18. Dua Sisi (2)

28 7 17
                                    

Tuk!

Dirga Mem-pause Alat Berukuran Kecil Berwarna Hitam Yang Sempat Ia Ambil Dari Meja Ravi.

"Kenapa? Masih Belum Selesai Kan?!"Tanya Chika Yang Bingung Melihat Sikap Dirga.

"Lo tau Gak Kesimpulan Yang Diambil Dari Rekaman Suara Ini?"Tiba Tiba Wajahnya Berubah Serius, Dirga Mengacak Rambut Nya Kasar.

Chika Menggeleng Samar.

"Dua Dua Nya Dirugikan. Kalau Ravi Tetap Ke Singapura, Papa nya Ravi Gak Mungkin Mutusin Kontrak Ini, Jadi Mau Ravi Disini Atau Ravi Pulang Ke Singapura, Gak Bakal ada Yang Berubah Chi."Dirga Mengusap Wajahnya Kasar, Meratapi keadaan keluarganya Yang Begitu Menderita.

"Kalo Gitu Kita Bakal Ngapain?" Gadis Itu Menatap Dalam Mata Dirga Yang Terlihat Lesu.

"Kita Cuma Bisa Mantau. Sandiwara Ini harus Tetap Berlanjut, Kita Harus Pura Pura Gak Tau Apa Yang Terjadi Hari Ini, Oke?"Ucapnya Kemudian Mereka Kembali Pulang.

~~~~~~~~~~~~

Ravi mengacak Ngacak Rambutnya, Semua Barang Yang Ada Dalam Ruangan Itu Hancur Lebur Menjadi Bahan Pelampiasan Emosi nya Yang Meluap.

Wajahnya Memerah, Urat Urat Nya Keluar Dari Rahang Tegas Dan Dahi Nya.
Pria Itu Sangat Marah.

"LELAKI BRENGSEK!CIH!" Umpatnya Sebelum Tubuhnya Terduduk Di Ranjang Yang Masih Utuh Diantara Barang Barang Yang Hampir Hancur Didalam Ruangan itu.

Ravi Membuka Laci Disamping Tempat Tidurnya, Ia Mengambil Sebuah Bingkai Foto Kecil Lalu Mengusap Debu Nya Perlahan.

Foto Dua Remaja Yang Sedang Tersenyum Lebar, Posisinya Si Pria Menggendong Si Perempuan Di Belakangnya.

Gadis Di Foto Itu Terlihat Manis Saat Tersenyum Lebar Sambil Memegang Topi Lebarnya Yang Hampir Terbang.

Ravi Mengusap Foto Itu Perlahan, Lalu Kembali Menyimpan Nya Didalam Laci.

Tubuhnya Ia Rebahkan Di Kasur, Sudah Lelah Dengan Apa Yang Terjadi Hari Ini. Ia Butuh Istirahat.

Ia Memejamkan Matanya, Seseorang Mengintip Gerak Gerik nya Dibalik Pintu Yang Terbuka Sedikit.

Perempuan Paruh Baya Yang tak Lain Adalah Mama Nya Terduduk Dibalik Pintu.
Ia Menangis kecil Sambil Bergumam. "Kamu Anak Yang Paling Kuat Yang Pernah Mama Punya Ravi, Jangan Menyerah. Jangan kalah Dari Papa Mu."Gumam Nya Lalu Melirik Lagi Pada Putra Satu satunya Yang Sudah Terlelap Dibalik Selimut.

~~~~~~~~~~~

"Mau Minum apa?"Tawar Dirga Saat Mereka Baru Saja Pulang Dari Cafe Dan Mampir Kerumah Dirga.

"Apa aja."Jawab Chika Seadanya Lalu Melihat Ponselnya, Ia Membuka Chat Yang Tampil Di notifikasi.

Pandangannya Teralih Melihat April Yang Turun Dari Tangga Menuju Arahnya.
Chika memperhatikan penampilannya, Rambut Kusut, Kaus Ungu Polos, Dan Celana Pendek sepaha, April Duduk Disamping Nya.

"Idih, Jangan bilang lo baru bangun?"Pekik Chika Lebay Melihat Penampilan April Yang Udah Kaya Gembelan.

"Ahhh! Berisik!" April Memijat Mijat Kepala Nya, Sedangkan Chika Hanya Mencibir lalu Fokus lagi Pada Ponselnya.

"Lo Gak Nanya Gitu Gue Kenapa Baru Bangun?"Chika Memutar Bola Matanya Malas Menanggapi Ucapan Calon Kakak Iparnya Itu.

"Tadi Gue ngomong salah, ga ngomong juga salah."Jawab Chika Sambil Mengendikkan Bahu.

"Semaleman Gue Nugas Buat Persiapan Classmeet. Cape Tau Gak."Rengeknya, Sekarang Ia Bersender Di Punggung Chika Seperti Orang Gak Punya tulang.

Perhaps Love; Rhythm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang