di lengannya, tidak terlalu keras dari Jaemin.

"Tidak hyung. Aku masih waras, Hina bahkan sangat cantik. Lami juga."

"Tapi menurutku Renjun itu sangat manis..."

Jaemin memicingkan matanya pada Kun yang terkekeh. Lelaki China ini menggodanya, toh.

"Sepertinya kau yang tidak waras hyung," lirihnya. Kun menggeleng.

"Hanya bicara fakta, anak Dream seperti merebutkan Injunie."

-tbc-

Bosen ya? Nga ada markrennya, told ya~ wkwkwk
Selamat hari Jumat, semoga barokah!
Sampai jumpa hari Minggu guys!

[bl] love me like you do✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang