Dari pagi sampe sekarang Gisna nggak ada ngomong sama gue. Dia kayak apa ya, ngehindar?
Biasanya juga gitu, sih. Lagian nggak penting, ngapain dipikirin?
Sambil menunggu Bu Heni gue melihat ponsel dan tersenyum membaca grup chat keluarga.
"Formulirnya langsung kasihin aja, Bu Heni nya ada di ruang BK."
Gue memasukan ponsel ke dalam saku dan mengambil kembali formulirnya, "iya bu, makasih."
"Sekalian tolong simpenin buku ini di perpus ya," gue mengangguk. "Oh iya selamat ulang tahun."
"Eh?"
Guru PPL yang nggak tau siapa namanya itu senyum, "kamu ulang tahun kan hari ini?"
"I .. iya bu." Darimana si ibu tau?
"Ibu liat di formulirnya." Jawab guru itu seakan membaca pikiran gue. "Masa SMA emang bikin mumet, apalagi kelas 12. Tetep semangat ya! Buat momen sebanyak-banyaknya, bentar lagi lulus, loh."
Gue terdiam antara sedikit haru sama bingung harus ngomong apa.
Ya iya gue nggak pernah diginiin soalnya.
Setelah mengucapkan terimakasih gue langsung pamit keluar dari ruang guru.
Sepanjang jalan gue melamun, perkataan Guru PPL itu terngiang-ngiang di otak gue.
Buat momen sebanyak-banyaknya ya?
Tapi sama siapa?
Gue memandang XII-IPS 4 yang lagi olahraga, bukannya latihan senam mereka malah main tik tok di tengah lapang.
Haa dasar kelas sengklek.
Bukannya ke perpustakaan atau ruang BK, gue malah belok melangkah ke taman belakang dekat masjid. Panas-panas begini enaknya ngadem sendirian di sana.
Baru juga duduk memejamkan mata seseorang nepuk pundak gue.
Gue mendongak mendapati Bais yang sepertinya habis sholat, wajahnya masih basah karena air wudhu.
Seketika gue menahan nafas.
"Subhanallah ..."
"Hah?"
"Eh?"
Mampus keceplosan.
"Ada apa?"
"Nggak ada apa-apa." Jawab gue cepet sedikit panik.
"Lo tadi bilang subhanallah?"
"Hmm, salah denger lo."
Bais terlihat tak peduli dia manggut-manggut lalu memakai sepatunya, "bolos?"
"Hm."
"Oh."
Akhirnya kita sama-sama diam, lagian apa juga yang harus diomongin, 'kan?
"Ikut olim?" Tanya Bais memecah keheningan.
"Hm, ekonomi."
"Oh." Katanya pendek. Bais menunjuk kertas yang gue pegang. "Ultah?"
Untuk kesekian kalinya gue bergumam.
"Happy sweet seventeen."
Gue menoleh tertegun.
Tanpa bicara lagi Bais bangkit kemudian pergi sambil membawa bola basket.
Tiga kata.
Cuma tiga kata.
Tapi mata gue memanas.
* * *
Hmmmm, dasar random people ...
Bandung,
6 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was 17
Teen FictionGue pikir masa putih abu gue bakalan semanis cerita novel atau seasik cerita SMA Disa tapi ternyata nggak. Semuanya beda. Gue adalah seorang siswa kelas akhir yang berdoa semoga di umur 17 ini gue bisa sedikit mencicipi masa yang katanya indah kala...