Curhat Mantan

241 14 0
                                    

Suami kedelapan sedang bercerita tentang mantan pertamanya kepada suami kelima. Mereka sedang duduk santai di ruang band setelah suami kedelapan latihan bermain piano. Katanya, dulu mantannya sering membelikan dia susu kesukaannya.

Suami kedelapan suka susu botol kecil yang suka diminum anak-anak. Dia masih menyukainya sampai sekarang. Keluarga besar mereka bingung mengapa dia suka minum minuman anak TK.

Kemudian suami kedelapan menceritakan kalau dia dulu sering membuat puisi untuk pacarnya setelah diajari membuat puisi di sekolah. Tidak hanya puisi, suami kedelapan sering mengirim surat cinta untuk kekasihnya setelah ada pelajaran menulis surat di kelas Bahasa Indonesia.

"Hah, kau sudah pacaran waktu SD?" Tanya suami kelima tidak percaya. Suami kedelapan tersenyum dan mengiyakan. "Bebeb saja belum pernah pacaran sampai berusia seperempat abad," canda suami kelima.

"Untung saja. Kalau tidak, sedikit lagi ia akan bernasib seperti Si Perjaka Tua." Canda suami kedelapan.

"Jangan begitu, dong. Walau perjaka tua, dia kan tetap sahabat karibmu!" Bisik suami kelima agar suami lain tidak mendengarnya. "Sudah, mari lanjutkan ceritamu! Sampai mana tadi?"

"Waktu kelas lima SD, aku membawanya ke bioskop. Aku dulu sok keren, jadi aku mengajaknya menonton film laga untuk usia tujuh belas tahun ke atas. Tapi, akhirnya aku yang ketakutan sendiri sampai adegan berdarahnya terngiang di pikiranku. Aku menelponnya semalaman untuk menemaniku. Sayang sekali, kami bertengkar ketika dia tertidur." Kata suami kedelapan.

"Apakah mamamu tahu kalau kau berpacaran?" Tanya suami kelima.

"Tentu saja dia tahu! Aku selalu berkata kalau aku mencintai dan selalu melindunginya. Aku juga bilang kalau dia juga mencintaiku. Mama mungkin sudah bosan." Kata suami kedelapan. Ia menarik napas, "Aku bahkan sampai meminta izin Mama untuk menikahinya setelah lulus sekolah nanti. Tapi Mama tidak mengizinkannya dan aku menangis semalaman di kamar."

"Kau belikan apa pacarmu dulu?" Tanya suami kelima lagi. "Kalau aku, dulu aku membelikannya macam-macam. Bahkan aku sempat mengajaknya pergi berlibur ke luar kota bersama. Aku juga membayarkan hotel dan makanannya juga. Dia hampir tidak mengeluarkan uang sepeser pun."

"Wah kakak, banyak uang sekali. Dia suka baca buku seperti Bebeb. Karena itu, dulu aku sering membelikannya buku cerita horor dan misteri." Kata suami kedelapan. Aku kadang juga memberikannya pensilku. Pensilnya sering jatuh dan hilang entah ke mana." Kata suami kedelapan.

"Dulu, uangku terkuras semua karena dia. Ah... untung ada Bebeb yang baik hati." Kata suami kelima sambil tersenyum. Dia merapikan rambutnya. "Bebeb tidak cantik seperti mantanku. Tapi Bebeb ya Bebeb."

"Hah?" Tanya suami kedelapan tidak mengerti. "Dulu kau dan dia bersama berapa lama?"

"Kami dulu bersama sangat lama. Mungkin sekitar dua belas tahun. Lama sekali, ya? Aku dulu bahkan tidak menyangka bisa sampai putus dengannya."

"Jangan bersedih, kak," kata suami kedelapan. "Dulu, mantanku juga yang memutuskanku. Katanya, puisi-puisiku menjijikan. Padahal, waktu pertama kali kubuat dia bilang puisiku romantis."

Puisi-puisimu memang menjijikan. Kata suami kelima dalam hati. Namun dia tidak tega menyampaikannya.

Suami kedelapan mulai bercerita lagi soal mantan pertamanya. "Dulu, setiap ada kesempatan, kami pasti duduk berdua. Ibu guru kami marah ketika melihatku duduk di sampingnya. Katanya, aku tidak pernah berhenti mengobrol dengannya. Padahal aku cuma membacakannya puisi dan pantun-pantun buatanku."

"Sampai sejauh mana hubunganmu dengan mantan pertamamu?" Tanya suami kelima.

"Dulu aku tidak mengerti bagaimana menjadi serius. Aku hanya tahu saat lulus sekolah aku akan langsung menikahinya. Karena sekolah itu lebih penting untuk kita, bukan?"

10 Suami BadayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang