BT 4

90 42 31
                                    

"Sayang...to--tolongin aku"kata Candra tersendat-sendat karna harus menahan rasa sakit yang hampir menjalar di seluruh bagian tubuhnya.

Syifa masih kaget dengan suasanya ini. Dan beberapa detik pun ia baru tersadar.

"Astaga Candra?!!"pekik histeris Syifa bersamaan dengan suara petir yang begitu kencang.

Keadaan Candra sekarang jauh dari kata-kata baik. Karna dari ujung kepala hingga ujung kaki basah mungkin terkena hujan, serta wajah yang babak belur dan darah yang mengalir di hidung, mulut, dan goresan-goresan kecil di bagian pergelangan tangan Candra.

Tanpa basa basi Syifa langsung menuntun Candra yang tertatih untuk segera masuk ke rumahnya. "Kamu duduk sini dulu ya, aku mau ambil bahan-bahan buat obatin luka kamu sama pakaian ganti punya Ayah"kata Syifa sambil membantu Candra untuk duduk di sofa.

Setelah membantu Candra. Syifa mencari alat dan bahan yang diperlukan untuk mengobati luka Candra. Setelah berhasil menemukannya, Syifa kembali sambil membawa alat dan bahan yang diperlukan.

Syifa duduk di samping Candra yang meringis menahan kesakitan.

Candra yang melihat Syifa sudah kembali sambil membawa alat dan bahan yang diperlukan, lantas Candra langsung tidur dipangkuan Syifa tanpa memperdulikan tatapan kaget Syifa.

"Gak mau ganti baju dulu?"tanya Syifa.

Dan jawaban Candra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

"Nanti kalau masuk angin gimana?"tanya Syifa lagi.

Tapi, yang didapatkan jawabannya sama. Syifa hanya menghembuskan nafasnya gusar.

Candra memejamkan matanya karna merasa nyaman. Dan Syifa berusaha menetralkan jantungnya. Lalu setelah lumayan normal, Syifa mengambil kapas dan revanol yang ada disampingnya.

"Kenapa bisa gini? Berantem lagi?"kata Syifa hati-hati. Dan jawaban Candra hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

"Jangan diulangi lagi ya?"kata Syifa lagi, dan jawaban yang Syifa dapatkan pun sama yaitu anggukan dari sang pacar. Meskipun Syifa sudah berulang kali menasihati. Tapi, Candra tetaplah Candra yang keras kepala. Yang sering tidak mendengarkan nasihat orang lain, walaupun untuk kebaikannya sendiri. Baginya, buat apa mereka atur-atur. Toh, kan hidupnya.

Syifa memoleskan kapas yang sudah berisi revanol untuk membersihkan darah yang sudah kering milik Candra. Dan si empu-nya hanya meringis kesakitan.

Syifa mengobati luka Candra dengan penuh kasih sayang. Meskipun suasana canggung, karna mereka jarang bertelekomunikasi, terlebih Candra yang berusaha menjauhi Syifa.

Setelah merasa sudah cukup luka yang sudah Syifa obati. Syifa langsung menaruh peralatan dan obat-obatan itu disamping nakas ruang tamu sebelah sofanya dengan pelan-pelan. Karna, tidak ingin Candra bangun karna ulahnya. Terlebih lagi keadaan pria itu yang mengharuskan istirahat cukup.

Syifa melihat jam yang berada di ruang tamu, yang sudah menunjukkan pukul 03.45 dan pasti pembantunya sebentar lagi akan ada yang melakukan kegiatan sehari harinya lagi.

Dan entah kenapa Syifa sudah merasa mengantuk. Lalu, Syifa memejamkan matanya dan beberapa detik pun sudah terlelap untuk menjumpai alam mimpinya.

Dan keadaan tidurnya pun harus duduk dengan bersender di sofa serta Candra yang tidur dipangkuannya dengan terlelap.

Pukul 09.18 WIB

Syifa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk untuk matanya. Dilihatnya sekeliling yang ia yakini itu kamarnya.

Syifa baru menyadari jika ia sudah tidak berada di ruang tamu serta Candra yang sudah tidak tidur dipangkuannya. Lalu, Syifa memencet tombol kuning di atas tempat tidurnya. Dan tak lama datanglah seorang pembantu yang menjabat sebagai kepala pembantu di rumah istana Syifa.

Bad ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang