Kepikiran

1.2K 80 2
                                    

"Nak.. kenapa kamu banyak melamun..?"  tanya bu Husna pada Emran, anak angkatnya itu. Semenjak Emran sudah bisa berjalan dan beraktivitas seperti biasanya, anaknya ini kembali ke Yogyakarta untuk membuka studio melukis di sini. Yang di Makasar pindah alih ke Yogyakarta. Ia dan suaminya juga sudah pindah ke Yogyakarta demi mengurus perusahaan suaminya yang bergerak di bidang seni yaitu distributor alat-alat seni.

Emran tersentak dari lamunannya. Ia mengerjap memperhatikan sekeliling. Ia ternyata berada di Yogyakarta, bukan di Bogor. Hatinya jadi agak nyeri karena teringat Bogor. Wanita yang sudah mematahkan hatinya itu pasti sedang bahagia bersama orang lain, atau bahkan bersama sahabatnya? Emran tidak tahu kenapa masih kepikiran dengan mantan perawatnya itu. Ia tidak lagi mencari tahu perihal Cici. Ia menutup telinganya dari perkataan ibu tirinya kalau ia sebaiknya berada di Bogor.

"Tidak ada apa-apa bu.. Aku hanya teringat sesuatu saja.. " balas Emran sopan.

Bu Husna sebenarnya sangat khawatir dengan anak angkatnya ini. Ia sudah menghubungi ibu tirinya Emran untuk menanyakan kenapa Emran agak murung setelah masa penyembuhan kakinya itu.

Seharusnya Emran sudah bahagia, tapi itu tidak terjadi dengan anaknya ini.

"Ya sudah kalau tidak ada apa-apa.. nanti ikut ibu ke rumahnya pak Danang ya.. ada acara keluarga di rumah sepupu ayahmu nak.. " ujar bu Husna lembut tapi membujuk karena ingin anaknya ini berkenalan dengan anak perempuannya mas Danang.

"Kenapa aku harus ikut bu..?" Emran tidak terlalu suka di ajak ke pertemuan.

"Biar kamu refresh nak.. ketemu dengan orang-orang. Kamu kan agak 'mengendap' selama di sini.. " balas bu Husna santai tapi nyelekit.

Emran menatap ibu angkatnya ini seolah wanita itu punya tanduk.

"Ayolah nak.. sebentar saja..?" pinta ibunya dengan mata sedih seperti hewan kukang.

Emran jadi tidak tega. Lelaki ini terpaksa menganggukkan kepalanya. Bu Husna bertepuk tangan dengan semangat. Suaminya sudah ada di rumah sepupunya itu untuk mengisi acara keluarga.

"Kalau begitu, let's go atuh Ran.. kita songsong kehidupan ini biar lebih berarti..!" seru bu Husna sambil mengamit lengan anaknya agar lelaki itu berganti pakaian untuk acara tersebut.

Emran di dorong ibunya ke kamar tidurnya. Ia menganti pakaian dengan pakaian sopan. Dan, terlihat sangat tampan.

Ketika Emran keluar dari kamar tidurnya. Bu Husna berseru senang karena penampilan kece anaknya itu.

"Aduh.. kasep pisan anak ibu ini.. pasti awewe banyak yang mendekati nanti.. Ibu sangat ingin anak ibu ini merasakan indahnya tali kasih.. " oceh bu Husna sembari menarik lengan anaknya agar cepat ke masuk ke mobil dan menuju rumah sepupu suaminya itu.

Bu Husna senang sekali, ia pasti mendapatkan calon menantunya di rumah sepupu suaminya itu. Ia akan menjodohkan anaknya dengan Putri, anak perempuan dari sepupu suaminya. Toh, Emran tidak ada hubungan darah dengan Putri sehingga bisa di satukan.

***

Emran mengamati keadaan di sekeliling keluarga orang tua angkatnya itu. Ramah dan penuh minat kepadanya. Apalagi ibu-ibu yang memiliki anak perempuan yang mungkin bisa di sodorkan kepadanya karena ibunya 'mengumumkan' kepada para teman-temannya itu kalau ia seorang jones.

Emran kabur ke lantai atas, menghindari para ibu-ibu dan wanita-wanita pemangsa. Ia ingin mendapatkan cintanya melalui caranya sendiri.

"Cintaku..?" bisik Emran sendu. Melihat ke arah bawah karena ia berada di teras atas.

Sontak pikiran Emran kembali ke wanita pematah hatinya itu. Ia sungguh berusaha keras untuk berlari mengejar wanita itu. Tapi, ibu tirinya mengatakan kalau Mario bersama Nandini karena ibunya pernah melihat keduanya bersama.

LUKISAN HATI EMRAN {Geng Rempong : 11}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang