park 5

47 4 0
                                    

      Sesampainya di apartemen, karla terkejut memihat kakaknya yang sudah berada di depan pintu. Karla terus berjalan mendekati kakaknya, yang meihatnya dari kejauhan, "ada apa kak? Kenapa kakak ada disini? Apa kakak nunggu aku?"tanya karla pada kak wildan. "Ayo dek, kerumah sakit. Ini udah waktunya kamu check up" jawab wildan santai, sebari tersenyum manis pada karla. 'Jadi ini, alasan kakak nyuruh aku pulang cepet. Kalau tau gini, aku gak akan pulang' gumam karla sebari melihat kakaknya dengan tatapan tajamnya. "Kenapa harus sekarang?" tanya karla gemetar. "Udah jangan takut, kan ada kakak, lagi pula ini udah jadwalnya" jawab kak wikdan sebari mengusap rambut karla dan tersenyum lebar. "Ayo kerangkat"lanjut ucapan kak wildan sebari menarik tangan karla menuju mobil.    
    Karla hanya pasrah, karna dia tau, kalau itu adalah hal yang terbaik untuk kesehatannya.
    Disepanjang perjalanan karla hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi nanti 'nanti pasti aku ketemu sama dokter aneh itu. Ketemu jarum suntik, dikasih obat lagi. Tuhan... Kapan ini berakhir' (dokter ricky adalah dokter ahli kanker, dan dokter yang biasa merawat karla).
     Sesampainya dirumah sakit, kakak karla langsung memarkirkan mobilnya. Kak wildan membukakan pintu untuk karla, sebari mengusap rambut karla dengan lebut, "udah sampai, udah jangan takut. Kamu kan udah beberapa kali dateng disini. Dan percaya sama kakak, semuanya akan baik baik aja" ucap kak wildan. Karla pun turun dari mobil dan mulai berjalan menuju ruangan yang biasa karla tempati. Karla bertemu dengan dokter ricky yang langsung menyapanya dengan senyuman.
     Sesampainya diruangan check up, karla langsung duduk diatas ranjang rumah sakit. "Hay karla, bagaimana keadaanmu saat ini?"tanya dokter ricky, sebari menyiapkan alat alat untuk check up. "Sama aja"jawab karla ketus. "Baiklah, silahkan berbaring, saya akan memeriksamu" jawab dokter dengan senyum manis.
   Beberapa menit berlalu, karla keluar dari ruangan itu dengan ekspresi yang tidak enak dilihat, wajahnya memerah, matanya bengkak, hidung memerah, dan beberapa butiran putih yang masih turun dari kelopak matanya membasahi pipi karla. Melihat keadaan adiknya, kak wildan langsung memeluknya dengan erat, sebari mengusap air mata yang berada di pipi karla, "karla, berhentilah menangis, semua sudah selesai. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan". "Wildan, apa kamu bisa masuk kedalam ruangan saya? Ini hanya sebentar"ujar dokter ricky yang memotong perkataan wildan. mendengar perintah dokter ricky, wildan langsung melepaskan pelukannya pada adiknya, sebari mengusap rambut adiknya dengan lebut dan tersenyum manis, "baiklah" jawab wildan dengan singkat, "karla. Kamu tunggu sini dulu ya, kakak gak akan lama kok" lanjut perkataan wildan, dan mulai berjalan kearah ruangan yang tadi karla masuki. Karla mulai duduk dibangku yang dekat dengan ruangan yang karla masuki tadi. 'Sebenernya apa yang mereka bicarakan? Kenapa aku gak diajak masuk juga? Padahalkan disini yang sakit aku, bukan kak wildan' gumam karla sebari menundukkan kepalanya.
   10 menit berlalu, kak wildan keluar dari ruangan tadi dengan dokter ricky dan mulai berjalan menuju karla. "Karla, ayo kita pulang, dan hapus air matamu itu. Kakak gak suka liatnya" ujar kak wildan sebari menjulurkan tanannya pada karla. Karla hanya mengangguk dan mereka mulai berjalan kearah parkir mobil, meninggalkan fokter ricky.
  
    Sesampainya dirumah, karla dan wildan langsung duduk disofa yang ada diruang tamu. Karla melihat wajah kakaknya, dengan tatapan aneh, "ada apa? Kenapa kakak senyum senyum sendiri? Kaya hema aja" tanya karla pada wildan. "Gak papa. Kakak cuma mengagumi wajahmu saja" jawab kak wildan dengan senyum lebar dan mencubit pipi karla, "auuuu... Sakit kak" teriak karla sebari memukul mukul kakaknya dengan keras. "Biarin... Hahahaa" jawab kak wildan dengan tertawa dan memegang perutnya. "Dasar kak wildan gila" ujar karla ketus. "Dih.. Ngambek, hahaha"jawab kak wildan dengan menarik hidung karla. "Udah kak berhanti. Aku mau tanya sesuatu sama kakak. Kak. Apa yang tadi kakak bicarain sama dokter aneh itu?" tanya karla oada kak wildan, yang membuat mata kak wildan membulat kearah karla. "Gak ada" jawab kak wildan dengan santai. "Kalau kakak gak jawab jujur. Aku gak akan makan, atau minum obat. Biarin aja biar aku mati sekalian, toh disini udah gak ada yang sayang sama aku. Gak ada yang jujur sama aku dan gak ada yang peduli sama aku" ujar karla panjang lebar. "Kakak masih sayang, peduli dan masih jujur sama kamu. Jadi jangan sesekali kamu ngomong kaya gitu lagi. Kakak gak suka dengernya" jawab kak wildan sebari mengacak ngacak rambut adiknya yang mencoba bicara serius padanya. "Jadi?" tanya karla sebari merapikan rambutnya lagi. "Kalau kakak cerita ini. Kamu jangan nangis ya" . "iya bawel" jawab karla ketus. "Kanker hati kamu udah mencapai setadium empat. Tapi kamu jangan kawatir dokter ricky dan rekan rekannya pasti dapat menyembuhkanmu" jawab kak wildan sebari menggenggam tangan karla dan melihat mata karla. "Hmmm jadi gitu. Kak apa hidupku gak akan lama lagi?" Tanya karla yang membuat butiran putih bening keluar dari mata wildan. "kamu jangan ngomong kaya gitu. Semuanya akan baik baik aja. Kakak akan janji sama kamu" jawab kak wildan dengan tersegal segal. "Udahlah kak. Jangan nangis. Tadi kakak nyuruh aku buat gak nangis, tapi sekarang? Coba liat siapa yang nangis" jawab karla sebari menunjuk air mata yang ada dipipi wildan. Wildan mulai mengusap air mata yang ada dipipinya dan tersenyum pada karla. "Dek. Tadi kamu bilang kakak kaya hema. Emang hema siapa? Oh.. Kakak tau, dia pacarmu kan"tanya wildan sebari menyenggol pundak karla dengan pelan. "Kak aku mau ketaman. Sama makan coklat. Apa kakak mau nemenin aku?"tanya karla yang berusaha mengalihkan pembicaraannya tentang hema. "Iya. Kakak akan nemenin kamu. Eh... Kamu jangan coba coba ngalihin pembicaraan Ya. Sekarang kamu cerita sama kakak, siapa hema itu" jawab kak wildan. "Kalau aku gak mau cerita gimana?"tanya karla. "Kamu harus cerita. Karna walau bagaimanapun kakak adalah orang yang menginginkan kamu selalu bahagia dan orang yang selalu menjaga kamu dari hal apapun. Kalau kamu gak cerita gimana kakak bisa ngelindungi kamu?" jawab kak wildan panjang lebar yang membuat karla tersenyum padanya. "Oke,jadi gini kak, hema itu temenku. Dia temenan sama aku karna dia ingin ngerubah sifatnya yang kurang baik. Terus, hema itu..e... Selalu nyemperin aku dan menghibur aku. Dan hema juga yang membuat aku ngomong panjang lebar dan ketawa kemarin" penjelasan karla panjang lebar pada kakaknya. "Oh... Gitu, makanya sifatmu udah mulai kembali kayak dulu akhir akhir ini. Ternyata ini karna hema" Jawab wildan tersenyum lebar. "Dek. Besok kamu mau kakak jemput atau mau pulang swndiri kaya biasa?" tanya kak wildan yang tiba tiba mengalihkan pembicaraannya. "Aku pulang sendiri aja kak, lagi pula aku mau terus kelihatan sehat didelan semua orang" jawab kerla sebari tersenyum kecil pada kakaknya. Mendengar penjelasan karla. Wildan langsung mengusap rambut karla dengan lembut. 'Semoga aja hema bisa buat kondisi karla semakin baik dan bisa mengembalikan sifat karla yang dulu'.









TBC










kulkas berjalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang