" JAEM AWAS ".
DUAAARR
Suara seperti tabrakan besar terdengar sangat nyaring saat halilintar milikku mengenai lantai marmer teras gedung itu dan membuat retak sebagian tembok dan lantai di sekitarnya.
Dan tentu saja membuat semua orang yang sedang beraktifitas di lobby maupun di sekitar tempat aku berulah tadi terkejut dan berlarian panik bermaksud melindungi diri.
Dasar bodoh kau Anthea. Rutuk ku pada diriku yang secara tidak sadar tergesa-gesa mengeluarkan salah satu senjata istimewa yang hanya aku miliki.
Sementara Jeno, anak itu terduduk dengan memeluk triton untuk melindunginya dari serangan dadakan tadi. Dan aku berhutang pada Jeno karena dia dengan cepat mengeluarkan perisai kasat mata yang ia miliki.
Dengan begitu, setidaknya tidak ada korban dari serangan halilintar ku tadi. Karena asal kalian tahu halilintar yang aku miliki bisa membunuh siapapun dengan jarak sejauh apapun jika aku menghendakinya secara langsung atau tidak langsung.
Seperti yang aku bilang, semua yang ada dalam diriku adalah kehendak dari alam. Jadi, aku tidak bisa menghindari takdir yang sudah digariskan sejak aku terlahir di dunia ini.
Orang-orang di sekitarku sedang sibuk bertanya-tanya dengan apa yang baru saja terjadi. Aku hanya memfokuskan diriku mencari salah wujud gorgon yang menyamar menjadi seorang pria yang mengikuti Na Jaemin tadi.
Bisa-bisanya diriku hampir kecurangan oleh monster menjijikan itu. Jika, Poseidon melihat langsung ini bisa-bisa aku dikarantina lagi untuk membaca 1000 buku dengan jutaan halaman yang isinya sudah kubaca berulang kali.
Karena merasa monster itu sudah menghilangkan jejaknya aku memutuskan menghampiri Jeno yang sedang menemani Jaemin yang terlihat sedikit shock.
Tentu saja bocah itu hampir mati muda karena halilintar milikku tadi hampir saja mengenai punggungnya jika saja Jeno tidak gesit mendorong dia jauh.
" Jen, kamu nggak apa-apa ?," cicitku saat melihat Jeno juga sedikit pucat mungkin, Jeno juga terkejut. " Kamu gila,Kyei ".
" Maaf, Jen. Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas ini. Lebih baik kamu bawa bocah ini masuk sebelum dia pingsan," aku mengedikkan dagu ke arah Jaemin yang hanya memiliki tatapan kosong di matanya dan aku bisa tebak bocah itu sedang menerka kejadian gila yang baru saja dia alami.
" Kamu benar. Dan—".
" Kamu harus membereskan semua kekacauan yang kamu buat sendiri. Karena aku sudah kehabisan energi, ini pertama kali untukku membuat perisai setelah sejak lama aku bertarung. Kar—".
" Iya, bawel. Cepat bawa dia, sebelum suasana tidak terkendali ".
" Iya, aku pergi. Nanti, aku hubungi Ten hyung untuk membantumu ".
Setelah itu, Jeno membopong Jaemin dan menghilang hanya dengan kedipan mata dari hadapanku. Tentu, Jeno tidak ingin mengulur waktu dan dengan kebodohannya dia memilih teleport. Dan semakin tambah berat saja urusanku saat mendengar semua orang yang sebelumnya panik bertambah semakin ricuh karena ulah Jeno yang sedikit bodoh.
" Kyei ".
" Luc—lucas ? Kamu kok bisa disini ? ".
" Ada halilintar di kotak mutiara. Aku langsung ke sini karena merasa hal yang tidak baik terjadi padamu sampai-sampai kamu mengeluarkan kekuatan itu ".
" Gorgon sepertinya sudah mencium keberadaan triton. Dan sebelum kamu bertanya macam-macam, lebih baik kita membereskan kekacauan ini dahulu. Nanti aku jelaskan".
" Aku tidak punya kabut. Jadi, sekarang kita butuh Ten atau jika tidak Eden ".
" Tap—".
" Kenapa kalian berisik sekali, sih ? Kau tahu gendang telingaku sampai berdenyut keras dan kalian mengganggu tidur nyenyak ku ".
Aku dan Lucas mematung di tempat kami.
CONTINUED......
YOU ARE READING
Triton's
FanfictionSeoul, 2018 Really this is my fated and that's a fact ? ~ Na Jaemin.