Prolog

178 53 6
                                    

"Aku paling benci, ketika orang lain menyuruhku untuk berhenti mencintainya. Bisa di katakan aku memang bodoh untuk meneruskan hubungan ini. Padahal jelas-jelas dia sudah memberi isyarat untuk segera mengakhiri hubungan ini. Tapi aku seakan akan tidak tau dan bisu, seakan akan aku tidak peka, tapi apa boleh buat tentang perasaan ini. Rasa ini sudah terlanjur dalam.

Aku sudah menerima resiko patah hati setiap hari dan berulang kali. Dia selalu menganggap aku tidak ada dan dia asik dengan dunianya sendiri. Kalimat yang selalu di lontarkannya sekarang tidak pernah lembut seperti dulu, sekarang ini seperti ada kata bentakan di setiap kalimatnya. Aku berfikir, kapan aku bisa melepaskannya?

Setiap hari aku menerima nasihat dari kedua sahabatku, tapi tak ada yang aku gubris. Bahkan mereka secara terang-terangan mengatakan aku bodoh. Ya, aku mengakui itu, tapi mereka tidak pernah meninggalkanku, mereka selalu ada di sisiku di saat orang lain juga mencemoohku. Aku sangat menyayangi mereka.

Orang lain mencemoohku dengan kata-kata gadis bodoh, karna aku tetap saja mempertahankan dia yang sudah jelas-jelas berganti ganti wanita. Sebenarnya aku sudah tau, tapi aku tutupi semuanya, mungkin ada saatnya perasaan ini akan hilang atau mungkin tak akan pernah hilang.

Dan satu hal lagi, aku memiliki teman. Eh, tapi lebih tepatnya sudah ku anggap musuh. Karna setiap hari dia selalu menjahiliku, menggodaku, bahkan mengeluarkan kalimat-kalimat untuk membaperi wanita. Tapi aku tidak, aku justru muak.

Yang ku anggap musuhku itu memiliki cap playboy, badboy, suka tawuran dan keras. Tak segan-segan siswa siswi takut padanya jika mempunyai pekara dengannya. Tapi di balik sifatnya yang negatif itu, dia memiliki sifat humoris dan ramah.

Karna musuhku itu, kekasihku selalu mencari letak kesalahanku dengan musuhku, padahal dia hanya salah faham saja. Aku tidak pernah bermain belakang dengan cowok tengil itu.

Dan karna itu, aku berusaha menjauh dengan musuhku itu, tapi semakin aku menjauh, dia selalu mendekat, serta kata-katanya yang membuat hatiku tertegun. "Luka mu adalah lukaku".

Entah kata-katanya seperti memiliki makna tertentu, yang tidak aku ketahui. Ini lah kisah semasa aku SMA, kisah dimana akan berakhirnya sekolah".

Bad ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang