Meet Him

669 118 5
                                    

Jihoon merasa pekat. wajahnya terasa berat dan kaku. kepalanya gerah dan gatal. semuanya terasa palsu dan Jihoon menyesal karena tanpa berpikir dua kali dan mendengarkan Seungcheol dia berjanji untuk membantu menangkap Kim Taehyung-siapapun orang itu.

pikirnya setelah menjadi vampir dia tidak punya apapun untuk dikhawatirkan, termasuk dengan nyawanya. tapi nyatanya ini bukan hanya tentang kekuatan atau nyali, ini lebih tentang harga diri.

harga diri yang Jihoon pertaruhkan sebagai seorang pria, hancur sudah hari ini.

"maaf jihoon, tapi ini untuk keselamatanmu." Jeonghan memegang kedua pundaknya, mencoba menyalurkan sedikit ketegaran pada Jihoon yang jelas tidak berhasil. "kami harus pastikan tidak ada seorangpun yang mengenalimu."

setidaknya ada satu keyakinan yang timbul dari pernyataan Jeonghan yang itu.

dengan begini tidak akan ada satupun orang yang mengenalinya, Jihoon setuju. bahkan dia tidak mengenali siapa orang di dalam cermin yang berhadapan dengannya sekarang.

Jeonghan tidak memegang pundaknya, melainkan seorang perempuan berambut eboni sepanjang bahu, wajah lembut terpoles make-up tipis, dan tubuh yang terbungkus sweater rajut kedodoran dan celana jins biru. tipe perempuan yang banyak ditemukan di kafe-kafe. rela membuang berjam-jam waktu yang berharga untuk kesendirian adalah suatu hal yang menarik dari mereka. dan sekarang Jihoon terlihat seperti salah satunya.

ingin memaki Jihoon rasanya.

Jihoon menangkup kedua dadanya yang rata. satu-satunya hal yang membedakannya dari perempuan dewasa yang lain. "kenapa tidak kau isi bagian ini sekalian?" selorohnya.

di belakangnya Jeonghan tertawa. "tidak, kau sudah cantik kok."

entah itu hinaan atau pujian yang jelas Jihoon sakit hati.

Jihoon memang terbiasa dipanggil manis. tapi menjadi cantik? harga dirinya mungkin hanya tinggal sebesar molekul atom sekarang.

Sungguh Jihoon geli dengan dirinya sendiri sekarang, namun sebelum dia dapat protes seseorang menjeblak pintu.

"apa kami harus menunggu hingga pergantian tahun?" kepala Jisoo menyembul dari celah pintu.

"tidak. tuan putri sudah siap pergi ke pesta sekarang." jawab Jihoon dengan sarkas, berharap seseorang akan menganggapnya lucu namun yang dia dapati justru wajah penuh keseriusan dan hampir terlihat kecewa milik Jeonghan dan Jisoo.

"hei, kau tahu jika kau tidak benar-benar ingin melakukan ini semua akan baik-baik saja, maksudku kau tidak perlu melakukan ini." ujar Jeonghan dengan senyum tipis yang Jihoon yakin hanya untuk membuatnya merasa baikan. namun nyatanya Jihoon sepenuhnya merasa seperti pecundang sekarang.

"aku tahu ini membuatmu tidak nyaman. tapi percayalah kami bukannya ingin membuatmu menjadi bahan lelucon atau semacamnya."

Jihoon yakin itu bukan respon yang ingin dia dapat atau bahkan respon yang dia harap akan diberikan Jeonghan.

sadar atau tidak apa yang dikatakan jeonghan justru memantapkan niat Jihoon untuk membantu mereka.

persetan dengan harga diri. persetaraan gender sedang menjadi trend akhir-akhir ini.

"a-aku … aku baik-baik saja sungguh,"

terkutuklah bagi kemampuan bicara Jihoon yang sungguh buruk. siapa yang akan percaya bahwa dia bersungguh-sungguh sekarang?

Jeonghan dan Jisoo menatapnya tanpa berkedip, berdiri dengan kikuk dan tidak nyaman seolah menunggu Jihoon meralat ucapannya setelah ini.

tapi Jihoon cukup sadar untuk mengerti apa yang dia inginkan, jadi dengan lebih meyakinkan dia berujar, "aku mau melakukan ini."

Prey (JICHEOL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang