Cinta Sejati?

1.2K 91 3
                                    

Nandini jadi tidak enak hati meninggalkan Emran yang berbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia sungguh merasa bersalah. Ia tidak tahu harus membalas apa pada lelaki ini. Ia tidak punya apa-apa. Ia sangt berhutang budi pada Emran yang sudah menolong dirinya dari orang jahat yang sudah di kabarkan oleh Giri kalau lelaki itu sebenarnya ingin menculik Hafis.

Nandini kemarin sangat terkejut mendengar penjelasan Dimas, anak buah Giri yang datang berkunjung ke rumah sakit. Lelaki muda ini juga mengatakan kalau mantan suami Nandini turut andil sebagai otak dari penculikan Hafis. Keluarga Emran yang di Bogor begitu prihatin dengan Nandini, mereka sih tidak menyalahkan Nandini karena memang bukan salah wanita itu. Yang salah di sini adalah Damar, mantan suami Nandini. Keluarga Erman belum bisa memutuskan untuk di apakan Damar ini. Mereka hanya memastikan kalau Damar tidak akan bisa kabur dari hukum karena mendalangi penculikan. Handphone yang di dapatkan dari si penculik itulah jalan menuju Damar, terdapat banyak pesan dan bukti transferan serta panggilan keluar begitu juga panggilan masuk hanya menuju nomor Damar.

"Maafkan saya kang..?" bisik Nandini yang menunggui Emran.

Dokter Vidi, bu Marta serta yang lainnya sudah kembali ke rumah. Keluarga pak Gunawan tinggal di rumahnya dokter Vidi. Ada bu Husna yang sekarang di rumah sakit. Wanita ini tidak terlalu suka dengan Nandini. Bu Husna berpikir karena wanita inilah anaknya kena masalah dan pergi untuk mengunjungi sang janda beranak satu. Bu Husna tak habis pikir apa yang di lihat anak angkatnya ini pada diri Nandini selain kalau wanita itu mantan perawat Emran. Ia harus menanggung kesal juga karena keluarga Putri tidak mau anak mereka di tinggalkan oleh Emran apapun yang terjadi.

"Kamu ini sungguh pengacau.." ucap bu Husna pada Nandini. Wanita ini sedang membenarkan letak selimut di kaki Emran. Nandini memang sedari tadi duduk untuk menjaga Emran atas perintah dokter Vidi.

"Maksud ibu..?" tanya Nandini agak bingung, kenapa dirinya di sebut pengacau.

"Iya.. kamu ini pengacau.. anakku Emran ini sudah mau bertungangan dengan seorang wanita. Dan gara-gara kamu, Emran sampai ke Bogor. Lalu, apa akibatnya sekarang, Hah?!" desis bu Husna penuh kekesalan. Sikap yang sangat di sayangkan datang dari bu Husna ini.

"Tunangan? Akang Emran mau tunangan..?" bisik Nandini pelan sembari mengawasi wajah Emran yang tenang dalam tidurnya lantaran pengaruh obat.

"Iya.. tunangan.. " maka bu Husna menceritakan kepada Nandini kalau wanita yang di tunangkan dengan Emran sekarang ada di rumah sakit karena menyusul Emran ke Bogor.

Wanita ini mengalami kecelakaan yang sangat di sayangkan di akibatkan oleh mobil yang sopirnya adalah orang yang ingin menculik anaknya Nandini. "Kamu benar-benar keterlaluan. Ini berakar semuanya dari kamu.. Dasar wanita sial*n..!" Bu Husna jadi marah.

"Ibu..?!" terdengar suara Emran yang setengah serak setengah kesal. "Apa yang ibu katakan barusan..?" lanjut Emran dengan mata sekarang bersinar dingin menatap ibunya.

"Em..? kamu sudah bangun nak..?" suara bu Husna jadi agak takut karena sang anak angkatnya bangun.

"Iya.. aku bangun karena suara ibu yang meninggi itu menceritakan hal yang tidak perlu ke Cici.." ucap Emran dengan pelan tapi sangat dingin. Lelak ini mencoba bangun dari tempat tidur tapi langsung di tahan Nandini. "Aku mau sedikit duduk Ci.." ucap Emran lembut pada Nandini membuat bu Husna melonggo.

"Tapi kang.. akang perutnya pasti sakit..?" ujar Nandini.

"Aku rasa tidak terlalu sakit.. " balas Emran sembari minta di naikkan bagian tempat tidurnya. Nandini terpaksa melakukannya. Bu Husna benar-benar geram melihat tingkah laku Emran pada Nandini yang bermanjaan itu.

"Itu sangat perlu di katakan nak. Ingat minggu depan kamu akan bertunangan.." lanjut bu Husna seperti tidak tahu diri saja.

"Aku rasa pertunangan itu harus di batalkan bu.. Apa ibu tidak lihat aku dalam keadaan sakit.." balas Emran jadi naik darah. Agaknya lelaki ini belum tahu kalau Putri mengalami kecelakaan.

LUKISAN HATI EMRAN {Geng Rempong : 11}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang