Setelah kami menemukan masjid itu, kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Aku mengambil air wudu' yang di sana sudah ada beberapa ibu-ibu. Masjid ini lumayan besar. Tapi sayangnya orang yang beribadah di sini tidak seimbang dengan luasnya masjid. Aku jarang melihat ada gadis seumuranku yang tengah wudu' bersamaku sekarang ini. Hanya tiga empat gadis yang kira-kira umurnya lebih muda dariku. Ibu-ibu juga hanya beberapa orang, sekitar dua puluhan. Aku kira itu masih dikatakan sedikit untuk ukuran masjid seluas ini.
Selesai wudu' aku langsung menuju ke dalam masjid. Sering kali aku menyapa beberapa ibu-ibu yang juga akan menunaikan sholat dhuhur. Aku mengambil mukena yang sudah tersedia di sana dan mulai memakainya. Selagi masih pujian, aku menunaikan sholat muakad. Setelah selesai sholat, muazin melakukan qomat dan sholat mulai di tunaikan. Assolatul jami'ah...
Salam terakhir dari imam. Setelah sudah selesai sholat, aku bersalaman dengan ibu dan gadis di sampingku dan di depanku. Aku mencium tangan mereka yang lebih tua dariku. Lalu aku mulai berdo'a kepada Allah. Mencurahkan segala yang ada di pikiranku dan di hatiku. Aku ingin menyerahkan segalanya untuk-Nya. Aku ingin menengadahkan tanganku, menundukkan kepalaku dan menangis untuk-Nya. Aku ingin memasrahkan jiwa dan ragaku untuk-Nya, hidup dan matiku hanya pada-Nya. Aku terus beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa yang telah aku perbuat, dosa orang tuaku, guru-guruku dan semua orang yang aku cintai. Aku ingin semua orang yang aku cintai bahagia. Aku ingin aku jadi orang yang berbakti kepada orang tua dan sukses untuk mereka. Aku sangat mencintai mereka, juga dia. Juga semua orang yang juga mencintaiku. Jaga mereka, hanya itu. Jika saja aku harus mati untuk mereka, aku rela. Jika atas ijin-Mu ya Allah...
Setelah selesai berdoa, aku menunaikan sholat muakad setelah dhuhur.
Saat aku tengah mengemas mukena, ada seseorang yang tiba-tiba menyapaku.
"Assalamualaikum, Kak" katanya. Dia salah satu gadis yang aku sebutkan tadi. Dia yang sholat di sampingku.
"Waalaikumsalam warohmatullah, manggilnya mbak aja" kataku sopan sambil melanjutkan mengemas mukena.
"Oh, iya, mbak. Mbak, kok kayaknya khusuk banget ya tadi, saya sampai penasaran melihatnya" katanya yang juga tengah mengemas mukena.
"Ah, semua orang pasti juga melakukan hal yang sama jika ingin berbicara dengan Tuhannya. Jika memang ingin menyerahkan seluruh hidupnya untuk Tuhanya, itu memang hal yang wajar"
Aku sudah selesai mengemas mukena.
"Tapi saya kok nggak pernah sampai sekhusyuk itu ya mbak?" katanya yang juga sudah selesai mengemas mukenanya.
"Itu mungkin kamu masih belum bisa memfokuskan jiwa dan ragamu untuk Allah. Jika kamu udah bisa menyerahkan segalanya sama Allah, yakin deh, hati kamu pasti sangat tenang"
Dia mengangguk mengerti.
"O ya, nama kamu siapa dek?"
"Namaku Sandra mbak, mbak sendiri namanya siapa?"
"Nama mbak Zam zam"
"Zam zam?"
Aku mengangguk.
"Nama mbak unik. Kayak air zam-zam di Mekkah. Emang mbak lahir di sana ya? Atau waktu ibu mbak hamilin mbak, ibu mbak ngidamnya air zam-zam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Classmate
Fiksi RemajaDia adalah laki-laki paling menjengkelkan yang pernah ada di dalam kehidupanku. Bagaimana mungkin aku bisa sekelas dengannya. Tapi dia menarik. Mungkin saja dia bisa merubah kelas ini menjadi sedikit lain dari bisanya. Ah, tetap saja dia pembuat ona...