How Would You Feel?

1.9K 278 60
                                    

Renjun mencoba untuk biasa saja. Dia bahkan tertawa bersama Mark melupakan kejadian yang menyebabkan mereka canggung semalam.

Tapi Renjun juga merasa aneh ketika mata bulat Mark menatapnya. Seperti hatinya tersetrum. Ia jadi ingat bagaimana rasa bibir Mark yang menyentuh miliknya juga tatapan Mark saat memegang pinggangnya semalam.

Anggota Dream baru selesai melakukan sesi pemotretan untuk sebuah majalah. Dari studio foto mereka langsung ke tempat latihan untuk persiapan comeback. Menuju tempat latihan ketujuh remaja itu menaiki sebuah van dengan menejer hyung sebagai supirnya.

Posisi duduk pun Renjun mendapatkan di sebelah Mark di kursi belakang. Renjun di tengah, diapit oleh Mark dan Jaemin. Kursi tengah ada Haechan, Chenle dan Jeno. Dan bersama dengan menejer hyung di paling depan Jisung berada.

Semuanya sibuk masing-masing dengan ponsel mereka. Ada yang bermain game, membuka sns nct atau sekedar mendengarkan musik. Kondisi di dalam van tidak berisik karena Haechan terlelap dengan AirPod terpasang di telinganya. Chenle bermain game. Jeno mengecek sns. Sisa tiga di belakang hanya diam-diaman. Atmosfirnya aneh kalau Renjun rasakan.

Jaemin memandang keluar lewat jendela pun Mark melakukan itu. Dirinya terhimpit di tengah. Ingin tidur bersandar sih pikir Renjun.

Mark selalu saja berada di belakang sebelah kanan dekat jendela setiap naik van. Entah bersama anggota 127, U atau Dream. Ia paling suka spot ini. Matanya bisa berkelana keluar jendela. Tapi kali ini dirinya lebih suka melabuhkan pandang ke orang di sebelah kirinya. Lelaki manis yang tengah bertingkah grasa grusu sejak tadi, entah karena tidak nyaman atau apa. Dia tidak mempedulikan lelaki di sebelah lelaki manis yang kini memilih lagu di platform musik online.

"Ed Sheeren bagus," celetuk Mark tiba-tiba. Renjun menoleh pun lelaki di sebelah Renjun ikut-ikutan. Mark hanya melirik lelaki itu sekilas dengan alis terangkat yang dibalas tatapan jengah Jaemin.

"Judulnya?" Tanya Renjun kemudian.

"How would you feel,"

"Baik. Saran diterima." Lelaki manis itu kembali fokus pada ponselnya. Mengetikkan judul yang Mark sarankan untuknya.

"If I told you I love you." Mark mengatakannya pada Renjun tapi dia menanti reaksi Jaemin atas ucapannya. Ya, ekspresi Jaemin seperti orang akan meninjunya. Sementara Renjun, ibu jari yang beraksi di atas touch screen ponselnya terhenti. Ada sesuatu yang salah belakangan dengan hatinya. Ia menoleh pada Mark. Lelaki Kanada itu menunjukkan cengirannya. "Itu sedikit penggalan liriknya."

Renjun mengangguk dan tidak mempedulikan lelaki di sebelah kanannya itu. AirPodnya sudah terpasang di telinga. Alunan lembut gitar yang menjadi iringan suara Ed menyapu telinganya. Ok, lagunya memang enak dan liriknya manis. Ia sampai deg-degan sendiri. Dan sialnya matanya melirik sosok di sebelah kanannya yang tengah memandang keluar jendela dengan senyum mengembang di wajah tampan lelaki itu.

__________________________________

Renjun baru saja keluar dari kamar mandi dengan tangan mengusak rambut basahnya dengan handuk. Ia berjalan pelan karena sambil memerhatikan sekaligus menebak punggung seseorang yang berbaring di sofa ruang tengah dengan posisi wajah menghadap ke kepala sofa sehingga tidak kelihatan.

Langkah Renjun makin dekat dengan sofa. Tapi ia berhenti saat Yukhei datang dari arah dapur. Dan saat itulah Renjun bertanya pada lelaki Hongkong itu. Jawabannya adalah, "Mark."

Renjun mengangguk. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengeruyak hatinya. Entahlah, dia sendiri jadi merasa aneh. Kepalanya mengangguk lalu berbalik untuk menuju kamar. Yukhei tidak terlalu mempedulikannya dan duduk di sofa yang lain di ruang tengah.

Ketika sampai di kamar Renjun membaringkan tubuhnya dan mengotak atik ponsel. Ia juga memasang AirPod di telinganya. Niatnya bersantai sebelum memejam malam ini. Mendengarkan musik menjadi pilihan terbaik sebelum mimpi menjemput.

Renjun hanya memutar acak playlistnya.

Intro dari sebuah lagu yang siang tadi ia dengarkan di van menyuara. Dan otomatis pikirannya melayang pada ucapan Mark.

"How would you feel,"  Renjun bisa mengingat jelas bagaimana suara Mark mengudara. "If I told you I love you." Dan debaran yang mendadak menyapanya kala di van pun Renjun ingat.

Ia menggeleng dan memejamkan matanya. Mencoba menghilangkan pikiran aneh tentang ketua timnya itu.

Matanya kembali terbuka saat pintu kamarnya terbuka. Yukhei muncul di sana dengan senyuman lebar. Sebelah tangannya di dalam saku, lelaki itu datang ke arahnya. Duduk di sisi ranjang Renjun, pun Renjun mendudukan tubuhnya.

"Ada apa?" Tanya Renjun melepas salah satu AirPodnya. Musik masih mengalun dari benda tersebut yang salah satunya masih terpasang di telinganya. Dia pikir baik-baik saja bicara dengan Yukhei dengan satu AirPod di telinga.

Yukhei menoleh ke ranjang lain di ruangan ini. "Jeno mana?"

"Entah. Masih di luar dengan Jaemin dan Jisung." Yukhei mengangguk. Lelaki itu menggigit bibir atasnya.

"Hm, begini, bisa aku meminta tolong?"

Renjun menyipitkan matanya. "Apa?"

"Besok temani Mark ya... aku ada urusan,"

Renjun tidak langsung menjawab karena sepertinya Yukhei belum usai berbicara. "Aku berjanji padanya untuk menemani mencari gitar. Tapi besok aku harus ke kelas bahasa Korea,"

Renjun menimbang sesuatu. Dia mengenyahkan pikiran anehnya mengenai Mark meski dia sendiri sudah tahu kalau itu memang aneh, mengenai Mark yang menciumnya saat mabuk. Dan juga, soal hatinya yang merasa aneh saat di van tadi. Mendengar penuturan Mark tentang lirik lagu yang membuat salting. Mungkin pergi dengan Mark bisa membuktikan sesuatu.

Dia akan merasa biasa saja. Ya, Renjun berpikir seperti itu. Toh sejak dulu mereka sering bersama dan semua berjalan normal. Jangan hanya karena ciuman malam itu semunya berubah. Tapi memang nyatanya hal itu bisa merubah segalanya.

"Kumohon..."

Renjun tidak ada pilihan lain kecuali mengangguk. Dan wajah Yukhei berbinar senang. Lelaki bertubuh bongsor itu tersenyum lebar dan menyalami Renjun.

"Terima kasih Renjun, sekarang kau boleh tidur! Semoga mimpi indah!" Menaik-turunkan alisnya bertubi dengan senyum jahil di wajahnya, tipikal Wong Yukhei, Renjun hanya mengangguk tanpa membalas senyum lelaki bongsor itu.

Perasaannya jadi gundah harus menjemput hari esok. Dia tidak siap... untuk ditinggalkan hanya berdua dengan Mark. Ah, tapikan mereka tidak mungkin mengemudi karena masih bocah. Artinya mereka tidak pergi hanya berdua, bisa jadi dengan menejer hyung. Renjun sedikit lega.

-tbc-

Haiii~ its too late? Nga aku edit ulang. Mon map kalu berantakan yak.
Terima kasih untuk yang menunggu, yang mbaca, yang vote, serta komentar. Aku sayang kalian. Sampai jumpa hari Jumat.

With 200% of love, ar

[bl] love me like you do✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang