Oke ini end ya,
— Quite —
Gue memakai sepatu kets putih lalu merapikan cardigan hitam gue. Gue niat berangkat pagi soalnya gue ada presentasi pagi—dan juga ngehindar dari Jeongin.
Semalam sepulang gue dari balai kota, Jeongin marah-marah menuduh gue main sama cowok. Bahkan dari tiga tahun gue tinggal, semalam Jeongin mengatakan gue 'jalang' untuk yang pertama kalinya.
Begitu gue baru buka pintu, gue dikejutkan oleh Jeongin yang berdiri di depan gue. Dia udah rapi dan ganteng as usual. Heol, gue baru tau kalo Jeongin bisa bangun jam 5. Meskipun ada kuliah pagi pun dia bangunnya jam 8.
"Kenapa?" tanya gue tanpa ada niat melihat ke arahnya.
"Nganterin lo kuliah," jawabnya. Gue menggeleng.
"Ga perlu. Gue bisa berangkat sendiri."
Entah gue salah ngomong atau emang Jeongin ga suka sama penolakan, dia mengcengkeram bahu gue dua-duanya. Sakit. Tentu saja.
"Heh jalang, gue tau lo bakal minta jemput sama pangeran berkuda kelebihan bibir itu. Ga mau tau pokok lo harus berangkat dan pulang sama gue hari ini!" tegasnya.
Gue pun mengangguk kecil. Hati gue memanas dibilang jalang lagi.
Akhirnya gue beneran bareng Jeongin ke kampus. Di sepanjang jalan, gue hanya mampu membisu seperti biasa. Jika gue bisa meminta, gue ingin ada mobil menabrak mobil gue biar gue bebas dari Jeongin. Terlalu sakit bagi gue untuk berdiri lagi di samping Jeongin.
Sesampainya di parkiran kampus, gue bergegas untuk turun tapi Jeongin menghalangi gue. Gue memandangnya dengan tatapan bertanya, namun ia malah melengos.
Tak berselang lama, gue mendengar ketukan dari jendela mobil sisi Jeongin. Jeongin membuka pintunya dan tampak Kyla sedang berdiri di sana.
Jeongin tersenyum manis ke Kyla. "Hai matahari gue," sapanya ke Kyla.
Kyla membalas dengan mengerucutkan bibirnya. Gue tau, dia risih karena ngelihat gue satu mobil sama Jeongin. Gue tersenyum sekilas lalu bersiap turun, lagi-lagi Jeongin menahan gue.
Maunya apa sih?
"Gapapa kok. Dia cuma numpang. Maklum orang miskin."
Sudah disakiti, dikatai pula
Kyla masuk dan
Dia duduk di pangkuan Jeongin lalu dengan kakinya ia menutup pintu mobil. Dengan sengaja, Jeongin membiarkan gue melihat adegan bagaimana ia berciuman dengan panasnya bersama adik tingkat itu.
Namun yang bikin gue semakin sakit hati, Jeongin melirik ke gue sambil tersenyum dan meremas pantat Kyla sampai dia mendesah dan semakin mendekatkan diri ke Jeongin.
Sinting
Gue tanpa aba-aba, langsung menghempas tangan Jeongin dan berlari keluar mobil.
Sekarang, gue harus sadar diri. Gue siapa untuk Jeongin.
— Quite —
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Papah Muda ✖ Yang Jeongin✅
Fanfic❝Dek, umur kamu masih 18. Masa kamu mau jadi papah muda?❞ ❝Ya terus kenapa kalo aku jadi papah muda?❞ imagine lowercase non baku