Laki-laki itu sudah berada di depan masjid. Tersenyum melihatku. Dengan cepat aku menghampirinya.
"Maaf ya, lama. Soalnya tadi ada...." aku berpikir sejenak. Kurasa dia tidak perlu tau.
"Aku sholat sunah dulu" kataku sedikit terbata.
"Nggak papa kok. Ayo!" katanya sambil menggandeng tanganku.
"Fadil? Bukankah kita tadi sudah membicarakan soal ini?" tanyaku sambil mengangkat tangan kami yang berpegangan. Dia tersenyum manis.
"Setidaknya.... sekali ini saja. Boleh kan?" pintanya. Kurasa tidak apa-apa.
Aku mengangguk.
"Baiklah. Untuk kali ini saja"
Dia tersenyum. Kami mulai berjalan. Diam. Genggaman ini semakin erat. Entah dia memang sengaja atau tidak. Perasaan ini... nyaman.
"Aku.... ingin terus seperti ini. Ingin terus berjalan bersamamu Za" Dia yang masih terus berjalan. Tersenyum. Seakan dia tengah memohon.
"Itu bisa diatur" kataku bergurau. Sepertinya dia tidak tau kalau ini gurauan.
"Andai saja, andai saja bisa"
"Kenapa Fadil? Jangan membuatku takut. Aku tidak ingin semuanya terulang kembali"
Dia tersenyum. Tersenyum dengan menatapku. Dia menghentikan jalannya. Ada apa? Aku menatapnya heran. Dengan pelan dia mulai mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Dia.... memelukku?
"Fadil? Kamu..."
"Please... untuk kali ini saja"
Aku juga tidak bisa mengelak.
Hangat. Aku bisa merasakan detak jantung Fadil. Detak jantungku pun sangat cepat sekarang. Aku bisa mendengarnya dengan jelas. Aku merasa dunia ini tengah berhenti berjalan. Hanya kami berdua disini. Tak ada seorang pun.
"Kamu ingat waktu itu? Waktu pertama kali kita bertengkar hanya karena aku yang tidak mau piket? Jujur, aku menyesal mengatakannya. Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku. Maafkan aku yang selalu bicara kasar padamu"
Aku hanya diam. Perlahan, aku merasakan pelukan ini semakin erat.
"Aku mencintaimu"
Aku terpaku. Jantungku berdetak lebih cepat. Cinta? Aku tidak pernah memikirkannya selama ini. Aku tidak pernah membayangkan bahwa ada orang yang akan mencintaiku. Aku tidak bisa bernafas dengan baik sekarang. Jantungku tidak bisa berjalan dengan normal kembali. Ini... ini membuatku terbang. Aku menutup mataku. Ini membuatku melupakan segalannya. Hanya dengan seperti ini.... aku sangat bahagia.
Tiba-tiba tubuhnya menjadi berat. Dia seperti menyandarkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Aku mulai membuka mataku.
"Fadil?" aku sedikit khawatir.
"Fadil?!!" aku merasakannya. Dia sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku melihatnya, hidungnya sudah dipenuhi darah.
"Fadil? Fadil sadarlah"
Aku sudah berada di rumah sakit sekarang. Aku meminta tolong kepada seseorang untuk mengantar kami ke rumah sakit. Sekarang aku tengah berada di luar ruang UGD. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku mulai berpikir bahwa selama ini mimisannya bukan karena dia yang terlalu capek. Tapi dia tengah memiliki suatu penyakit. Aku merasa takut kehilangannya. Tidak. Bagaimanapun juga aku harus berpikiran positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Classmate
Teen FictionDia adalah laki-laki paling menjengkelkan yang pernah ada di dalam kehidupanku. Bagaimana mungkin aku bisa sekelas dengannya. Tapi dia menarik. Mungkin saja dia bisa merubah kelas ini menjadi sedikit lain dari bisanya. Ah, tetap saja dia pembuat ona...