01. The Second Meet

193 20 2
                                    

Jakarta, 28 april 2016.

   Semilir angin pagi yang begitu menyejukkan membuat suasana pagi sedikit menyegarkan,kicauan burung burung pipit,dan juga tak lupa daun daun kering yang berguguran dijalanan kota. Sebuah motor besar melintasi jalanan kota, Sepasang remaja laki laki dan perempuan yang menaiki motor itu.

   ‘’Vi, motor lo motor balap, tapi kenapa jalan nya lamban banget sih?’’ Gadis di jok belakangnya terus merengek tentang motornya yang jalan nya sangat lamban menurutnya.

    “Pril, kalo gue ngebut entar lo kenapa kenapa gimana? Gua gak mau ya sampe babak belur ditangan mas dirga kalau lo kenapa kenapa.”
Gadis itu masih kekeuh agar motor yang mereka naiki berjalan sedikit lebih cepat.

  “Dih bodo amat sama mas dirga, acara nya bentar lagi mulai vi, telat sedikit salah lo ya!”

   “Ya ampun pril, ini bahkan masih 20 menit sebelum acaranya mulai, bentar lagi kita sampe kok.”

   Si pria akhirnya pasrah, karena gadis itu mengancam nya akan menggoyang goyangkan tubuhnya jika laju motornya tak di percepat dari sekarang.

Akhirnya mereka berdua sampai disebuah balai kota. Didepan gedung itu terpampang dengan jelas spanduk besar bertuliskan “LOMBA BERMAIN ALAT MUSIK TINGKAT SMA.” Dan juga “SELAMAT DATANG PARA PESERTA DAN PENONTON PERLOMBAAN BERMAIN ALAT MUSIK SE-KOTA JAKARTA.”

     Dengan dibalut baju kodok yang celana nya sebatas mata kaki, rambut pendek berwarna coklat tergerai hingga bahu. Dan juga sepatu berwarna putih mempercantik dirinya. Gadis kecil yang sudah beranjak dewasa ini kembali dipertemukan dengan tempat yang sudah merubah hidupnya.

    Irwanda april alfaretta. Biasa dipanggil april atau bisa juga wanda. Laki laki yang bersamanya tadi adalah kekasihnya bernama Ravi Dwi Rahendra.

    Ini hari ulang tahun nya ke 16 tahun. Dan ayahnya menghadiahkan tiket masuk ke sebuah kontes piano.lagi. ia punya harapan agar dapat dipertemukan kembali oleh bocah laki laki dimasa lalunya.

   Masih asik merogoh sakunya untuk meraih sesuatu yang sejak tadi dicarinya,  seorang laki laki sedikit pendek berhoodie abu abu mendekati april dan ravi.

   Laki laki itu berhenti didepan mereka dan membuka jubah hoodie nya.
“Udah ketemu?” jawabnya dengan ekspresi super datar. April menoleh kesumber suara, seperkian detik kemudian ia menganga. “m-m-mas dirga sejak kapan ada disitu?!” April sedikit berteriak karena terkejut. “emm sekitar 20 detik yang lalu pas gue nanya ‘udah ketemu’. “ emang kakak nya april ini kepinteran nya kelewat batas, sampe sampe waktu dateng aja diitungin pake detik. Hadehade.

“Ck, gue nanya lo malah nanya balik, udah ketemu belom?”
Dengan Tampang tak berdosa april malah Menjawab "Apanya" Membuat Emosi Pria Didepannya Meluap Luap.

     Ravi Jelas Tidak Bodoh. Laki laki Bertubuh Pendek yang bernama Dirga Pramana Alfaretta itu Jelas Jelas Menanyakan Tiket Masuk Yang Sedang Dipegangnya Pada April. Ravi Sering Melihat Pertengkaran Absurd Kakak Beradik Ini. Tapi ravi hanya diam tak mau Terlibat Oleh Dirga.

   "Mas Udah Kasih Tau aja.. Acara Nya Mau Mulai, Nanti Kalo Sampe Acara Nya Udah Mulai Yang disalahin Gue.." Ravi Pasrah Mengatakannya dengan tampang Memelas. Dirga Sebenarnya Ingin Tertawa Tapi Karena Kasihan Dengan Ravi Yang selalu Menjadi Korban Kekesalan April Membuat Dirga Teringat Hal Itu.

    "Nih, Mentang Mentang makin tua malah pikun kaya nenek nenek." Dirga Menyodorkan 2 lembar kertas panjang Ke arah april. April langsung Merebutnya. "Kalo Gue Nenek Nenek Lo Kakek Kakek Dong!" April Menarik tangan ravi Masuk kedalam gedung membuat dirga gagal melempar sepatu kearahnya karena kesal.

"Untung lo ade gua ya.. Kalo bukan tadinya mau gua karungin trus gua buang ke laut.."umpat dirga sambil mengelus dadanya.

     April dan ravi duduk disalah satu bangku paling atas. Ruangan nya masih sama, seperti gedung bioskop yang hanya ada beberapa lampu yang dinyalakan. Bedanya ini ada panggung yang luamayan besar, lantainya terbuat dari kayu. Terdapat beberapa alat musik yang diletakkan di sisi panggung.

     Acara pun dimulai. April sejak tadi pun sudah antusias. Tanpa april tahu, diam diam ravi mengambil gambarnya. Iseng iseng saja karena melihat wajah wanitanya terlihat bersinar dari biasanya.

     Ini penampilan kelima, telinga april menangkap suatu nama yang sejak tadi telah ia tunggu tunggu.

“Ya! Peserta selanjutnya, Reza giovano dawala dari SMA-
Tiba tiba MC berhenti bersuara dan pergi kebelakang panggung. Lalu kembali dengan wajah agak ragu.

“maaf sebelumnya membuat menunggu, tadi sempat ada kesalahan teknis sedikit..” sang MC menjelaskan membuat april sedikit lega.

“Ya! Kita sambut inilah dia.. Reza Giovano Dawala dari SMA Puspa Bangsa 04 Jakarta!”

Gemuruh terdengar diseluruh penjuru ruangan karena tepuk tangan menggelegar dari penonton yang hadir dalam lomba itu.april dan ravi tercengang. ada sedikit hal yang membuat kedua insan ini tak bertepuk tangan saat pria kurus memakai baju kemeja dan levis hitam dengan rambut yang sedikit acak acak an menaiki panggung.

“Pril gue gak salah denger kan? Dari sekian banyak nya siswa yang gue kenal.. gak pernah gue denger nama reza giovano dawal disekolah kita.” Tanya Ravi masih tak percaya. April diam sesaat pria itu muai menduduk an dirinya di bangku piano.

   Jari kurusnya menyentuh tuts tuts piano, melantun indah sebuah lagu yang dinyanyikan Justin bieber berjudul “Nothing Like Us” . irama yang sangat halus dan melodi indah yang dihasilkan nya kembali mengingatkan april pada bocah laki laki yang dulu memainkan lagu “Twinkle twinkle little star.”

     Saat lagu itu hampir habis, sepertinya ia sengaja menyambungkan dengan salah satu lagu. Hei tunggu, bukankah ini lagu yang dinyanyikan Eric nam dan Cheeze, bukankah ini salah satu lagu korea yang disukai april? Bahkan saat ravi mendengar ini dia langsung menoleh kearah april yang mata nya berkaca kaca karena bahagia seseorang melantunkan lagu kesukaan nya dengan piano. Ya kalian pasti tahu itu lagu apa, lagu berjudul “Perhaps Love” berhasil menarik hati april saat pertama kali mendengarnya. Tuhan, tolong tahan april untuk tidak bernyanyi disini. Hatinya terlalu bahagia sampai sampai ia ingin tertawa- bukan maksudnya menangis.

    Lagu itu selesai. Jari nya berhenti. Percayalah, semua orang di dalam sana terpana akan permainan piano nya, dan sekali lagi tolong percayalah, april adalah orang pertama yang langsung berdiri dan bertepuk tangan tepat setelah lagu itu berhenti. Penonton lain ikut bertepuk tangan termasuk ravi.

     Ravi ikut bahagia melihat april tersenyum bahagia seperti ini saat hari ulang tahunnya. Walau april tersenyum bukan karenanya, melihat april tersenyum lebar seperti cahaya yang sedang bersinar terang dalam hatinya.

     2 jam kemudian acara itu selesai. Laki laki tadi berhasil memenangkan juara 1 kategori alat musik piano. Buru buru april keluar dari ruangan itu, Ravi tak sempat mengejarnya, karena banyak orang yang berlalu lalang.

    April pergi ke gedung bagian belakang tepat pada bagian pintu keluar belakang panggung. Ia berharap laki laki itu keluar dari sana.dan benar saja 5 menit menunggu laki laki itu melewati tempat dimana april berdiri. Hawa dingin yang ia keluarkan dan juga parfum wangi lavender menusuk indra penciuman april.

    April sedikit berlari agar langkahnya bisa sejajar olehnya.
“grep!” april berhasil menggenggam tangannya. Sontak pria itu berhenti dan menoleh kebelakang. April melontarkan senyuman nya dan dibalas tatapan dingin nya.

“Siapa?” tanyanya dingin.

“Saya? Manusiaaaa, hehe..” canda april membuat pria itu sedikit kesal.
“Kau mau apa?” tanyanya lagi masih dengan tatapan dingin.

“Boleh aku meminta suatu permintaan?”
“Apa?” jawabnya pendek.

“Salken yaa. Gue Irwanda April Alfaretta. Lo pasti Reza Giovano Dawala.. kan?”



Terima Kasih Tuhan, Telah Mempertemukanku Dengan Dia, Lagi.
.
.

Perhaps Love; Rhythm Of Love
Part 1
To Be Continued~

Perhaps Love; Rhythm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang