Chapter 7

892 45 2
                                    

“Tuhan mengambil emas, tapi menggantinya dengan berlian”
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Divia POV

"Hah? Lu ngomong apaan dah?"

"kaga jadi elah." ujar Zidan

"oalah okedeh, sana cabut hush!"

"lagipula ngapa sih lu putus ama tuh cowo?"

"ldr anjir, eh pas balik taunya jadi brengsek, bangsat!"

"lu tau ga satu hal? Lu gabisa asal jelek-jelekin seseorang ke orang lain cuma karna lu gabisa balik lagi sama dia, lu yang putusin buat pergi, ya lu juga harus terima resikonya."

Gue pun terdiam mikirin apa yang tadi diomongin sama zidan, Ada benernya sih, ya emang nyatanya gue garela ya mau gimana, halah bangsat!

"iya iya ahli cinta."

"dih, yaudah gue ke kelas duluan."

"bareng."

"yaudah ayo, bentar lagi pelajaran sejarah, bu Feni kan agak galak."

...

Divia dan Zidan pun kembali ke kelas mereka, raut wajah divia masih sebal dengan kesha, ingin pindah tapi gaada yang bisa diajak pindah.

"woi dengerin gua, Bu Feni gamasuk kelas, tapi ngasih tugas, bikin kelompok trus buat kliping sejarah apa aja, kelompoknya 4 orang, biar gampang belakang sama depan aja kelompoknya ya, dikumpulin minggu depan, makasih." ujar Ayu si ketua kelas.

Alhasil Divia harus sekelompok dengan Kesha, Chaca, dan juga tentunya Mila, sial memang!

"kita mau kerja kelompok kapan?" tanya Mila.

"hari sabtu aja gimana?" sahut Kesha.

"gue ikut aja dah"

"gue juga" sahut Chaca.

"oke, jam 11 dirumah gue aja ya, ntar kita buat grup aja, gue send location rumah gue ya" ucap Mila.

"okey"

Lagi-lagi gue malah harus berdekatan sama Mila, Kesha juga masih gue ambekin, chaca rada pendiem, trus gua harus gimana ini? Alhasil gue harus menerima keadaan yang bisa dibilang pahit, oke pia mah kuat lah ya.

..

Bel pulang sekolah pun berdering, Divia sontak buru-buru memasukkan barang-barangnya, ia ingin pergi bersama mamanya, kebetulan mamanya ingin berbelanja.

Divia pun berjalan cepat dan hampir berlari tapi ia malah menabrak seseorang, sial!

"eh ma— elo?"

"jalan pake mata cebol, pelan-pelan sih, buru-buru amat."

"sialan lo, gue buru-buru nih zid, maaf ya nabrak lo, gue duluan, bye!"

"bye!"

Divia pun berlari menuju gerbang, ia pun berjalan kearah halte disamping sekolahnya dan alangkah terkejutnya ia melihat seseorang yang dia kenal, dan sialnya menengok kearahnya, ia pun buru-buru berbalik tapi orang itu memanggil namanya.

"diviaa!"

Divia sontak berjalan cepat meninggalkan orang itu, tapi orang itu mengejarnya dengan motor nya.

"divia tunggu, ini gue."

Alhasil divia pun harus berbalik.

"bener kan lo divia, apa kabar lo? Masih inget gue?"

Gimana bisa gue lupa sama lu deo, gue masih sayang sama lo bahkan sampe detik ini.

"Deo, baik kok gue, inget kok hehe."

"lu sekolah disini?"

"iya, lu ngapain disini?"

"wah sama kaya cewe gue berarti, gue kesini mau jemput cewe gua, ganyangka kita ketemu disini."

"oalah hahaha iya"

"tunggu bentar, gue kenalin lu sama ce—." ucapan Deo pun terputus.

"eh sorry ya deo, gue buru-buru, bye!"

"Eh, yaudah deh."

Divia langsung berlari menjauh dari Deo, ia tahu pasti deo akan mengenalkannya pada Mila, alasan divia pergi karna ia tak mau menangis jika melihat mereka berdua, jadi lebih baik ia pergi sekarang juga.

Divia pun akhirnya pulang kerumahnya, masih dalam keadaan kesal melihat mantannya tadi, menyakitkan tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

"kaka udah pulang, jangan lupa ganti baju abis itu temenin mama belanja ya."

"Mah, aku gabisa nemenin dulu ya, badan pia pegel-pegel, minta temenin Fahri aja ya, maaf ya ma."

"gapapa kok, sekarang kaka istirahat aja, mau dibeliin apa ka?"

"kaka mau ayam bakar aja mah."

"yaudah kak, nanti mama bawain, sekarang ke kamar sana istirahat."

"oke mah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.












Kelamaan ya? Mager soalnya hehehe, butuh semangat vote dan comment dari kalian, lain kali fast update kalo banyak yang minat, terimakasih sudah mau baca dan vomments ceritaku.

Kalian semua hebat, mari berkarya bersama, jangan lupa vomments ya, terimakasih sekali lagi.


Bacot vs HumorisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang