" Jeno ".
Aku mencegah Calisto yang akan membuka pintu mobil.
" Apa ? ".
" Apa kabar ?," ucapku yang sebenarnya sudah tertahan sejaak bertemu dengannya beberapa waktu lalu.
" Baik. Kangen, ya? Terus Lucas mau kamu taruh mana ?," aku tau jika Jeno mencoba menggodaku dan tak akan mempan asal kau tahu
" Cih ".
" Mau aku peluk ?," memang sifat semua lelaki dimana-mana sama.
" Stop, ini bukan roman picisan ".
" Kayaknya makin kesini makin galak," walaupun Jeno mengucap lirih aku masih bisa mendengarnya," Kamu bilang apa, Jen ? ".
" Eh, iya. Jadi, kamu besok jadi main ke tempat kita kerja ?," belum juga di batin sudah alasan aja.
" Ck, alasan aja".
" Iya, maaf. Jadi, gimana ?".
" Hm, besok aku sama Lucas ".
" Sama aku aja, gimana ? ".
" Dih, kesempatan. Aku nggak mau sama kamu Jen, lebih aman sama Lucas".
" Iya, iya yang sebentar lagi nikah," aku mendengus lelah karena selama perjalanan Jeno hanya menyinggung pernikahan, yang belum tentu terjadi.
" Kata siapa ?".
" Itu sudah diramalkan setelah Thalia nggak ada ".
" Tapi, ramalan nggak semua benar, Jen. Kamu kenapa, sih ? Setelah sekian tahun lamanya yang kamu bahas bukan triton tapi pernikahan terus ".
" Aku khawatir, Thea," aku terdiam dan mengalihkan pandanganku dari Jeno yang menatapku intens.
Yah, sebenarnya aku juga sama dengan apa yang dikatakan Jeno bahwa aku khawatir diriku tidak akan pernah kembali jika semua ramalan Titans benar adanya. Aku harus rela meninggalkan Lucas, Calisto, dan juga Ten.
Hah, rasanya aku ingin menjadi manusia seutuhnya. Karena menjadi manusia hanya kematian yang mereka takuti dan tunggu. Sedangkan aku yang seutuhnya darah dewi harus menghadapi dua kemungkinan. Terkurung dan hanya bisa melihat kehidupan yang ada di permukaan bumi atau memilih mati dan siap untuk dibangkitkan suatu saat.
Dan dua diantara pilihan itu bisa aku hindari jika, menikah dengan orang yang sudah diramalkan dalam garis takdirku. Aku tak bermaksud membuat ini menjadi kisah sedih nan romantis tapi, kalian harus tahu salah satu fakta ini, mungkin akan terjadi dalam jalan cerita hidupku nanti.
" Aku tidak akan menikah dengan Lucas, Jen. Kau tenang saja ".
" Lalu, kamu memilih untuk tinggal di olympus selamanya ?," aku kembali menghadap Jeno dan manatap tepat manik matanya.
" Jeno. Kamu ingat kisah Percy ? Kakak tiri triton ? Dia bisa membuktikan ramalan yang sudah ada ratusan juta tahun itu salah. Lalu, kenapa aku tidak bisa ? Dia demigod sedangkan aku goddess, Jeno. Aku juga tidak ingin terlena dengan semua ramalan busuk itu ".
Aku menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan rangkaian kata yang mungkin akan menambah beban hidup Jeno sekali lagi, " Aku butuh kamu disampingku, Calisto ".
Aku sudah bisa menerka Jeno hanya akan diam mencerna kalimat yang baru saja ku ucapkan.
" Thea," aku masih setia menatap sahabat laki-lakiku yang sudah tumbuh banyak itu.
" Yes, I do ".
" Thanks, Jeno ".
" Thea ".
" Apa ? ".
" Kamu ingin tau triton kan ? Dia di sana," aku mengikuti arah pandangan Jeno yang mengarah tepat pada seorang laki-laki yang berjalan santai memasuki gedung perusahaan Eden itu.
Tapi, aku tiba-tiba merasa aneh dengan orang yang mengikuti laki-laki yang dimaksud triton oleh Jeno tadi, " Jen, memang setiap orang yang bekerja dengan Eden punya asisten pribadi ? ".
" Tidak. Eden hyung selalu memberikan kebebasan kepada kami semua. Memang kenapa ? ".
" Benarkah ? Tetapi, kenapa triton selalu diikuti pria itu ? Apa dia punya manager pribadi ? ".
" Pria itu ? Maksud kamu siapa, Thea ? ".
" Lihat baik-baik, Jen. Bocah yang kamu maksud triton itu sejak dia datang tadi di belakangnya ada pria berhawa hit—".
" Jen ".
" Thea ".
Secara bersamaan aku dan Jeno membuka kasar pintu mobil dan berlari secepat kilat menghampiri bocah triton itu. Dan tanpa sadar aku hampir membunuh bocah itu dengan halilintar yang tidak sengaja keluar dari jari-jari tangan kananku.
" JAEM AWAS ".
CONTINUED.......

YOU ARE READING
Triton's
FanfictionSeoul, 2018 Really this is my fated and that's a fact ? ~ Na Jaemin.