BT 8

77 23 72
                                    

Syifa yang masih sedikit terisak sungguh terkejut dengan kehadiran seseorang. Terlebih lagi menggenggam tangannya dan mengusapnya lembut.

Dilihatnya Sendi ternyata yang melakukan itu.

"Gue akan selalu ada untuk lo"ujarnya.

Syifa masih termenung di tempat. Sungguh ia bingung harus melakukan apa saat ini. Apalagi tatapan sendu Sendi yang menenangkan, membuat Syifa enggan untuk mengalihkan tatapannya.

Lalu, Sendi menghapus sisa air mata Syifa.

"Gue gak pernah bilangin lo ya?"kata Sendi yang masih menatap Syifa dengan tatapan sendunya.

"Bi--bilang a--apa?"tanya Syifa gugup.

"Oh, berarti belum. Gue bilangin sekarang ya?"kata Sendi sambil menggenggam tangan Syifa. Dan diliriknya tangan Syifa yang sudah tidak bergetar lagi.

Syifa hanya menganggukkan kepalanya saja, tanda dia setuju.

"Jangan pernah nangis lagi apalagi gara-gara cowok syaiton itu. Paham?"kata Sendi yang mengungkapkan dengan emosi.

Syifa menggelengkan kepalanya tanda dia tidak setuju.

"Kenapa?"tanya Sendi lembut. Padahal di hatinya ia ingin sekali menonjok tembok.

"Gue gak bisa"kata Syifa langsung berdiri.

Ingin saja Sendi menyahuti omongan Syifa. Tapi, tiba-tiba Ratu datang dengan antek-anteknya.

Dilihatnya Ratu yang tiba-tiba bertepuk tangan serta senyuman miring yang terukir dibibirnya.

"Girls! Ada orang selingkuh ternyata! Dan di tempat pojokan tempat parkir lagi"seru Ratu yang masih bertepuk tangan.

"Pacarnya padahal punya masalah. Eh, malah disini berduaan"lanjut Ratu.

"Mana selingkuhnya gak modal lagi"kata Ratu sambil tertawa dan menutup mulutnya.

Ingin rasanya Syifa menonjok mulut Ratu sekarang juga. Tapi, Syifa lebih memilih diam dulu.

Sendi tersenyum miring.

"Oh my god! Atau jangan-jangan kalian di pojokan ngelakuin hal-hal yang tidak senonoh"

Syifa masih terdiam.

"Dasar jal--"

Belum saja Ratu menyelesaikan omongannya. Sudah ada tangan melayang di pipi kirinya. Dan dilihatnya Syifa dengan nafas memburu.

"Jaga omongan lo ya!"kata Syifa emosi yang sudah meluap-luap. Bukan berarti Syifa diam tadi tidak melakukan apa-apa.

"Lo berani juga nampar gue hah?!"

"Gue diem aja daritadi nahan emosi. Dan lo! Lo malah mancing emosi gue dengan kata-kata lo yang tidak berbobot itu!"kata Syifa sambil menunjuk-nunjuk Ratu menggunakan jari telunjuk kanannya.

Sendi masih diam dan tersenyum puas dengan apa yang dilakukan Syifa hari ini. Mungkin, Sendi akan mencatat hari ini adalah hari bahagianya. Karna sudah modus menggenggam tangan Syifa dan melihat Syifa yang sudah mulai berani dengan seseorang.

Bad ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang