13. Ruang kosong.

63 18 1
                                    

Cewek itu terdiam, tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya. Entah apa yang dirasakan cewek itu ketika melihat sosok yang tak asing baginya. Dia gak nyangka bisa bertemu dengannya disini. Ruang kosong menjadi tempat pertemuan mereka, Rio mulai mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan cewek itu. Tasya masih terdiam ketika melihat Rio didepannya. Apakah kami sudah mati? Mungkin saja tapi kenapa bisa dipertemukan ditempat yang sama?. Tasya masih bingung apa yang terjadi saat ini.

"Tasya? Gue gak salah orang kan? Ini lu kan?"

"Iya gue Tasya, berarti lu Rio kan?" tanya Tasya heran melihat wajah Rio.

"Iya gue Rio, apa yang terjadi sekarang dah? Ini kita mati atau gimana?" Rio bingung sambil melihat sekitar yang kosong.

"Ntahlah gue gak dapat jawaban tentang yang terjadi sama kita" Tasya gak ingat pesan yang disampaikan Salsa waktu itu. Mungkin karena terjebak disini jadi kejadian dunia nyata tiba - tiba gak ingat semuanya disini. Dia berharap semuanya seperti semula, ingin menemukan jawaban apa yang terjadi. Yang didapatkannya hanya tetesan air mata yang keluar dari matanya, Rio berusaha menenangkannya. Dia tau pacarnya ini panik karena berada diruang kosong ini.

"Udah tu sayang, mau sampai kapan lu nangis gini? Bisa - bisa tangisan lu bisa kebuat sungai nih" Rio berusaha menghibur pacarnya itu. Dia gak tau kalau didunia nyata Rio sudah tak dianggap pacar lagi bagi Tasya. Terkadang salah paham membuat hubungan menjadi kacau, apalagi kayak mereka berdua. Ada pisau tertancap didepan mereka, ingin menyatukan hati ini, namun itu masih tertancap disana.

"Bagaimana kabar lu Sya, dah lama gue gak dengar kabarlu" tanya Rio sambil memegang tangan Tasya.

"Ini beneran lu atau ini halusinasi gue?"

"Iya gue lah onta arab, kok lu nanya kayak gitu?" Ini pertama kalinya Rio mendengar Tasya berhalusinasi. Setaunya dia gak pernah kayak gitu, mungkin efek jarak jauh.

"Gue gak ingat apa yang terjadi sebelum gue sampai sini Rio. Masa iya kita dah mati? Gak masuk akal rasanya".

"Iya gue tau ini gak masuk akal, gue juga mikir gitu. Mending sekarang kita jalan aja dulu bisa jadi ketemu jalan keluar. Gue heran yang halusinasi itu, emang apa yang terjadi sama lu disana?

"Gak ingat gue Rio, dari pada lu nanyain itu mau sampai kapan kita jalan kayak gini? Lu kira gue kuat? Gue gak ingin mati sekarang, masih banyak yang harus gue lakukan didunia nyata!. Gue sudah gak kuat menerima kenyataan ini, ini pasti ada kejanggalan. Tolonglah ruangan ini gak memberi jawaban sedikitpun Rio!" Tasya gak kuat menahan air matanya, wajar aja ini belum pernah terjadi padanya. Tiba - tiba muncul diruangan yang gak jelas ini, dunia nyata sama dunia antah barantah ini sungguh aneh.

"Sini nangis dipelukan gue Sya, jangan sendiri aja" Rio memeluk Tasya dengan erat. Dia merasakan kesedihan yang mendalam. Bagaikan mimpi yang tak diharapkan, hembusan angin membawa hati ini ke tempat yang tidak masuk akal.

"Udah bentar lagi kita bakal seperti semula kok, lu disana jangan cari yang lain ya. Gue tu sayang sama lu, kalau lu sia - siain gue ntar nyesel loh"

"Lu tau dari mana? Tadi lu aja gak tau kenapa ini terjadi, sekarang lu bilang bentar lagi seperti semula, lu pakai orang dalam?"

"Gak gue pakai orang luar, gak tau firasat gue tiba - tiba gitu"

"Pesan gue lu harus baik - baik disana, gue masih ingat kisah kita yang dulu, tapi gue gak ingat sama apa yang terjadi sebelum sampai sini, kalau lu pergi dari gue demi orang lain ntahlah gak tau gimana sikap gue ketika itu. Gue yakin lu gak bakal kayak gitu, gue akan nyusul lu".

"Nyusul? Maksud lu apaan Rio? Gue gak ngerti sama sekali, dah jelas gue gak ingat apa - apa kecuali lu. Jelasin semuanya Rio, apa yang terjadi sebenarnya? Jangan buat gue bingung" Tasya mengeluh sama Rio, dia yakin Rio pasti tau sesuatu apa yang terjadi saat ini. Rio menggelengkan kepalanya, dia gak tau sama sekali. Melihat itu Tasya stress, kenapa ingatannya dibawa lari? Emang ingatan itu segitu parahnya sampai - sampai dihilangkan? Tolonglah mau sampai kapan permohonan gue gak diberi jawaban? Sama aja kayak nunggu doi balas hasil ungkapan perasaan kita.

"Kita gak bisa menemukan jawabannya Sya, turutin aja firasat gue tu, biasanya sih 98% non akurat dan 2% akurat sih, jadi ikutin aja"

"Eh sempak belum dicuci sebulan, 2% akurat lu suruh gue turutin? Bisa berjamur gue disini bangke" Tasya kesal mendengar candaan Rio itu.

"Buset sebulan gue tiap hari cuci noh, yang penting lu bentar lagi bakal kembali begitupun gue"

Tasya terpaksa menuruti apa yang dibilang Rio itu, dia masih mikir bagaimana jalan keluar dari masalah ini. Tanpa dicari pun jalan keluar itu perlahan mulai datang kepada Tasya. Tubuhnya perlahan mulai menghilang. Rio tersenyum melihat Tasya, seakan itu seperti senyuman terakhir.

"Sepertinya lu bakal kembali lagi ke dunia nyata, anggap saja ini mimpi. Awalnya gue panik, tapi entah kenapa ada sesuatu yang terlintas dikepala gue yang ingin yakinkan lu kalau kita bakal aman".

"Rio, lu jangan bercanda dalam situasi kayak gini!" ucap Tasya mengira Rio itu bercanda.

"Sampai jumpa lagi, nanti gue susul didunia nyata ya sayang" tubuh Tasya menghilang, seperti mimpi yang nyata. Tasya perlahan mulai sadar dari komanya.

"Tasya....!"


***


Hallo, maaf akhir" ini updatenya agak lambat, soalnya lagi banyak keperluan, maaf kalau ada salah dalam penggunaan katanya ya, kira" Rio gimana ya? Jangan lupa Vommentnya cuy.

After Rain in London (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang