Silly

773 123 29
                                    


Seungcheol menemukan Jihoon bergelung di bawah selimut ketika dia memasuki kamar. Setelah Wonwoo dan Mingyu pergi pun dia masih menganggap kalau ide membawa Jihoon masuk ke dalam masalah yang sebenarnya berhubungan dengan kaumnya ini konyol.

Vampir itu tidak tahu menahu tetang permasalahan ini. Seungcheol yakin akan itu sepenuhnya. Bagaimana Jihoon bisa tahu jika yang dilakukan vampir itu hanya bergelung di balik selimut. Jihoon bahkan tidak mengenal satupun vampir lain selain Jeonghan dan Joshua. Dia tidak tahu dunia seperti apa yang menunggunya hanya dengan berdiri di balik meja kasir. Kengerian apa yang telah ditimbulkan kaumnya di luar sana.

Kematian. Mayat-mayat tak berdosa dimana-mana, taman bermain, halaman warga, pusat kota. Monster-mosnter berjalan tanpa topeng, bak halloween menjadi kenyataan. Itu hanya serangan para mayat hidup dalam sekala kecil. Pemberontakan kecil untuk mencapai kebebesan, sebuah permulaan, api yang masih temaram dan belum tercium asapnya. Harus benar-benar dekat agar dapat menemukan darimana asap itu berasal.

Dan disitulah Jihoon akan membawa mereka. Membawa api itu lebih dekat pada mereka. Api yang bisa saja malah membakarnya. Bahkan membayangkannya saja membuat Seungcheol mengepalkan tangan hingga seluruh buku-buka jarinya bergemertak, membuat mata Jihoon yang semula menatap kosong dinding di belakangnya menangkap sosok kehadirannya.

"hey!" Seungcheol menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang. "tadi itu Jeon Wonwoo, temanku. Dia hanya salah paham ... tentangmu. Tapi hal yang seperti tadi tidak akan terjadi lagi."

"siapa Kim Taehyung?" Jihoon menangkat kepalanya hingga pandangan mereka bertemu. "apa yang harus kulakukan? Apa ini ada hubungannya dengan vampir-vampir lain?"

Seungcheol tahu, bodoh sekali membuat kebohongan pada vampir apalagi jika itu melibatkan indra pendengaran. Sekalipun Jihoon hanya setengah vampir, pendengaran tajam mereka masuk ke dalam setengah hal yang Jihoon miliki. Tidak diragukan lagi Jihoon telah mendengar semua hal yang mereka bicarakan.

Seungcheol bergerak, mencari posisi nyaman pada tempatnya. Pandangannya berlarian gusar kesana-kemari hingga dia memutuskan alangkah normal dan menyakinkannya dia jika dia hanya menatap mata Jihoon.

Sebelum mulut seungcheol yang terbuka dapat menguntai kata, jihoon sudah berujar. "aku akan berusaha membantu jika itu benar-benar bisa membantu."

Tapi Seungcheol tidak mau. Dia tidak mau Jihoon ikut andil dalam hal yang bisa saja malah menjadi bumerang bagi vampir itu. dia tidak mau Jihoon berada dalam bahaya. Sesuatu seperti itu entah kenapa membuat seungcheol ... marah.

"Ini tidak ada hubungannya sama sekali denganmu. Apapun yang mereka lakukan di luar sana, kau disini, berada di bawah suaka ku. Tidak akan terjadi sesuatu padamu asalkan kau tidak berhubungan dengan mereka dan selama hal itu kau lakukan, aku akan terus mem—"

Membiarkanmu hidup, seharusnya itu yang seungcheol katakan. Seharusnya itu yang terucap di bibirnya. Seharusnya itu yang harus Jihoon tahu. Namun yang Seungcheol katakan selanjutnya justru, "mempercayaimu."

Ekspresi Jihoon yang semula berubah. Sulit dibaca. Tatapannya hampir sedatar seperti saat pertama kali seungcheol menemuinya. Tapi ada sesuatu yang membuat tatapan itu berbeda.

Cukup lama vampir itu menatapnya, Seungcheol tetap tidak tahu apa yang Jihoon pikirkan bahkan ketika satu kecupan melayang ke pipi kirinya. Seungcheol terpaku.

Jihoon menarik dirinya secepat mungkin, mengakhiri ciuman itu secepat kilat. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, jihoon hanya merasa itulah hal yang benar untuk dilakukan. Rasanya begitu pas jika dia mencium Seungcheol. Rasanya itulah hal yang perlu dia lakukan.

Prey (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang