Makan

1.2K 85 1
                                    

Nandini menekan bel di rumah dokter Vidi agak gugup seolah ingin bertemu calon mertua saja padahal ia sudah biasa ke rumah ini. Setidaknya sudah 4 hari ke rumah lumayan besar ini.

Nandini menarik-narik dressnya yang berwarna hitam dan terlihat agak ketat di tubuhnya yang sekarang lumayan berisi ini lantaran sudah melahirkan.

Wanita ini juga merapikan rambutnya yang terurai sebatas bahu. Ia rasa dirinya sudah cukup pantas untuk makan siang bersama keluarga bu Marta. Semoga anak lelaki keluarga ini tidak sedang kesal.

Pintu terbuka, bu Marta yang ternyata menyambut Nandini dengan mulut agak melonggo melihat penampilan Nandini tanpa seragam kerja.

"Maaf ibu,, apa saya tidak pantas..?" tanya Nandini agak malu karena bentuk tubuhnya yang 'melar' di bandingkan bajunya.

Bu Marta memeluk Nandini dengan erat, merasa sangat senang karena wanita ini pasti bikin Emran meneteskan air liurnya nanti kalau melihat Nandini yang terlihat cantik di hari ini.

"Tidak nak.. pantas.. ayo masuk.." ajak bu Marta sembari menyeret Nandini ke dalam rumah.

Nandini tersenyum agak canggung karena ucapan bu Marta itu, tapi diam saja ketika di seret ke dalam ruang makan, dimana sang anak ada di sana tepat menatap ke arah pintu.

Emran menelan air ludahnya dengan susah payah. Ia bahkan melotot ke arah wanita yang di bawa ibunya itu masuk ke ruang makan.

"Aku kira ibu bercanda tentang wanita ini.. " tukas Emran menutupi debaran di dadanya yang tiba-tiba muncul.

Bu Marta tersenyum mendengar ucapan anaknya itu. Ia tahu anaknya jadi gugup. Ini pertanda bahwa anaknya setidaknya ada rasa kepada wanita.

"Ibu tidak akan bercanda dengan hal yang penting nak.. Apalagi dengan nak Dini. Ibu ingin kalian lebih akrab supaya proses penyembuhan semakin mudah di lakukan." papar bu Marta sembari menuntun Nandini untuk duduk di sebelah Emran supaya anaknya itu lebih leluasa mengamati wanita cantik ini batin bu Marta puas dengan idenya itu.

Bu Marta ikutan duduk tapi di kursi kepala keluarga. Suaminya sedang berada di rumah sakit.

Mbok Ika masuk ke ruang makan, menyediakan semuanya dengan cepat.

"Ayo nak.. kita makan.. " bu Marta menyendok nasi ke piring Emran.

Nandini menunggu dengan tenang. Tapi, wanita ini terlihat agak memikirkan sesuatu.

"Nak.. sini piring kamu..?" panggil bu Marta.

Nandini tersentak dari pikirannya. Emran tidak melepaskan pandangan dari Nandini. Lelaki itu terlihat penasaran kepada Nandini terlihat banyak pikiran. Ibunya tadi bilang, mantan suami Nandini membawa anak wanita itu pergi ke suatu tempat? ingat Emran pada perkataan ibunya. Apa Cici teringat pada mantan suaminya? Emran jadi geram. Geram pada dirinya karena memperhatikan wanita itu.

Nandini makan dengan tenang. Ketika ia merasa ada yang memperhatikan dirinya, Nandini mendonggakkan kepalanya dan menatap kedepan. Ia menatap mata Emran yang seolah berkata 'apa kamu memikirkan sesuatu..?'

Nandini membalas dengan mengelengkan kepalanya perlahan.

Emran menyuap nasi dengan pelan tapi pasti. Memperhatikan Nandini yang makan dengan teratur. Menanggapi ibunya yang mengajak ngobrol ringan.

Setelah makan siang mereka selesai, Nandini mau berdiri tapi bu Marta tidak membiarkan wanita itu ikut membantu dirinya membereskan meja.

"Tidak nak.. tidak apa-apa.. Ajak Emran saja ke ruang keluarga atau ke taman belakang..?" perintah bu Marta secara halus kepada Nandini.

LUKISAN HATI EMRAN {Geng Rempong : 11}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang