Selama perjalanan menuju tempat tinggal Lucas, aku memilih untuk mengistirahatkan tubuhku sejenak. Agar terlihat lebih segar saat bertemu Lucas nantinya.
Dan sejak Andreas menyatukan simbol miliknya dengan milikku hingga saat ini aku bisa mendengar telepati miliknya yang entah apa maksud dari Andreas mengganggu ketenangan yang aku miliki sebelumnya.
Aku menatap Eden yang terlihat serius menatap jalanan di kursi pengemudi, konsentrasi dengan mobil yang ia kendarai saat ini. Aku juga belum pernah melihat Eden seserius ini, entahlah aku tidak ingin berpikir banyak.
" Kenapa ? ".
" Tidak. Apakah masih lama ? ".
" Tidak juga, hanya kurang tiga belokan kita sampai. Kamu sudah rindu berat, ya ? ".
" Ehmm, lebih tepat penasaran apa yang Lucas lakukan selama ini ".
" Dia melakukan semuanya dengan baik dan rapi, tidak perlu terlalu khawatir. Aku selalu mengawasinya juga ".
" Kau itu bukan satyr, kenapa ikut mengawasi Lucas ? ".
" Karena aku juga anak Ares dan bagaimanapun Lucas itu adikku ".
Setelah itu kami berdua sama—sama terdiam, kembali tercipta suasana hening yang menemani perjalanan yang cukup panjang ini.
Aku menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapanku saat ini, bangunan berpuluh-puluh lantai sepertinya menjadi pilihan Lucas untuk bertahan hidup di negara asing bagi dirinya.
Aku menghela nafas dan memantapkan hatiku untuk bertemu Lucas hari ini juga. Aku sudah cukup menahan rindu kepadanya selama dua tahun.
" Ayo, ikut aku ".
Mengikuti langkah Eden yang mendahuluiku menaiki lift dan laki-laki itu menekan beberapa angka sebelum lift tertutup.
" Ini kode khusus untuk demigod yang tinggal di apartment ini. Nanti kamu akan diberitahu Lucas sendiri," aku hanya mengangguk cukup mengerti dengan ucapan yang dimaksud Eden tadi.
Layar LCD di atas kami menunjukkan angka enam belas sesaat sebelum pintu lift terbuka.
" Kamu harus ingat jika nanti pergi sendirian, tempat tinggal Lucas ada di lantai enam belas ini ".
" Okay, gracias ".
Kami berdua pun melangkah keluar dan berjalan menyusuri lorong lantai enam belas ini, hingga sampai di depan pintu yang berada paling sudut dari lorong ini. Sepertinya, ini apartment Lucas.
Tanpa memencet bel ataupun memanggil pemiliknya yang berada di dalam. Eden menggeser sebuah kotak tembaga yang berada di dinding dan meletakkan telapak tangannya di atas sebuah layar dan tak lama terdengar suara pintu terbuka.
CLICK
" Ayo, masuk ".
Aku mengikuti langkah Eden yang masuk terlebih dahulu dengan mengangkat satu koper di masing-masing tangannya. Saat kakiku melangkah memasuki ruang tamu aku sedikit terkejut dengan luasnya tempat tinggal Lucas ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Meskipun, aku tahu Lucas bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan tapi, tidak aku sangka dia akan memilih hidup semewah in, ck.
Melihat dua buah mobil sport keluaran baru di salah satu sudut ruangan ini yang sepertinya sebagai garasi, semakin membuatku terheran-heran bagaimana gaya hidup Lucas selama ini.
Dan tanpa kusadari Eden sudah tidak bersamaku yang berarti aku sendirian di ruangan ini dan tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin menunggu kedatangan mereka berdua lagi.
" Kyei ".
" Luc—Lucas ? ".
" Hai ".
" Hai, kamu baik, kan ?," aku sedikit tersentak ke belakang ketika tiba-tiba tubuh Lucas yang sudah tumbuh lebih besar dari terakhir kami bertemu menabrak tubuhku dan mendekapnya erat, "Hei, Lucas. Kamu kenapa ?," tanyaku sambil melepaskan diri dari dekapan Lucas.
" Aku rindu," aku terkekeh sekilas menahan tawa tepatnya.
" Iya, sama aku juga rindu kamu, Achilleus ".
" Ekhem, disini ada yang jomblo, lho. Kalau gitu aku balik ya, Cas. Telpon aja kalau ada masalah".
Aku menatap Eden yang sibuk dengan ranselnya dan beralih menatap Lucas yang juga sedang menatap Eden yang bersiap-siap untuk pulang.
" Eden," panggilku saat laki-laki bersurai hitam legam itu hendak membuka pintu.
" Thanks, aku hutang budi sama kamu ".
" yes, anytime princess. Itu sudah tugasku juga. Lucas, Kyei aku pergi dulu".
" bye, brother ".
" see you, Eden ".
" Kita ke atas, yuk. Ada teman-temanku," aku mendongak sedikit untuk melihat mata indah Lucas yang telah lama tidak kulihat.
Aku pun dibawa Lucas menaiki tangga yang berbentuk melingkar ini menuju lantai dua apartment-nya —ternyata apartment bisa lantai dua juga.
" Yuhuuu,Lucas. Baru hilang sebentar udah bawa angel aja ".
" Hyung, itu ceweknya kok cantik, sih ".
" Ada juga yang mau sama lo, Cas ".
" Loh ? ".
" Kok gandengan sih, hyung ? ".
Baru saja menginjakkan kaki di lantai dua ini, sudah mendengar suara-suara asing yang bersahutan memenuhi gendang telingaku. Aku hanya terdiam tak mengerti dengan apa yang teman-teman Lucas itu katakan.
Jari-jari tangan kananku juga masih bertautan dengan jari-jari tangan Lucas —oh, mungkin ini yang menyebabkan keributan kecil tadi. Aku memberanikan diri mengamati satu-persatu teman Lucas yang ada di ruangan ini, sepertinya ini adalah family rooms.
Tubuhku seketika mematung saat aku mendapati dua orang laki-laki yang sangat aku kenal. Aku mengangkat kepalaku untuk memastikan sekali lagi apakah itu benar-benar mereka. Dan tubuhku sedikit terhuyung ke belakang lagi saat menyadari itu memang mereka berdua.
" Lucas," ucapku lirih dan Lucas menoleh ke arahku dengan senyumannya.
" Iya ? Kamu kaget, ya ? Maaf, aku ken— ".
" Calisto dan Ten ?," aku menatap tepat manik mata Lucas dan lagi-lagi dia hanya menampakkan senyumannya.