12. Pertemuan.

76 17 1
                                    

Bagaimana kabar lu? Gue akan menyusul lu ketika sudah saatnya, tungguin gue ya. Kita akan bertemu lagi, jangan berpaling dari gue.

Halusinasi itu kembali lagi.

Suara ini, Rio? Kenapa suara dia mendengung ditelinga gue? Apa yang terjadi sama dia?. Tidak mungkin Rio memanggil gue dari jarak sejauh itu. Suara itu kembali lagi, hati Tasya seperti ditarik sama Rio. Tak ada jawaban dari semua ini, angin tak memberi jawaban ke Tasya. Dia sudah pergi gak mungkin berharap lagi sama gue. Apakah kenangan itu susah dilupakan? Ketika sudah lupa pun dia datang lagi. Dia sudah ada yang lain ngapain juga dia memanggil gue?, tapi kenapa suara itu sering terdengar.

Suasana mendadak hening, angin berhembus dengan kencang. Daun mulai berguguran, raket yang dipegang Ali langsung dihempaskannya ke tanah. Kaki ini melangkah dengan cepat kearahnya, hatinya menjadi pecah. Nadia dan Stones bersaudara dengan cepat mengunjungi mereka. Pertanyaan yang ada dipikiran mereka, apa yang terjadi? Kenapa dia bisa terluka?.

Tak ada yang bisa menjawab, bertanya kepada langit yang biru kenapa ini terjadi padanya?. Yang ada dipikiran Ali sekarang bertanya dan membawanya ke Rumah sakit. Apakah Tasya punya penyakit?, kalau iya seharusnya dia waspada terhadap pantangannya. Dalam perjalanan menuju ke Rumah sakit Ali kebayang kenapa Tasya bisa halusinasi Rio ketika di Festival waktu itu. Ini bisa saja ada sangkut pautnya tentang itu, tapi buktinya tidak diketahui.

"Pacar lu ada penyakit Al?" Tanya Nadia sambil melihat ke arah Tasya.

"Dia bukan pacar gue, itu sengaja tadi pagi biar lu gak ganggu gue" ucap Ali menghembuskan nafasnya.

"Ha? Dih dasar ogeb!, gue tadi pagi cuma pengen kita jadi baikan, bukan balikan sama lu!" ucap Nadia dengan kesal.

"Mau baikan atau balikan kek gue gak peduli tadi pagi tu Nad, tapi sekarang gue sadar lebih baik kita jadi teman"

Plaaakkk

"Sakit ogeb! Lu napa sih nampar gue air comberan? Ali ditampar sangat keras sama Nadia

"Ini Ali kan? Tumben lu bisa berubah gini?" Nadia terkekeh melihat pipi Ali merah.

Mendengar pertengkaran mantan rumah jenjang itu membuat William risih ketika mengendarai mobilnya. Sengaja pakai jenjang soalnya tangganya dah patah. James berusaha menenangkannya, dia juga khawatir sama kondisi Tasya sekarang. Ali termenung sepanjang jalan, hatinya menangis melihat keadaan Tasya. Ali sangat panik melihat kondisi Tasya itu pingsan. Pikirannya pasti tentang dia, kenapa Rio bisa masuk ke dalam pikiran Tasya ya. Ini tidak masuk akal, kenapa gue terus khawatir sama nih anak? Kenapa gue nangis melihat dia tak sadarkan diri?.

"Kita dah sampai di St Mary's Hospital London" ucap William sambil memarkirkan mobilnya.

"James bantu gue gendong Tasya kedalam" kepanikan yang dialami Ali masih berlanjut. Nadia terus membujuknya supaya tidak panik lagi, hati Ali mulai menunjukan rasa cintanya kepada Tasya. William dan James tak bisa menemani mereka berdua karena ada keperluan yang harus dilakukannya.

"Gue gak mau dia pergi Nad!" Ali menutup matanya yang berair sejak tadi.

"Ish jangan ngomong gitu, dia pasti baik - baik aja Al" Nadia tau Ali terpukul melihat Tasya seperti itu.

"Maaf, dengan siapanya Tasya?" tanya bapak yang memakai jas putih itu.

"Kami temannya Tasya, bagaimana keadaannya Dok?" tanya Ali dengan cemas.

"Tasya mengalami koma saat ini, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkannya, permisi" ucapan Dokter itu membuat Ali terdiam, kenapa ini terjadi padanya?, "gue gak mau dia terjadi apa - apa Nad, gue suka sama dia" ucap Ali sambil menangis dipundak Nadia. Meskipun baru kenal cinta kepada Tasya itupun muncul, mungkin karena mereka selalu bersama.

***

Suasana dalam ruangan itu mendadak kacau, kepanikan, tangisan mulai terjadi. Segitu parahnya penyakit yang dia alami?, Dokter yang menanganinya itu langsung membawanya ke ruang ICU. Rio mengalami koma saat ini. Salsa hanya bisa menangis melihatnya, kondisi Rio perlahan - lahan mulai melemah sebelum dibawa sama Dokter. Haryo melihat pergerakan mulut Rio menyebut nama Tasya pelan - pelan. Adit berusaha menenangkan Salsa yang tak berhenti menyalahkan dirinya.

"Ini salah gue Dit, sedangkan Rio gak komunikasi sama dia aja dah kayak gini apalagi kalau Rio tau tentang pesan itu" tangisannya itu dibendungi dengan pelukan Adit.

"Lu gak salah Sal, pasti ada jalan dari semua ini, sampai di London kita akan menyelesaikannya ya" ucap Haryo sambil mengusap rambut Salsa.

Kenapa semuanya putih? Apakah gue dah mati? Kalau iya berarti gue gak bisa ketemu dia?. Kejadian ini, kalau saja gue gak menerima ajakan Vira waktu itu mungkin gak kayak gini ceritanya!. Semuanya kosong, tak ada seorang pun disini. Bagaimana keadaan mereka yang merawat gue? Mereka pasti khawatir sama gue, tapi sekarang apa? Semuanya dah selesai. Tak ada apapun disini, duduk sendiri menanti orang yang datang disini tak akan ada gunanya. Gak akan ada yang datang, yang ada hanya sebuah tempat kosong berwarna putih.

Ini dimana ya? Semuanya putih aja. Apa gue sudah mati?, namun halusinasi itu kenapa bisa terjadi lagi. Tak ada jawaban satupun, angin tak memberi petunjuk. Ingin bertanya lagi, namun semuanya sudah berakhir, tidak ada namanya hidup lagi. Mungkin dengan melangkahkan kaki ini bisa aja menemukan sesuatu, tapi kayaknya mustahil. Tak ada tanda kehidupan disini.

Itu seperti cewek, coba gue kejar dah siapa tau dia tau dimana ini. Rio mengejar cewek itu, dia senang ada orang yang bisa membantunya untuk menjawab semua ini. Cewek yang dituju Rio itu tak asing lagi baginya. Dia terkejut ketika ada seseorang berdiri dibelakangnya. Mereka sama - sama kaget, tak menyangka bisa bertemu.

"Hah, lu bukannya"....

***

Okey inilah pertemuan yang tak terduga, maaf kalau ada salah dalam penggunaan katanya, Vommentnya ditunggu ya.

After Rain in London (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang