Dentingan jarum jam menjadi pengisi suara satu-satunya di ruangan ini. Sudah pukul satu dini hari dan orang yang izin pergi padanya tak juga kembali. Sebenarnya ia bisa saja pergi tidur sejak tadi membiarkan, Yukhei pulang kapan pun ituーtoh ia bisa membuka pintu dorm sendiri.
Tapi lelaki berwajah menarik ini enggan melakukannya, perasaannya tidak enak dan itu membuat ia tidak bisa memejamkan matanya dalam damai. Makanya kini ia terduduk di ruang tengah, bolak-balik mengunlock ponselnya berharap Yukhei membalas pesannya yang menanyakan keberadaan makhluk bongsor itu dan akan pulang kapan.
Di dalam kesunyian malam ini perasaannya berkecamuk, cemas, hanya itu. Ia khawatir Yukhei melakukan hal aneh di luar sana sampai menimbulkan masalah. Alasannya karena ia membiarkan bocah yang lebih tua itu, padahal kemampuan bahasa Koreanya belum sekeren dirinya. Ada perasaan menyesal untuk tidak mengikutinya saja tadi. Renjun menoleh kontan sesaat bunyi pintu terbuka di depan. Ia berlari ke arah pintu tersebut dan membelakkan matanya mendapati pemandangan di hadapannya itu.
Yukhei memapah seseorang yang tengah mabuk berat. Bahkan hampir tidak sadー
"Malam Renjun!"
Ok lelaki itu masih sadar.
"Urus dia, kepalaku sakit!" Dengan tanpa rasa tidak enak Yukhei memindah tangankan lelaki mabuk itu kepada Renjun yang masih mematung di tempatnya.
Lengan lelaki mabuk itu merangkul bahu Renjun dan Renjun mau tidak mau meletakan tangannya di pinggang lelaki berbau alkohol ini.
Tak habis pikir kalau ketua timnya akan seceroboh ini dalam merayakan kelegalannya meminum minuman memabukkan.
"Kau berat, Mark hyung!"
___________________________________
Semua kamar pasti sudah terkunci kecuali kamarnya, tapi Renjun juga tidak ingin berbagi ranjang dengan lelaki yang sekujur tubuhnya bau alkohol. Entah apa Mark menumpahkannya atau sengaja bermandi alkohol, Renjun tidak peduli. Jadi salah satu destinasi membaringkan tubuh Mark adalah sofa ruang tengah yang beberapa menit yang lalu jadi daerah kekuasaannya.
Debuman tubuh yang terhempas ke sofa itu tak menimbulkan bunyi yang keras. Renjun sama sekali tidak khawatir orang yang lebih tua darinya itu akan sakit punggung. Mark, selaku korban membenarkan sendiri posisi tubuhnya di atas sofa.
"Merepotkan!" Sedikit rasa kasihan juga terselip di hati Renjun. Pasti sesak tidur dengan ikat pinggang melingkar ketat di sekeliling perut, lalu mata Renjun masih berfungsi dengan baik melihat bercak noda di jaket levis ketua timnya.
Setengah hati Renjun pun melucuti ikat pinggang pada tubuh Mark. Untung lelaki itu tidak bergerak heboh seperti sebelumnya, lalu dengan agak kasar memaksa Mark untuk duduk dan melepaskan jaket levis lelaki itu. Renjun sendiri tidak peduli kalau ia duduk di paha Mark. Lelaki itu tengah mati rasa mungkin, tak keberatan sama sekali.
Posisi mereka membuat kepala kedua anak manusia ini sejajar. Dan mata yang saling bertemu dalam jarak yang tidak terlalu jauh bahkan cenderung sangat singkat. Ok, Renjun tidak sadar kalau lelaki mabuk ini menatapnya lamat.
"Kalau sampai Doyoung hyung tahu, aku jamin kau tinggal nama, Tuan Lee Minhyung!" Renjun berhasil melepaskan jaket levis Mark dan hendak bangkit dari posisinya. Ia tidak tahu kalau Mark menatapnya, sejak tadi dan lalu menarik pergelangan tangannya yang mengayun akan meninggalkannya. Renjun pikir lelaki asal Kanada itu akan ambruk sesaat ia melepaskan jaketnya. Tapi tidak.
Renjun menghadap ke bawah. Karena ia berdiri dan Mark duduk di sofa. Mata Rusa itu terlihat lelah, bola matanya agak merah di sekeliling bulatan cokelat gelap.
"Apa?" Tanya Renjun dengan amarah tertahan. Dia juga butuh tidur sekarang, jadi kesal juga saat Mark menahannya.
Tidak ada jawaban dari lelaki yang lebih tua. Ia menarik tangan yang sudah ia cekal tersebut sampai tubuh Renjun terduduk kembali di pahanya.
Renjun menatapnya tidak suka. Ada yang aneh dengan Mark, itu pikirnya. Ia juga mengira lelaki ini pasti mabuk berat dan mengenalinya saat ini itu kemungkinan terkecil. Maksudnya, Mark pasti dalam pengaruh alkohol.
Tatapan Mark melembut, berbanding dengan tatapan Renjun yang menusuk seakan siap menikamnya dengan pisau tersembunyi. Mark tersenyum, dan di sini Renjun merasakan atmosfir aneh mengerubungi ruangan ini. Ia mengerutkan dahinya, berancang-ancang untuk pergi namun naas, Mark mendorong tubuh Renjun hingga terbaring di bawahnya.
-tbc-
aku kembali dengan cerita yang aneh. Hehehehehehehehe. Aku harap teman-teman sukak. Sampai jumpa di bagian selanjutnya~
salam sayang♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[bl] love me like you do✔
Fanfic、、、I'll let you set the pace 'Cause I'm not thinking straight My head's spinning around I can't see clear no more What are you waiting for? 、、、 september, 2018.