Serious

1.2K 209 32
                                    

“Ini gila tapi aku benar-benar merindukanmu.” Tanpa menoleh Mark tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya dan berucap demikian, membuat kerja jantungnya mendadak bekerja diluar batas biasanya. Saat ia menoleh, lelaki yang sudah masuk ke dalam bayangannya itu berjalan mendekat. Tentu dengan senyum.

Mark tersenyum lembut, menerima dengan hangat kedatangan lelaki yang sama halnya ia rindu sejak dua minggu yang lalu adalah waktu terakhir mereka bicara. Jadi rindu menyiksa itu bukan main-main.

“Apa yang kaulakukan?” Renjun duduk di sebelah Mark, matanya menelisik ke layar MacBook di pangkuan Mark. Lelaki itu sedang membuka youtube dengan salah satu telinganya tersumpal headset.

Renjun mendelik. Ia kaget melihat apa yang Mark lakukan. Bukan, tentu di youtube tidak tersedia video mesum orang bercinta yang akan langsung kena blokir di platform tersebut dan Mark menontonnya. Lebih dari itu, pada bar pencarian tertulis ‘MARKREN’ membuat Renjun menelisik ke wajah Mark. Yang mana menanti reaksi Renjun.

“Mereka berhalusinasi tentang kita?”

Mark terkekeh atas pertanyaan Renjun tersebut. “Mau melihatnya?”

Renjun menggeleng tegas.

“Aku penasaran bagaimana reaksi mereka tahu kalau kita bahkan berciuman…” Mark membayangkan sambil terkekeh, “…tiga kali!”

“Hyung!” Rasa malu Renjun menjalar hingga ke leher. “Aku akan pergi—“ Lelaki yang lebih muda berdiri namun tak sampai sempurna Mark menariknya kembali duduk.

“Kalau masih rindu bisa tetap di sini, karena aku sendiri belum puas.”

Renjun tidak terlalu peduli apa yang Mark katakan, dia membaringkan tubuhnya di sebelah Mark. Mark masih duduk memangku MacBooknya, untuk informasi.

Memilih sibuk dengan kegiatan masing-masing, Mark memutar salah satu video sedangkan Renjun sibuk beradu argumen di dalam kepalanya tentang bagaimana mengenyahkan segala perasaan yang merasuk hatinya sejak ucapan rindu yang ia lontarkan pada lelaki sibuk sendiri di sebelahnya ini tempo hari. Ada yang mengganjal di dalam hatinya bahkan sebelum saat itu atau semenjak malam di studio rekaman.

Lenguhan kasar akhirnya keluar dari mulut Renjun. Ia kembali bangkit untuk duduk. Matanya tak mau mengikuti kerja otaknya untuk tidak melirik barang sepersekian detik ke layar MacBook Mark. Gila. Ya, dia melihat betapa bahagianya ia melompat ke pundak Mark waktu itu, saat ending Trigger the Fever.

“Hyung,” Mark mana mungkin menoleh saat Renjun memanggilnya dengan suara yang tidak begitu keras dan Mark memasang headset di kedua telinganya.

Video di layar berhenti, kerjaan Renjun. Anak itu seenaknya mempause video yang berputar itu dengan memencet space button.

Mark menoleh dan melepaskan headset di telinganya. Pandangan mereka bertemu, Mark dengan tatapan lembutnya, sedangkan Renjun menusuk.

Renjun meliki sejuta pertanyaan dan pernyataan yang ingin ia lontarkan pada lelaki di sebelahnya ini. Berangsur, Mark tersenyum padanya, “Apa?” Tanyanya lembut.

Kalau sudah melihat ekspresi memenangkan sekaligus menggemaskan seorang Mark Lee, ingin meracu pun Renjun urungkan. Lelaki China ini malah mengacak rambutnya frustasi.

Mark sedikit mengertii mengapa Renjun bertingkah demikian. Sejauh ini Mark berasumsi kalau Renjun bingung tentang perasaannya, lebih kurangnya pun anak ini pasti terganggu dengan bayangan bagaimana meraka berciuman tiga kali di waktu yang berbeda itu.

“Mau ke Hongdae denganku?”

Renjun tidak langsung menanggapi, dia beri jeda cukup lama. “Tidak!” teriaknya tegas.

[bl] love me like you do✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang