Kaget

1K 70 3
                                    

Keluarga Emran yang di Bogor sontak kaget menerima kabar kalau Emran akan bertunangan dengan seorang wanita dari sepupu jauh dari keluarga pak Gunawan.

"Bu.. apa hubungan darah mereka sudah di cek. Nanti ada kesalahpahaman seperti kasusku dulu?" tanya Amran agak skeptis dengan kabar adik kembarnya mau tunangan secara mendadak ini.

"Sudah nak.. tidak ada hubungan darah. Yang ibu agak heran, Emran mau bertunangan dengan wanita itu. Apa Emran menyukainya..?" ucap bu Marta dengan raut wajah bingung.

"Entahlah bu.. aku kira Emran suka dengan Dini. Waktu itu kami kan bersilahturahmi ke rumah Dini, Emran terlihat luar biasa bahagia. Apa Emran melakukan sesuatu pada wanita ini? Atau ada kejadian lain?" ucap Amran tambah penasaran.

Amran sedang berada di rumah ibunya untuk mengambil lukisan anaknya yang di buat oleh Emran satu bulan yang lalu. Adiknya itu memang sangat berbakat dalam melukis. Dan ia mengantarkan photo untuk di bingkai oleh ibunya. Ia sempat meminta Emran untuk jadi model pria di pemotretan yang mengiklankan tren busana di tahun ini.

Bu Marta mengusap-usap photo Emran yang terlihat sangat tampan dan mirip dengan Amran.

"Ibu belum tahu nak, ibu tidak enak juga mau menanyakan ke Emran langsung. Ibu pernah membuat kesalahan dengan menyuruh Mario mendekati Nandini sehingga Emran terlihat kalah sebelum perang. Apa Emran jadi putus asa lantaran hal ini?" bu Marta jadi agak sedih karena anak tirinya tidak mendiskusikan hal ini kepada keluarganya yang di Bogor.

"Hmm.. Aku akan cari tahu dulu bu.. Emran itu terlihat sangat menyukai Dini dan 97% mungkin ingin memperistri wanita cantik beranak satu ini. Kalau Emran sampai melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, aku akan menjitak kepala adikku itu supaya peredaran darahnya lancar.." tukas Amran sembari berdiri dari posisi duduk di ruang keluarga rumah ayahnya itu.

"Iya nak.. selidiki sampai tuntas.. Ibu akan bicara pada Syarif. Tapi, Arif sibuk terus nih, ibu jadi tidak tega menganggunya.." oceh bu Marta ketika Amran memeluk dirinya permisi untuk pulang ke rumah.

"Iya.. nanti aku selidiki.. aku permisi pulang dulu ya bu.. kangen sama Melia dan anakku.. " balas Amran sembari nyengir lebar karena ibu tirinya mencubit lengan kerasnya.

"Hati-hati ya Ran.. jangan ngebut-ngebut.. Sudah hampir maghrib nih.." teriak bu Marta seperti di hutan ketika Amran membunyikan klakson tanda permisi.

Bu Marta menghela napas panjang. Ia menutup pintu depan dan berjalan ke arah kamar tidurnya. Rumah ini jadi sepi, tidak ada orang selain dirinya dan suami berikut para asisten rumah tangga. Ia ingin Emran ada di sini, bila perlu membawa menantunya nanti. Tapi, ia ingin Nandini yang menjadi menantunya bukan wanita yang lain. Mungkin ia terlihat seperti wanita egois karena memikirkan diri sendiri. Ia sebenarnya bisa saja protes kepada keluarga angkat Emran. Ia memang bukan yang membesarkan Emran sedari kecil, tapi ia tahu kalau ada yang tidak beres terjadi di Yogyakarta.

Bu Marta mengeluarkan handphonenya, ia tidak tahan untuk berdiam diri saja, ia akan menelpon putra kandungnya. Amran mungkin mendapatkan informasi tapi Syarif pasti akan lebih konkret untuk urusan informasi. Bu Marta tersenyum melihat profile yang muncul di layar handphonenya jika ia menelpon sang anak kandung.

"Halo.. oma..? Oma cari abi ya..?" suara bocah perempuan menyapa bu Marta. 

"Iya sayang.. mana abi? Kenapa handphone abi ada di Nissa..?" tanya bu Marta penasaran pada cucunya yang bisa 'melihat' ini.

"Hmm.. tadi Nissa mau cari nomor uncle Em.. tapi belum ketemu.. Nissa mengambil ponsel abi yang ada di meja.." Nissa cekikikan seolah ketahuan berbuat nakal.

Bu Marta tersenyum lebar. "Hayooo.. Nissa nakal ya..?" tanya bu Marta pada Nissa

"Nissa tidak nakal kok oma.. tapi ada auntie yang nakal.. Nissa mau telepon uncel Em.. Hmm.. ?" ucapan Nissa terpotong karena ada suara lelaki yang memanggil anaknya itu. "Nisssssaaaa... mana ponsel abi..?"

LUKISAN HATI EMRAN {Geng Rempong : 11}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang