一O5

2.4K 468 29
                                    



Midnight talk adalah waktu yang Zea benci sekaligus waktu yang tepat buat ngeluapin semua perasaannya. Tapi kali ini, beda. Zea berhadapan sama orang yang bahkan belum ada 6 jam dia kenal.



"Gue Zealoran." Kata Zea membuka pembicaraan. Jadi selama mereka ngobrol tadi, Han bahkan gak tau nama lawan bicaranya—how fool.

"Oh—hai Ze." Jawab Han canggung.

"Thanks."

"Buat apa?"

"Udah nyegah gue buat suicide dan udah ngijinin gue tinggal disini."

Han cuma ngangguk.

Mereka cuma diem-dieman di balkon apartment Han. Ya—akhirnya Zea mau tinggal di apartment Han setelah mastiin bahwa Han bukan cowok yang aneh-aneh. Zea juga terpaksa pakai baju Han karena tadi dia cuma pakai gaun tanpa bawa apapun.

"Ze.." panggil Han.

Zea malingin wajahnya ke arah Han.

"Lo cukup beruntung. Waktu lo mau bunuh diri, masih ada orang yang perhatian sama lo."

"Hell—lo memuji diri sendiri?"

"Nope. I'm not joking rn."

"Okay, sorry." Balas Zea canggung.

"Gue juga pernah hampir bunuh diri." kata Han.

"S—se—seriously? Then why you still alive?" kata Zea nggak percaya.

"I don't think suicide make me feel better."

"Freak. Then, why you almost did it?"

"I ask you back, did you ever feel afraid to suicide?"

"Y—yes I was, but God sent me his guardian."

Han cuma senyum denger perkataan Zea 'guardian' yang maksudnya adalah dia.

"But that's didn't happen to me. Gue ngucapin hal yang sama kayak lo, tapi gak ada yang peduli. A lot of people look at me, without trying to save me."

Zea cuma diem aja. Han lebih miris dari dia, harusnya Zea bersyukur.

"Ini udah tahun kedua gue tanpa keluarga. Gue ninggalin papa yang nikah lagi sama wanita lain. Sama kan kayak lo?" lanjut Han. Zea ngangguk-ngangguk.

"Papa gak jahat, dia gak pernah 'sengaja' buat nyakitin gue. Tapi dasarnya, hati gue yang udah terlanjur keras. Gue menolak tanpa pernah mau dengerin alasan papa. Gue pergi dan nyatanya—sampai sekarang nggak ada yang nyariin gue. Mama sering ngabarin gue, tapi gue gak peduli. Ternyata gengsi seberat itu, haha.." kata Han sambil ketawa terpaksa.

"Gue juga. Selama ini, kasih sayang papa gue udah terbagi buat kakak gue serta gue. Sekarang? Hati papa udah terbagi lagi—buat istri barunya, buat 2 anak tirinya, buat kakak gue, serta gue. Gue bukan gak suka, tapi gue nggak siap. Mereka semua gak ada yang jahat, tapi gue yang menghindar. Gue pengecut ya? Gue sayang banget sama papa, dan gue nggak rela kalau harus berbagi kasih sayang papa ke orang lain. Apa gue salah?" tanya Zea sambil nahan air matanya supaya nggak menetes.

"Nggak kok, lo gak salah. Itu emang bukan hal yang mudah. Terus Ze, apa lo sadar?" tanya Han.

"Apa?"





"Kita dipertemuin karena suatu alasan. Kita punya kisah yang sama. Bukan sebuah kebetulan kan?" lanjutnya.





Zea cuma ngangguk sambil senyum.





Han beda buat Zea. Dia berhasil bikin Zea percaya ke seseorang yang baru dia kenal.

Perfect Strangers -Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang