"Lo hamil? Tekdung? Anak....dia? Serius?" tanya bang Hyunjin dengan ekspresi ga percaya dan membuat gestur orang hamil dengan tangannya.
Gue mengangguk pasrah
"Lo...astaga—bagaimana bisa?"
"Kita mau. Ya gitu. Jadi deh."
Bang Hyunjin mengusap wajahnya kasar lalu memukul tembok ruangan UGD. Gue hanya bisa menyebikkan bibir.
Tadi gue nelpon bang Hyunjin minta tolong bantu bawa Jeongin ke rumah sakit. Mau nelpon Felix yang ada dibombardir seribu pertanyaan nantinya. Yah meskipun sama aja sih sama bang Hyunjin.
Bang Hyunjin sampai di rumah dengan wajah nano-nano. Maksudnya ekspresi dia nano-nano. Bukan wajahnya kek permen rasa asam manis itu. Pas ngeliat gue nangis sambil meluk Jeongin yang udah babak belur.
"Mama sama bang Kevin gimana? Mereka marah?" tanya bang Hyunjin lagi. Gue mengangguk.
"Ya ampun dek. Gimana sih? Lo masih kuliah. Dia masih SMA. Gue bahkan yang tiap hari liat gambar organ reproduksi aja b aja. Ga sampek praktek. Lah elo yang anak biologi. Haduu," keluh bang Hyunjin. Gue hanya diam sambil mainin ujung sepatu dengan ujung lainnya.
Mau nangis tapi udah capek nangis gegara liat Jeongin ga berbentuk lagi.
Bang Hyunjin mendudukkan dirinya di kursi samping gue dan menautkan tangannya. "Terus om Eunwoo gimana? Oh iya dia kan di Kanada sih. Tapi pasti marah kalo tau."
"Gue tau gue salah. Gue udah bikin malu keluarga. Kalo dari awal tau kayak gini, ga bakal gue mau. Gue ga tau harus apa. Apa harus gugurin bayinya?" tanya gue seraya menatap bang Hyunjin.
"Mau gimana lagi ya? Lo nanti dosa kuadrat. Bikinnya dosa. Gugurinnya juga dosa."
Pas gue mau menjawab lagi, pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan sosok dokter. Gue dan bang Hyunjin berdiri dan menghampiri dokter itu.
"Dok, apa kondisinya parah?" tanya gue.
"Kondisi adik anda parah. Perutnya mengalami cedera. Pipi dalamnya sobek. Mungkin tergores kawat behelnya. Jadi untuk sementara waktu, ia jangan diajak bicara dulu. Usahakan makanannya bubur. Agar tidak memperparah sakitnya." ucap sang dokter.
"Boleh kita jenguk, dok?" tanya bang Hyunjin. Dokter itu mengangguk. Selepas sang dokter pergi, gue dan bang Hyunjin masuk ke dalam ruangan UGD itu.
Di sana, ada Jeongin terbaring lemah di ranjang. Pipinya udah biru-biru lebam. Apalagi di sudut bibirnya yang robek. Kasian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Papah Muda ✖ Yang Jeongin✅
Fiksi Penggemar❝Dek, umur kamu masih 18. Masa kamu mau jadi papah muda?❞ ❝Ya terus kenapa kalo aku jadi papah muda?❞ imagine lowercase non baku