Galau 18.

2.8K 305 24
                                    

2011

Hari ini usia hubunganku dan Daffi sudah berusia sekitar enam bulan. So far, hubungan kami masih baik-baik saja, belum ada cobaan yang begitu berarti yang bisa mengganggu kelanggengan hubungan kami. Bisa dibilang kami sangat jarang meributkan sesuatu hal yang sepele. Soal waktu ketemuan selalu kami bicarakan baik-baik. Kadang kalau aku nggak bisa mengunjungi Daffi, ya ganti Daffi yang mengunjungiku ke tempat kerjaku.

Setelah kali pertama kami melakukan hubungan badan di malam tahun baru itu, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Hampir menjadi rutinitas setiap kali kami ketemuan. Bisa dua minggu, tiga minggu atau satu bulan satu kali. Kalau aku yang nggak bisa ke tempat dia, maka Daffi yang akan mengunjungiku.

Aku memang nggak pernah sanggup menolak ketika Daffi mengajakku melakukan hubungan itu. Jadi, demi menghindari hubungan seksual lebih sering aku memilih solusi dengan mengurangi intensitas pertemuan kami. Syukurlah Daffi bisa menerima alasanku yang nggak bisa sering-sering mengunjunginya.

Kantorku sedang ramai oleh desas desus akan memaksa Aily untuk menanda tangani surat pengunduran diri kalau dia nggak bisa menunjukkan buku nikah. Minimal surat pengantar dari desa bahwa Aily sudah menikah dengan kekasihnya. Perusahaan hanya memberinya waktu lima hari kerja untuk menyerahkan surat yang diminta oleh manajemen. Entah kenapa rasa empatiku begitu besar pada Aily. Aku juga mempunyai ketakutan yang cukup besar akan berakhir seperti Aily kalau nggak bisa mengontrol semuanya.

"Emang nggak ada keputusan lain gitu? Harus banget dipaksa resign gitu ya?" Celetukku saat ikut berkumpul di balkon kantor bersama mas Amran, mas Toni dan dua marketing yang lain.

"Itu memang konsekuensi yang paling bagus buat orang yang nekat kumpul kebo. Dipikir ini negara barat apa sama Aily itu? Seenaknya aja bikin aturan hidup. Kayak nggak ngerti norma agama aja," jawab mas Toni dengan ketus.

Aku terbatuk mendengar jawaban sarkas dari mas Toni. Mas Amran sampai menepuk tengkukku lalu menawarkan air mineral padaku. Saat ditanya kenapa tiba-tiba batuk, lidahku kelu untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Biasanya aku selalu nggak bisa mengontrol lidahku dalam berkata-kata atau berdebat, apalagi berdebat untuk membalas yang nggak sesuai dengan pendapatku.

"Mungkin kalau nggak sampai ribut-ribut di kosannya waktu itu, boscab nggak bakal semarah ini sampai ngelaporin Aily ke manajemen. Kan sampai masuk koran itu beritanya, trus bawa-bawa nama perusahaan," imbuh marketing yang lain.

"Kamu kenapa diam aja?" tanya mas Toni, sepertinya dia menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.

"Kalau kamu sama pacarmu gimana? Apa kayak Aily juga gaya pacarannya?" tanya mas Toni lagi. Nada bicaranya agak-agak sarkas.

Mataku terbelalak mendengar pertanyaan itu. Belum sempat aku jawab mas Toni sudah terburu bertanya lagi. "Siapa sih pacar kamu? Anak mana? Kerja di mana?" tanyanya, menuntut ingin tahu.

Aku cuma balas dengan mengedikkan kedua bahuku lalu berlalu meninggalkan balkon. Setelah berada di tangga hendak turun menuju counter CS, aku melihat Aily sedang membaca sebuah dokumen. Dari jarakku berdiri saat ini, bisa aku baca kalau itu dokumen pengunduran diri.

"Jadi resign, mbak?" tegurku, menarik kursi di samping meja Aily dan duduk berhadapan dengan perempuan itu. Perutnya terlihat membesar sekarang. Aku cuma bisa meneguk ludah saat membayangkan perutku seperti perutnya Aily.

"Iya," jawabnya singkat lalu menandatangani dokumen yang terdiri dari lima lembar kertas ukuran kwarto.

"Rencana mau lahiran di mana?" tanyaku lagi

"Di Surabaya." Aily ini memang asalnya dari Surabaya.

"Orang tua mbak udah tau?"

"Udah lah. Aku itu udah nikah siri makanya mau tinggal satu atap. Tapi mereka nggak percaya. Suamiku juga sudah cerai dengan istrinya, tapi mantan istrinya masih nggak terima dengan putusan perceraian dari pengadilan." Tahu-tahu Aily mencurahkan isi hatinya padaku sambil terisak. Hatiku seperti cekit-cekit rasanya. Membayangkan kalau aku berada di posisi dia, apa yang harus aku lakukan ketika semua orang nggak ada yang percaya dengan semua ceritaku.

My Journey Of Love (Galau)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang