Dua tahun kemudian . . .
"Za, kamu mau kemana habis ini?" kata Nela.
"Aku mau ke UI ambil jurusan Psikologi"
"Jakarta?" katanya penuh antusias.
"Iya, kamu sendiri mau kemana?"
"Aku... entahlah, aku juga bingung, maunya sih ke UB ambil jurusan Ekonomi dan Manajemen, tapi aku juga minat ke UGM ambil jurusan Hukum, bingung Za" katanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Cepet ditentu'in Nel, tapi nanti jangan nikah dulu ya, aku nggak mau kondangan ke rumah kamu kalo kamu belum sukses"
"Iya, amiin, kamu juga Za, semoga cepet sukses dan cepet nemuin dia"
Aku hanya tersenyum hambar.
Sekarang kami sudah kelas tiga, tengah mengadakan acara wisuda di sekolah. Meninggalkan semua kenangan itu. Banyak yang terjadi selama dua tahun ini, sejak kepergian'nya'. Aku sama sekali tidak pernah mencarinya selama ini. Setiap hari tetap berangkat paling awal, setiap pulang sekolah selalu menyempatkan diri untuk sekedar melihat pemandangan di persawahan itu, setiap istirahat ke ujung deret kelas atas. Jujur aku tidak ingin melupakan setiap kenangan itu. Kenangan singkat yang aku pun tidak menyangka akan selama ini akan mengenangnya. Setiap hari aku selalu berharap dia akan kembali.
Sekarang aku berdiri disini, menatap pemandangan di belakang sekolah. Mengenang saat pertama kali dia menyatakan perasaannya padaku. Jujur aku ingin menjawabnya saat itu juga, bahwa aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Bahwa selama ini, bahkan selama tiga tahun ini aku selalu memperhatikannya. Sebelum, saat dan ketika dia sudah pergi aku akan selalu memperhatikannya. Aku marah padanya sebenarnya, tapi aku juga harus berterima kasih padanya, karena dia aku bisa merasakan sebuah perasaan yang aku pun tidak pernah tau sebelumnya. Aku membencinya karena dia meninggalkanku, tapi aku akan slalu memperhatikannya.
Aku mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Selama ini aku tidak pernah mengalami penurunan nilai. Aku sebenarnya sedikit heran dengan otakku. Padahal sejak kepergiannya aku sudah tidak bisa fokus lagi dalam pelajaran, karena maskipun nilaiku turun toh tidak akan 'ada' yang peduli, tapi bagaimana mungkin nilaiku bisa terus naik? Suatu keajaiban dari Allah. Orang tuaku juga sudah mulai peduli padaku. Setelah kepergiannya, aku menjadi semakin pendiam. Mungkin mereka mengira pendiamku karena aku sudah mulai kehilangan akal. Mereka mengira aku merasa butuh diperhatikan dan akhirnya mereka sering menyempatkan diri di rumah bersama. Terkadang mereka juga mengambil cuti liburan denganku. Itu sudah cukup mengatasi kesedihanku.
Yang menjadi tanda tanya besar sampai sekarang adalah bagaimana kebenaran tentang gosip pencurian kotak amal masjid dan pemukulan siswa itu. Siapa sebenarnya yang melakukannya dan apa yang menjadi alasan laki-laki itu memukul siswa itu. Aku yakin dia tidak bersalah. Ya, dia tidak bersalah sama sekali. Aku tidak ingin masalah yang sama terjadi pada teman-temanku, jadi aku melarang mereka mencari siapa orang yeng telah menjebak mereka semua, terutama laki-laki itu. sebenarnya aku ingin sekali mencarinya, tapi aku tidak ingin masalah pencurian itu menjadi lebih panjang. Biarkan Allah yang akan membalasnya.
Apa ini saatnya aku mencari tau keberadaannya di Jakarta? Selama ini aku memang tidak ingin mencarinya. Aku marah padanya karena tidak memberitahuku kalau dia akan pindah. Apa ini karena orang tuanya? Tapi katanya dia tidak harus menuruti semua aturan orang tuanya. Dia ingin menjalani apa yang sudah menjadi pilihannya. Dia ingin bebas. Tapi kenapa dia malah meninggalkanku? Meninggalkan semuanya dan membuka dunia barunya sendiri. Atau dia memang hanya mempermainkanku, hanya ingin membuatku bisa menyukainya dan ketika aku sudah menyukainya lalu dia meninggalkanku begitu saja? Begitukah? Begitukah?
Perlahan air mataku menetes. Pikiran itu yang selalu muncul selama dua tahun ini. Penyebab kepergiannya. Penyebab dia pergi dari kehidupanku. Mungkin ini saatnya bagiku untuk mulai mencari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Classmate
Teen FictionDia adalah laki-laki paling menjengkelkan yang pernah ada di dalam kehidupanku. Bagaimana mungkin aku bisa sekelas dengannya. Tapi dia menarik. Mungkin saja dia bisa merubah kelas ini menjadi sedikit lain dari bisanya. Ah, tetap saja dia pembuat ona...