Prolog

174 13 9
                                    

Dulu waktu masih SMP gue kira jadi anak SMA itu keren.

Saking kagumnya sama mereka gue diem-diem sering ke kamar Disa kalau kakak gue itu lagi pergi dan nyobain seragam SMA dia yang entah kenapa kelihatan cocok dan pas banget sama badan gue yang bongsor, terus duduk di kasur gerak-gerakin kaki layaknya seorang mermaid.

Padahal itu seragam, bukan sirip ikan.

Gue pikir masa putih abu gue bakalan semanis cerita novel atau seasik cerita SMA Disa tapi ternyata nggak.

Semuanya beda.

Jauh dari lubuk hati gue selalu ingin menikmati SMA dengan mereka yang disebut teman.

Nggak, gue bukan seorang nerd introvert berkacamata tebal yang hobinya mojok di perpus sambil baca buku di sana.

Gue hanya siswa biasa yang eksistensinya nggak terlalu berpengaruh sama sekitar. Ada tapi tak terlihat, lebih tepatnya sih gue memang tidak dilihat lebih jelas lagi, gue ini diabaikan.

Gue hanya siswa biasa yang kalau kelompok selalu dapet kelompok sisa.

Dan gue, adalah seorang siswa kelas akhir yang berdoa semoga di umur 17 ini gue bisa sedikit mencicipi masa yang katanya indah kalau dijalani bareng teman.













"Dip, gue temen lo, kita semua temen lo, jangan merasa sendirian. Hidup ini bukan sebuah kompetisi."













Lalu doa itu terkabul.



















A/n :

KU INGIN CRY AKHIRNYA BANG VESPAQ COMEBACK HUHUHUHU

Bandung,
16 April 2019

When I Was 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang